Catatan Lydia

Catatan Lydia
Blog ini didedikasikan untuk anak-anakku tercinta, Abhi Sachi dan Samy yang mewarnai hidupku dengan kebahagiaan. Tulisan-tulisan di blog ini menjadi saksi, betapa berartinya kalian untuk mama. Kelak ketika kalian besar nanti, memori indah yang tertulis di blog ini akan selalu kita kenang bersama. I love U Nak..


Jumat, Juli 16, 2010

Menanti Lahirnya Adik

Di akhir masa kehamilan keduaku, terasa berbeda dengan masa-masa disaat aku mengandung abhi dulu. Dulu hampir setiap hari dilewatkan dengan browsing berbagai artikel mengenai kehamilan, melahirkan dan menyusui, mengunjungi klinik laktasi sebagai bekal asi eksklusif perdanaku saat itu, ditambah perasaan deg-degan acap kali membayangkan proses melahirkan nanti, normalkah, sakitkah, bagaimana bayinya nanti, beribu pertanyaan berkecamuk kala itu. Kali ini di akhir masa kehamilan kulewati dengan santai, menikmati hari-hari sebagai ibu rumah tangga dirumah, bercengkerama bersama kakak abhi, membaca ulang koleksi artikel kehamilanku dulu. Rindu juga rasanya untuk hunting kelapa ijo, bubur kacang, ikut senam hamil sambil curhat bareng ibu-ibu berbadan dua lainnya dan yang dulu tak pernah dilewatkan tentu saja, apalagi kalau bukan… belanjaaaa. Ibu-ibu mana yang ga gatel cuci mata pernak-pernik bayi yang lucu-lucu itu siih. Ah ternyata hamil itu memang menyenangkan sekaligus merindukan juga ya...

Memasuki minggu ke 38, sesekali kontraksi ringan mulai kurasakan. Aku menduga waktu melahirkan sudah dekat, mengingat abhi dulu lahir persis di minggu ke 38. Apalagi dokter kandunganku saat kontrol terakhir mengingatkan bahwa adik mungkin akan lahir lebih cepat dari due date seharusnya. Tas siaga sudah disiapkan, tinggal berangkat bila waktunya tiba. Tunggu punya tunggu, minggu 38 berlalu dengan status masih di bukaan 1. Memasuki minggu 39, tanda-tanda persalinan tak juga datang. Hingga satu minggu berlalu, si adik masih betah didalam kandunganku. Minggu 39 berlalu dengan status masih juga di bukaan 1. Ah mungkin belum waktunya si adik lahir. Aku harusnya cukup tenang mengingat kondisi adik baik-baik saja, lagipula disini melahirkan diatas week 40 adalah hal yang biasa, dan dokter pun biasanya akan menunggu sampai tanda-tanda kelahiran terjadi dengan sendirinya, secara alami. Sementara di Indonesia, cukup banyak dokter yang akan menyarankan caesar begitu melewati minggu 40, bahkan tanpa indikasi resiko dalam kehamilan itu sendiri. Masih kuingat senyum di wajah Sensei Saito saat aku menanyakan kapan si adik bakal lahir. Rentetan pertanyaanku dijawab hanya dengan senyuman khas di wajahnya dan satu patah kata “as soon as possible.” Hihihi ya iyalah.. bukankah kelahiran sudah ada yang mengaturnya kenapa pula aku harus mendikteNya. Tertawa aku membayangkan kekonyolanku sendiri. Kekhawatiran yang tak berdasar.

Well, di akhir masa kehamilan ini aku perbanyak dengan berjalan kaki, kemana saja asalkan kaki dapat terus melangkah. Berharap kontraksi segera hadir. Tak lupa tentunya memanjatkan doa padaNya akan kesehatan janin dalam kandunganku dan kelancaran proses kelahiranku nanti. Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar