Catatan Lydia

Catatan Lydia
Blog ini didedikasikan untuk anak-anakku tercinta, Abhi Sachi dan Samy yang mewarnai hidupku dengan kebahagiaan. Tulisan-tulisan di blog ini menjadi saksi, betapa berartinya kalian untuk mama. Kelak ketika kalian besar nanti, memori indah yang tertulis di blog ini akan selalu kita kenang bersama. I love U Nak..


Jumat, Juni 04, 2010

Bunga untuk Adik

Hari yang cerah di hiroshima ketika suatu pagi kakak bertanya padaku,” mama, apa anak puan suka mobing?” Aku menatapnya sekejap saja, ia tampak menunggu jawabanku sambil memainkan mobil-mobilan tamiya miliknya di ruang tengah rumah. Aku menjawab sekenanya, tanpa pikir panjang. Toh paling juga ia hanya iseng bertanya seperti biasanya, untuk memuaskan hasrat ingin tahunya saja. “Anak puan juga ada yang suka mobil, tapi anak perempuan mungkin lebih suka boneka atau bunga” ujarku ringan sembari meneruskan menyetrika setumpuk pakaian hari itu. Senyap.. Artinya ia puas dengan jawabanku. Tampak dia kembali bermain dengan mobilnya. Hanya berselang hitungan detik tatkala ia berujar lagi,”mama, kalo anak laki-laki suka apa ma?” tatapnya serius padaku.

“Mmm, anak laki-laki mungkin lebih suka mobil-mobilan atau main bola,”jawabku setelah mengingat hal-hal yang sangat disukai kakak.
“Iya ma, abhi suka main bowa. Abhi juga suka mobing, suka semuanya,”senyumnya lantas mengembang.

Tak lama si bocah bertanya lagi,”kenapa anak puan suka bunga ma?” Aku tersenyum mendengar rentetan pertanyaannya yang tiada habis. Khasnya anak kecil seumurannya. “Karena bunga itu indah. Mama juga suka bunga” jawabku seadanya. Jujur aku hanya mengutarakan jawaban yang terlintas dibenakku saat itu. Toh aku fikir ia sendiri belum dapat mencerna secara dalam maksud semua pertanyaannya pun dengan jawabanku.

“Ma..,”panggilnya membuyarkan konsentrasiku yang buru-buru ingin menuntaskan setrikaan pagi itu. “Ada apa sayang?”tatapku padanya.
“Abhi mau main diwuang ya, abhi mau panjat pohon,”pintanya.
“Boleh, tapi kakak hati-hati ya panjatnya. Nanti jatuh pasti sakit,” kutatap ia dan kulihat senyum tersungging diwajahnya.”Ya mama, abhi anak waki-waki, abhi akan hati-hati.”

Setengah berlari dia membuka pintu di kamar kami menuju halaman depan, membiarkan hembusan angin segar menyeruak meniup lembut kamar kami pagi itu. Segera kupindahkan posisi menyetrikaku ke dalam kamar, agar aku bisa mengawasinya saat bermain di halaman. Tampak ia bermain riang di pohon itu, bergelantungan menirukan tarzan beraksi. Ah kakakku sayang, tampak senangnya kamu nak.

Tak lama, ia menghampiriku. Tangannya tampak tersembunyi dibelakang badannya. Senyum isengnya muncul. Hmm aku penasaran, apa yang ia lakukan kali ini ya. Tiba-tiba...

“Ini buat adik puan abhi ma,”ujarnya sambil menyodorkan setangkai bunga kecil berwarna kuning ke perutku.

Takjub kutatap ia dalam-dalam kali ini, kuraih bunga itu yang tampak sangat indah tatkala ia berkata sambil tersenyum lebar sekali,”adik pasti sukaaa sekawi ya mah.”

Oh Tuhan.. sungguh ini di luar dugaanku. Bagaimana bisa kakak berfikir sampai seperti itu. Belum lagi hilang takjubku, tatkala ia menghilang dan kembali menghampiriku dan berkata, ”Naa.. yang ini buat mama” lagi-lagi ia menyodorkan setangkai bunga yang sama dengan mahkota yang lebih besar padaku.
Ah kakak, kamu membuat mamamu ini tak mampu berkata-kata. Lirih kuucapkan, “Terima kasih sayang. Mama dan adik suka sekali” kucium keningnya dan ia pun melanjutkan bermain di halaman.

Tumpukan setrikaan tidak lagi menarik minatku saat itu, kuhentikan pekerjaanku dan kutatap ia bermain. Rupanya dibawah pohon tempatnya bermain dan disekitar jendela kami tampak tumbuh beberapa tangkai bunga kecil. Yang tak nampak indah karena tertutup ilalang yang cukup tinggi. Juga karena helai bunga itu yang tak seberapa banyak. Namun ia menarik perhatian kakak disela-sela waktunya bermain.

Yap, itulah awal hari yang indah bagiku. Kini, hampir di setiap hari bila ia bermain di halaman itu, kakak akan memetik bunga untuk adik, dengan kata-kata yang sama, “Ini untuk adik. Adik pasti suka.” Ah indahnya kata-kata itu, jauh melebihi indahnya sebuah bunga. Pun dibanding bunga-bunga yang papa kirimkan untukku.

Ya hari itu menjadi pelajaran berharga buatku. Adalah benar bahwa anak akan belajar banyak hal dari yang sesuatu yang kecil, sesuatu yang terlihat sepele bagi kita, namun bermakna sangat dalam baginya. Juga betapa mudahnya mengisi jiwa seorang anak dengan kebaikan apabila kita bisa memanfaatkannya dengan bijaksana. Betapa orang tua kadang merasa direpotkan untuk mengajarkan sesuatu sedari dini, padahal justru hasil yang akan dipetiknya dikemudian hari jauh-jauh lebih besar.

Terima kasih sayangku. Adikmu pasti sangat suka sayang, kubayangkan senyum adik diperutku. Mama dan adik pasti akan selalu menantikan petikan bunga darimu setiap harinya. I love u Abhi .