Mama dan Abhi memasuki masa-masa menyapih. Well, proses ini tidak mudah baik bagi abhi maupun mama. Dua tahun 3 bulan kami biasa tidur sambil peluk-pelukan. Setiap saat Abhi mau nenen, dia bisa mendapatkannya kapan saja. Mama langsung siap menyodorkan nenen, dan dia langsung nenen dan tidur kembali dengan lelap.
Proses menyapih ini tidak dimulai dengan tiba-tiba karena mama tidak mau menyakiti perasaan Abhi. Bagaimana pun, menyapihnya akan mengambil sesuatu yang selama ini menjadi rutinitasnya, sesuatu yang telah lama membuatnya merasa nyaman. Dua bulan menjelang Abhi dua tahun, setiap malam selesai bernyanyi, mendongeng dan berdoa, mama selalu mencium kening Abhi sambil bilang “terima kasih sudah menjadi anak baik, abhi sekarang sudah besar . Anak besar sebentar lagi ga nenen mama lagi ya Nak, karena anak besar sudah boleh minum MiMo seperti kakak-kakak yang lain. Mama sayang sama Abhi, Abhi tetep bisa peluk mama kapanpun Abhi mau tanpa perlu nenen.” Abhi cuma menatap mama dan bilang “heeh ma”. Oh iya, MiMo itu susu UHT yang ada gambar sapi nya. Abhi suka bilang itu Mimi Momo alias MiMo
Genap 2 tahun usia Abhi, mama mulai menyapih Abhi perlahan. Mulai dari mengurangi nenen langsung di siang hari. Sebelumnya, setiap kali mama dirumah, abhi pasti ga mau nenen dari susu UHT. Maunya nempellll sama mama Awal-awal ini pun cukup berat, karena susah sekali mengalihkan perhatiannya tiap kali minta nenen. Seminggu, dua minggu sampai sebulan, Abhi berhasil lepas nenen siang total. Dia sudah tidak pernah lagi minta nenen siang sama mama. Tipsnya hanya selalu berusaha memenuhi kebutuhannya akan air dan nutrisi. Begitu abhi kenyang, otomatis dia tidak merasa butuh ASI mama. Selain itu, tips kedua adalah selalu punya banyak alternatif mainan atau ide untuk mengalihkan perhatiannya tiap kali dia teringat untuk nenen. Finally, kami berhasil melewati tahap pertama menyapih.
Tahap kedua menyapih adalah yang paling berat. Mama sudah gagal untuk kesekian kalinya membujuk Abhi tidak nenen dimalam hari. Mama tidak tega melihat air matanya berlinangan, melihat nenennya tidak boleh diminum. Dan memang dalam hati ini, mama pun belum siap menyapih Abhi. Ada perasaan sedih tiap kali melihat mata bulatnya menyusu pada mama. Mengusap-usap kepalanya, gelitik lehernya dan bermacam-macam candaan khas mama dan abhi selama proses menyusui. Mama tidak mau kemesraan kami selama ini dinodai hal-hal yang membuatnya traumatik, seperti memaksakan pemberian jamu-jamuan supaya nenen terasa pahit. Mama maunya proses menyusui ini diakhiri dengan indah, dimana Abhi mampu menyapih dirinya sendiri, menyapih dengan kesadarannya sendiri yang mama yakini justru mampu membentuk karakternya lebih mandiri. Sebagaimana AlQuran menuliskan bahwa untuk proses menyapih pun harus dengan kerelaan kedua belah pihak. Ya, mama mau menyapih dengan cinta, Weaning with love. Biarlah orang mau bilang apa, mau protes apa, mama tetap menyusui Abhi selama dia belum mau disapih.
Rabu, 12 Maret 2009 menjadi masa-masa yang mengharukan bagi mama. Anakku Abhi sedang belajar menyapih dirinya. Semalam mama iseng bilang sama Abhi, “Nak, nenennya sekarang sakit kalo dinen. Karena Abhi sudah besar. Nenen kan buat bayi ya Nak. Abhi masih bayi atau udah gede?”. Abhi senyum –senyum aja bilang “Deee..”. Gede maksudnya. Abhi memang sedang senang dibilang anak Gede, mungkin karena anak gede boleh ngelakuin banyak hal yang selama ini selalu mama larang. Mama bilang anak gede boleh main layangan, boleh belajar gunting kertas buat ditempel dibukunya, boleh naik tangga di rumah. Apalagi, Abhi senang sekali liat kakak Rifki, tetangga depan main layangan sama papanya.
“Ooo, Abhi udah gede ya. Jadi dah ga mau nenen ya.”
“Yayaya…. dee….” Kata abhi sambil senyum-senyum
“Hebat ya anak mama, Abhi anak baik ya. Emangnya kalau udah gede, Abhi mau ngapain”
“Yayak….Papa… Yayak..Papa”
“Ooo main layangan sama papa ya. Nanti kalau papa pulang dari Jepang, Abhi ajak papa main layangan ya”
“yayayaya….”
Duuh senyumnya Abhi, bahagia sekali dia dibilang anak besar. Mama senyum-senyum sendiri melihatnya. Anakku sayang, makin lama makin tambah pinternya. Menjelang bobo malem, selesai berdoa abhi seperti biasa minta nen. Mama bilang lagi, “kan katanya anak besar, anak besar udah ga nenen kayak aa’rifky. Nenennya sakit kalau diminum anak besar. Abhi kan udah besar.” Well, jujur kalau Abhi kekeuh minta nenen juga, pasti akan mama kasih saat itu juga. Tapi Abhi Cuma diem. Dia menatap mama sambil diem, membuat perasaan mama campur aduk. Terus dia tarik-tarik baju mama, mama pikir dia pasti mau nenen. Ternyata Engga!! Abhi pegang-pegang nen, sambil matanya berusaha untuk bobo. Kakinya digoyang-goyangin, diusapin ke dinding. Nen dilepas lagi, sekarang dia coba gelundung-gelundung ke ujung tempat tidur, sambil liat mama dari jauh. Ga berapa lama, dia balik lagi, pegang nen lagi, sambil merem-merem.
Tuhan, mama merasa bersalah sekaligus bangga padanya. Mama merasa bersalah karena membuatnya tidak nyaman luar biasa. Mama tau dia ingin sekali nenen, dan dia mencoba mengalihkan sendiri keinginannya untuk nen dengan macem-macem tingkahnya itu. Mama bangga sekali pada Abhi. Karena Abhi bisa memutuskan untuk tidak nenen atas kemauannya sendiri, karena dia tau kalau dia nenen, maka mamanya akan sakit. Abhi memilih tidak nenen karena tidak ingin mamanya sakit. Sesuatu pengorbanan besar baginya, mengorbankan keinginannnya demi mama. Dia sudah belajar memutuskan sendiri yang dia inginkan. Mama sedih sekaligus bangga padanya. Ahh, anakku sudah besar.
Malam itu kami lalui dengan gelisah. Abhi terbangun beberapa kali malam itu, sambil memanggil-manggil mama. “Maa, nen maa.. neenn”. Mama sedih sekali Tuhan. Mama merasa sedang menyiksanya. Kemudian mama dekatkan nenen di mulutnya, namun apa yang terjadi? …. Abhi tidak nen!! Lagi-lagi dia cuma mengusap nenen mama. Memandangi dalam-dalam, dan mencoba tidur lagi. Anak baik… dia bahkan belajar komit terhadap kemauannya sendiri. Luar biasa… Begitu terus berulang tiga sampai empat kali. Subuh Abhi kembali terbangun, dan kali ini dia gelisah luar biasa. Mama coba tawarkan air putih, dan dia cuma meminumnya sedikit. Mama tawarkan susu UHT, tidak disentuh. Abhi ternyata cuma mau dipeluk malam itu. Sampai akhirnya dia tertidur lelap di bahu mama.
Malam itu banyak sekali hikmah yang mama ambil. Mama tau mungkin ini sudah saatnya, Abhiku mulai menyapih dirinya. Abhi bertambah besar. Dia mulai belajar menuju tahap-tahap pendewasaan. Semoga ketika suatu hari nanti, saat Abhi sudah punya kehidupannya sendiri, pembelajaran ini kelak akan membentuk karakternya menjadi pribadi yang baik. Mama sayang Abhi. Mama tau ini baru satu malam berlalu dengan sukses, masih ada beberapa malam berat yang harus kamu lalui Nak. Berhasil atau tidak proses menyapih ini, yang jelas mama sudah bangga padamu. Mama sudah menghargai usahamu. Abhi Ahmad Alizachrei, anak besar mama..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar