Catatan Lydia

Catatan Lydia
Blog ini didedikasikan untuk anak-anakku tercinta, Abhi Sachi dan Samy yang mewarnai hidupku dengan kebahagiaan. Tulisan-tulisan di blog ini menjadi saksi, betapa berartinya kalian untuk mama. Kelak ketika kalian besar nanti, memori indah yang tertulis di blog ini akan selalu kita kenang bersama. I love U Nak..


Senin, Januari 28, 2013

Ganbatte Tanpa ART


Lama tidak meninggalkan jejak di sini. Sudah hampir satu bulan terakhir bergulat dengan rutinitas yang cukup melelahkan. Yup, mbak Ani pulang. Daan..  tampaknya tak ada gejala mau kembali lagi. Ya sudah diikhlaskan saja. Satu tahun sudah dibantu sama mbak Ani, sudah sangat bersyukur. Tanpa ART, pastinya ada suka duka. Sukanya tentu privasi di rumah lebih terjaga. Anak-anak bisa dilatih disiplin sedikit-sedikit. Abhi sudah mulai bisa bersiap sekolah sendiri, mulai bangun tidur, mandi, berpakaian sampai siap berangkat. Alhamdulillah. Berbagi peran bersama suami pun juga sudah biasa kami lakukan. Saya sibuk di dapur, suami menemani anak-anak bermain. Atau saya beres mencuci, suami menjemur pakaian. Tidak ada yang tabu dalam hal ini. Maklum saja, kami berdua kan sama-sama bekerja. Kalau semua urusan rumah tangga mengandalkan istri, tentunya akan sangat berat jadinya. Thanks to my husband  yang tanpa malu dan sungkan mengulurkan tangan menyingsingkan lengan, halah…, demi membantu meringankan beban istrinya ini J   

Naaah duka tanpa adanya asisten rumah tangga itu tentu juga ada. Bangun subuh, dengan mata masih setengah watt sudah harus masuk dapur. List pekerjaan pagi sudah menunggu, mulai dari masak air mandi anak-anak, masak menu untuk sarapan merangkap makan malam hari itu, menyiapkan bekal sekolah kakak, nyuci ompol sachi, ditutup dengan mencuci piring dan merapihkan dapur. Lalu mandi, siap-siap ke kantor dan memandikan sachi. Semua harus dilakukan multitasking kalau mau semua beres. Oh ya semau harus selesai pukul setengah 7 pagi, karena waktunya untuk mengantar kakak sekolah dan berangkat ke kantor. Pulang kantor, setumpuk pekerjaan rumah tangga masih menunggu. Mulai menyiapkan makan malam, mandi anak-anak, nyuci baju. Jemur pakaian, terakhir mencuci piring bekas makan malam itu. Setelah menemani anak-anak sikat gigi, biasanya kami akan masuk kamar tidur. Sering kali aku tertidur saat menemani mereka tidur. Namun di tengah malam biasanya aku tetap bangun untuk menyiapkan perlengkapan sekolah Abhi, pakaian dan barang-barang Sachi. Sabtu minggu ditambah lagi menyelesaikan tumpukan setrikaan pakaian. Hmm lelah? Tentunya. Apalagi dalam kondisi hamil tua yang kini sudah memasuki 9 bulan di kandungan. Tak hanya fisik danmun juga emosi kadang tersita. Namun yang paling berasa adalah  quality time bersama anak-anak dan suami yang terasa berkurang. Terkadang quality time aku manfaatkan dengan mengajak Sachi mencuci piring berdua, atau mengajak anak-anak melipati pakaian bersama-sama sebelum disetrika. Namun, sering juga aku melarang mereka menggangguku di dapur. Karena tubuhku rasanya begitu lelah untuk sekadar mengeringkan lantai yang basah karena piring yang dicuci anak-anak. Atau melarang mereka bermain kotor-kotoran karena malas untuk merapihkan rumah dan memandikan mereka yang kacau balau. Well, salah tentunya, namun apa daya terkadang lelah tak sanggup dilawan lagi. 

Yang paling berat dalam kondisi tanpa ART adalah tidak ada yang menjaga Sachi L Sementara untuk mendaftar daycare apalagi daycare incidental sekarang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Waiting listnya panjaaaaang. Kalaupun ada, terkadang tidak sesuai dengan harapan saya. Kasihan juga Sachi harus dilepas di lingkungan yang tentunya dia belum nyaman. Di saat-saat seperti ini dilema sebagai ibu bekerja selalu diuji. I’m sorry kids, wish I can do more L Sementara ini Sachi sering kami bawa ke kantor papanya. Disana terdapat ruangan anak yang tidak digunakan. Ruangan ini kami fungsikan sebagai daycare buatan. Diboyonglah kasur dan mainan Sachi. Sebagai pengasuh, pegawai fotokopi kami alih fungsikan sebagai pengasuh incidental. Toko ditutup dulu sementara. Oh ya walaupun pegawai ini tentunya asing juga buat Sachi, namun setidaknya Papa dan aku bisa bergantian mengontrol Sachi sepanjang hari. Terkadang juga bila nenek sedang ada di Bandung, Sachi kami titipkan pada neneknya. Hanya saja sekarang nenek lebih betah di Jawa nampaknya. Aku pribadi ingin sekali mendatangkan Opa dan Oma ke Bandung. Namun sayangnya Opa dalam kondisi kurang sehat sekarang, jadi aku pun tak sampai hati merepotkan beliau. Hiks hiks…

Nampaknya perjuangan mencari ART akan terus berlanjut. Hari ini saja sudah mencoba menghubungi beberapa penyalur. Juga titip dicarikan pada beberapa rekan kerja, titip pada ART teman dan seterusnya. Hasilnya masih Nihil.

Yang meresahkanku tentunya menjelang due date lahiranku nanti. Harus ada yang menjaga anak-anak ketika suamiku nanti mendampingiku melahirkan. Atau aku harus melahirkan tanpa didampingi suami? Huhuhu sedihnyaaa…. Semoga segera dikasih rejeki ART yang baik hati sebagai rejeki adik bayi, ya Nak.

So… Ganbatte Mama, Abhi, Sachi dan Papa. Perjuangan belum berakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar