Catatan Lydia

Catatan Lydia
Blog ini didedikasikan untuk anak-anakku tercinta, Abhi Sachi dan Samy yang mewarnai hidupku dengan kebahagiaan. Tulisan-tulisan di blog ini menjadi saksi, betapa berartinya kalian untuk mama. Kelak ketika kalian besar nanti, memori indah yang tertulis di blog ini akan selalu kita kenang bersama. I love U Nak..


Senin, Desember 03, 2012

Si Topi Koki


Kamis malam disela istirahat sejenak usai menidurkan dua bocah, mama membaca buku penghubung sekolah kakak. Terdapat pemberitahuan bahwa hari senin diminta membawakan topi koki dan celemek untuk acara puncak tema “Nasi karunia Allah”, dimana anak-anak akan belajar menjadi koki dengan memasak. Hmmm langsung membatin, dimana lagi mencari barang satu ini. Yaah memang mama masih minim sekali  pengalaman hunting benda-benda pendukung belajar sekolah anak.

Waktu yang tersisa hanya Jumat-Minggu, 3 hari. Mama bergegas searching tempat penjualan topi koki. Susah sekali menemukan yang pas. Sebagaian besar penjual di bandung, memasang minimal order alias hanya untuk order partai, bukan eceran. Beberapa toko anak yang menjual dan menyewakan kostum koki pun saat ini semua stoknya sedang kosong. Yang available adalah beberapa seller yang berlokasi di Jakarta, itupun dibuat based on order dan diperkirakan sampai dibandung hari seninnya tergantung kurir. Waah artinya opsi ini juga tidak bisa.

Opsi lain yang terpikir adalah membuat sendiri si topi koki. Tampaknya bagus juga membuat topi dari kain flannel, dijahit sedikit hmmm tampaknya tidak terlalu sulit. Yang berat adalah justru belanja bahan-bahannya. Mempertimbangkan kondisi dengan perut yang semakin buncit, sepertinya sulit untuk belanja kain ke daerah otista sendiri. Minta ditemani papa juga tidak bisa karena jumat kakak pulang sekolah jam 2. It means papa harus menjemput kakak lebih cepat, dan menjaga kakak di kantor. Okay, then opsi ini pun buyar. Akhirnya opsi yang tersisa di kepala tinggal satu, membuat sendiri topi dari bahan karton. Yaah apa boleh buat, waktu yang tersisa tidak banyak. Lagian kenapa juga pemberitahuannya mendadak banget sih Bu Guruuuu…

Bahan-bahan prakarya mama yang masih harus dibeli tampaknya hanya karton putih dan kertas krep putih.  Yang lainnya seperti lem, gunting, double tape, penggaris, sepertinya semua ada di rumah. Ya bismillah aja deh, hunting juga ditunda sabtu aja karena jumat malam hujan membuat jalanan semakin macet, kasihan Sachi yang pastinya sudah nungguin di rumah.

Daaan ternyata, rencana tinggal rencana. Sabtu rencana belanja bareng sama papa dan anak-anak batal karena papa ada keperluan di luar. Mau pergi sendiri kok rasanya males banget yaaa. Ah, nampaknya bisalah beli bahan minggu, buat topinya juga minggu. Kayanya ga sulit-sulit amat, mbatin emak nekad satu ini :D

Well akhirnya minggu, belanja juga ke MIM. Mampir ke hypermart dan duiiinngg…. NIHIL. Karton ga ada, kertas krep apalagi. Mati deh gw, nyari kemana lagi ya. Gramedia dan toko stationery jauh dari rumah. Harapan terakhir tinggal Lottemart/Makro. Dan mampirlah kami ke Lottemart dekat rumah sehabis dari hypermart. Alhamdulillah karton putih dapat. Tinggal kertas krep yang ga ada. Daripada kasak kusuk nyari lagi dan belum tentu dapat juga, mending cari bahan pengganti aja deh. Lagian kertas krep putih nampaknya susah juga nyarinya. Yang penting kertas ganti krep ini harus bisa dipake wrap si topi. Akhirnya pilihan jatuh ke kertas minyak silver. Pikir mama, kertas minyak ini tampilan belakangnya putih, gampanglah bisa pake bagian belakangnya. Lagian karena tipis, pasti bisa diuyel-uyel seperti kertas krep. Sekali lagi, kesalahan fatal akibat menggampangkan :D

Malam akhirnya mama baru bisa memulai prakarya selepas menidurkan anak-anak. Jam sudah menunjukkan jam 10 malam. Tadinya mau meniru topi yang ini :



Fiuuuh ternyata susah juga ya. Bagian tersulit adalah membuat lipitan-lipitan pada kepala koki dan membuatnya tampak menggembung, karena tidak menggunakan kertas krep. Hiks hiks… Terpaksa deh akhirnya dibuat manual. Di saat asyik membentuk topi, baru sadar ternyata si double tape nya habis.. Huwaaaaa. Habis dimainin sama kakak dan neng nampaknya. Lengkaplah sudah, kertas krep ga ada, perekat juga ga ada. Huhuhu… Tapi demi kakak, pantang namanya untuk menyerah. Memanfaatkan peralatan yang tersisa, mari kita buat topi koki seadanya. Daaaan.. sim salabim… jadilah topi ini.



Hihihi bentuknya agak ajaib sih memang. Tapi better lah daripada kakak ga bawa sama sekali ke sekolah. Besoknya kakak bangun pagi, langsung mencoba topi dengan semangat. Mama juga sempat memotivasi kakak supaya nanti tidak minder kalau topi teman-temannya lebih bagus. Hihihi ini sih emaknya yang ga pede sebenernya. Tapi ternyata si kakak senyum-senyum aja tuh, sambil bilang, “makasih mama.”

Maaf ya dear, mungkin buatan mama ga serapi dan sebagus topi kain teman-temanmu. Tapi mama jaminkan satu hal, topi ini mama buat dengan seluruh cinta dan sepenuh hati untuk kakakku tersayang. Hahaha lebay kali puun… Selamat menikmati jadi koki ya kakak, buatin mama nasi goreng yang enak yaaa, Chef ABHI ^_^

Naaa ini dia foto si koki mama yang baru pulang sekolah. Tapi tulisan Chef Abhinya copot semua :D


Senin, Juli 23, 2012

Menyapih Setengah Hati


Melanjutkan cerita menyapih Sachi di note sebelumnya, ternyata menyapih kali ini lebih cepat dari dugaanku. Dua tahun satu bulan saja. Ada dua kejadian yang menjadi ujian kami berdua, Mama dan Sachi dalam periode penyapihan ini. Bermula di minggu ketiga selepas ulang tahunnya yang kedua, Sachi kena diare. Badannya panas diiringi dengan buang air besar, cenderung cair, terkadang disertai ampas dan terkadang pula tidak. Untungnya asupan cairan Sachi tetap baik, karena Sachi memang suka sekali minum, alhamdulillah. Namun seperti umumnya anak-anak ketika demam adalah menempel ke pelukan ibunya. Dan untuk Sachi disertai keinginan untuk menyusu kembali. Hmm karena kembali ke prinsip semula bahwa menyapih dengan cinta tidak boleh dilakukan dalam kondisi anak tidak siap maka selama sakit itu Sachi kembali menyusu seperti biasa. Gagal sudah proses menyapih tahap I, hehehehe…

Semula aku menduga harus kembali dari awal lagi dalam proses menyapih selanjutnya. Selepas sakit, frekuensi menyusui sedikit demi sedikit kembali aku kurangi. Yang aku lakukan adalah mengulangi persuasi bahwa selepas 2 tahun Sachi sudah mengenal susu lain selain ASI, seperti kakak Abhi. Yang kedua, tidak langsung memberikan setiap kali ia meminta, namun mencoba menawarkan dahulu susu UHT atau air putih untuknya. Bila tidak berhasil, ASI tetap kuberikan. Langkah ini berhasil mengembalikan frekuensi menyusui menjadi sebelum sakit, sekitar 2 kali dalam satu hari. So far so good.

Nahh.. selanjutnya datang ujian tak diduga yang tidak bisa aku hindari. I got bleeding. Yups, alhamdulillah ternyata Allah berkenan menitipkan kembali karunianya berupa janin di rahimku untuk ketiga kalinya. Usia janinku saat itu baru menginjak 7-8 minggu dan saat itulah bleeding terjadi. Kejadiannya aku hanya bisa menebak nebak apa yang membuat bleeding terjadi, karena hari itu aku tidak merasa terlalu lelah dan aku yakin pula bukan karena menyusui Sachi karena hari itu Sachi belum menyusu sama sekali padaku.

Seminggu terakhir memang aku harus ikut training di gegerkalong yang memakan waktu perjalanan 2 jam, lebih lama dari biasanya. Karena seminggu itu papa dinas dan tidak bisa mengantarkan aku ke kantor, maka aku memutuskan untuk naik angkutan kota saja. Dibanding membawa mobil sendiri di saat aku tengah mabuk darat dan kerap mengantuk selama hamil ini, maka naik angkot menjadi pilihanku. Pas di hari terakhir aku training, pagi itu aku naik angkot. Setengah perjalanan lancar saja. Menjelang sampai, angkot sudah agak kosong sehingga sopirnya kebut-kebutan. Pas di saat itu angkot melewati jalanan yang kurang bagus, berlubang-lubang. Saat angkot nge-rem mendadak untuk menghindari salah satu lubang itulah aku terloncat dari posisiku, cukup tinggi hingga terhempas kembali ke bangku yang terasa keras. Seingatku hanya itu saja kejadian membahayakan hari itu, selebihnya tidak ada. Dan malam harinya bleeding terjadi. Tidak hanya berupa flek spot saja namun sudah berupa darah segar yang mengalir. Sereeemmm, membuatku cemas, tak bisa tidur dan sangat khawatir malam itu. Keesokan harinya setelah berkunjung ke dokter kandungan terdekat, malah bertambah khawatir. Dokter bilang, ini belum bisa dipastikan. tapi nampaknya sudah terjadi abortus spontan, diduga kantung rahim sempat terlepas dari pembuluh-pembuluh darah yang menempel di dalam perutku. Sepertinya dokter terlihat cukup pesimis. Sedih. Tapi aku memutuskan untuk mencoba bedrest total selama satu minggu. Barangkali Dia berkenan mempertahankan adik bayi di rahimku. Dan saat itulah aku merasa dipaksa harus menyapih Sachi. Aku harus menyapih walau setengah hati. Hiks…

Saat itu kondisi mentalku kurang bagus. Di satu sisi mengkhawatirkan kondisi janinku, apakah dia masih disana. Di sisi lain aku tidak siap harus menyapih Sachi dengan paksa, mengubur impianku untuk menyapihnya dengan cinta. Mempertimbangkan segalanya, mau tak mau aku harus mengutamakan janinku. Dibantu papa, kami berdua menjelaskan kondisi kehamilanku pada Abhi dan Sachi, termasuk kenapa Sachi harus berhenti menyusui. Abhi antusias. Sachi diam. Menatapku, menatap perutku, dan aku sedih sekali menatap matanya.

“Mama, sakit? Adik bayi sakit, adik bayi mimi susu?”
“Iya, maaf ya Sachi. Mama tidak bisa menyusui Sachi lagi. Sachi minum susu kotak ya seperti kakak Abhi.”
Ia pun mengangguk. Ah Nak, maafkan mama.

Siang hari karena sibuk bermain dengan kakaknya, Sachi sepertinya lupa akan keinginannya menyusu padaku. Namun pada malam hari, tetap ia terbangun tengah malam. Duduk di kasur, dan menangis sendiri. Biasanya ia menangis sambil berkata setengah terpejam, ”nenen.. nenen ma.” Namun sejak saat itu tidak lagi. Ia hanya duduk lalu memandangku. Atau kadang pula kutemukan ia menangis tanpa suara. Masih dalam posisi tidur, ia sesegukan dengan air mata di sudut matanya. Hatiku sedih sekali saat itu, aku merasa tak siap. Kurangkul ia dalam pelukku, kutawari air putih dan Sachi mengangguk pelan. Dalam hatiku, seandainya pun Sachi menolak air putih dan kembali meminta ASI, aku tak akan menolaknya Nak. Namun nyatanya ia tidak meminta itu. Tak pernah lagi.

Dalam kondisi ini peran papa sangat membantuku.  Kerap papa membantu menawarkan air putih pada Sachi, dan membantu menggendongnya ketika ia kesulitan kembali tidur. Tetapi yang mengagumkan dan di luar dugaanku adalah kedewasaan Sachi sendiri. Ia tidak pernah meminta ASI lagi padaku dan tidak juga menolak tawaran air putih atau susu seperti awal-awal ia disapih. Terbangun, menangis dan menatapku  pun hanya ada di dua malam selepas bleeding. Selanjutnya setiap kali ia terbangun Sachi akan langsung duduk dan bergumam memanggil papanya, tidak memanggilku seperti yang ia lakukan 2 tahun terakhir.  Ia paham hanya dengan sekali penjelasan kami mengenai kondisiku. Luar biasa. Aku merasa inilah buah persuasi yang aku lakukan beberapa bulan terakhir. Efek nyatanya terlihat sekarang. Ketika ia siap menyapih dirinya sendiri.

Kini, satu minggu pasca bleeding Sachi sudah berhasil menyapih dirinya sendiri dengan sempurna. Ya, di luar dugaanku yang semula mengira harus menyapihnya paksa, ternyata tak perlu. Kali inipun aku berhasil menyapih dengan cinta. Dan keberhasilan ini karena kesiapan Sachi lebih dini dari yang aku duga.

Hanya ada satu kejadian yang membuatku merasa bahwa sesungguhnya jikalau ada yang tidak siap dengan penyapihan ini, maka itu bukan Sachi tapi aku. Iya aku. Tengah malam itu aku terbangun. Aneh padahal aku tidak mendengar ada tangisan atau kegelisahan anak-anakku. Dan saat itu aku menemukan Sachi tengah duduk dikasur, memandangku. Sesekali tangannya mengusap-usap nenen. Kemudian terdengar suaranya pelan, “dadah nenen sachi.. dadah ya nenen.” Saat itulah runtuh pertahananku, air mata meleleh dipipiku sementara Sachi malah menatapku bingung. Ya, aku menyapih dengan cinta, walau setengah hati karena ketidaksiapanku.

Malam itu kami tidur berpelukan. Kuusap punggungnya dan kening kami beradu. Ia menciumiku, aku menciuminya. Sejak malam itu pula kami berdua punya lagu kebangsaan baru menjelang tidur. Lagu yang hingga kini kudendangkan di telinganya setiap malam.

Dadah nenen… dadah nenen Sachi
Dadah nenen… Sachi ga nenen lagi
Dadah nenen… dadah nenen Sachi
Dadah nenen… Sachi sayang nenen

Dadah nenen.. dadah nenen Sachi
Dadah nenen.. Sachi sayang bayi
Dadah nenen.. Sachi sayang mama
Dadah nenen.. Mama sayang Sachi


Mulai dengan baik, akhirilah dengan baik. Tidak ada yang sia-sia selama kita berusaha.

Rabu, Juni 27, 2012

Weaning Sachi with Love

Proses menyapih itu pilihannya banyak. Ada yang menggunakan trik jamu-jamuan pahit, brotowali, ditempel hansaplast, dicoreti crayon atau spidol merah, dibalur balsam bahkan sampai mendatangi ‘orang pintar’. Hiiii syereeemm amit-amit. Tapi itu kembali pada pilihan anda masing-masing. Impian terbesarku adalah mengawali menyusui dengan indah, mengakhiri juga dengan indah alias menyapih dengan cinta atau bahasa kerennya weaning with love.

Menyapih itu tidak mudah bagi kedua belah pihak, baik bagi ibu maupun bagi anak. Menyapih dengan cinta adalah berdasarkan keridhoan kedua belah pihak, tanpa paksaan tanpa tangisan. Proses menyapih dengan cinta bukanlah proses instan yang satu dua hari kejadian. Hei, Ini bukan sulap! Orang tua selayaknya paham bahwa kesuksesan menyapih dengan cinta adalah sekali lagi buah dari konsistensi dan kesabaran. Tak ada anak yang akan merasa enjoy melepaskan rutinitas yang membuatnya nyaman aman selama 2 tahun, harus berakhir hanya dengan sekejap mata saja.

Selepas Sachi berusia 2 tahun, 16 Juni kemarin, maka proses menyapih pun dimulai. Proses menyapih sebenarnya sudah aku sounding ke Sachi sejak usianya memasuki 1.5 tahun. Terlalu dini? Tidak juga. Bahkan mungkin itu juga salah satu tipsnya. Mulailah segera, agar ia tidak kaget dengannya. Mulailah dengan konsisten, jangan sampe minggu ini diwacanakan, minggu depan lupa, besoknya disapih. Wah itu sih kebangetan kalau mengharapkan bisa menyapih dengan cinta tapi tanpa anda bantu dengan konsistensi. Awalnya hanya perbincangan sederhana, satu bulan satu kali, menjadi dua minggu sekali, satu minggu satu kali, hingga nyaris tiap malam menjelang ulang tahunnya yang kedua.

Mama : “Neng.. besok ada yang ulang tahun ya? Siapa ya mama kok lupa”
Sachi : (mesem-mesem sambil berkata pelaaan sekali) “Sachiiii.”
Mama : “Ooh Sachi anak mama mau ulang tahun ya. Memangnya adek umurnya berapa sekarang?
Sachi : “Duwaaaaaa, ma.”
Mama : “Waaa udah gede ya Sachi. Besok tiup lilin dong ya dek.
Sachi : “Ciup lilin. Celamat ulan tauun, ku uu capkaan. Ulan taun dua, nenennn.. Sachi…. Udaah.”
Mama : “Hebat.. Sachi udah ga nenen ya, udah besar ya nak. Coba mama lihat kakinya? Wooow panjang banget kayak kaki kakak. Tangannya? Wooow panjang juga kayak tangan kakak. Hebat dong Neng udah gede. Sebentar lagi tinggi, sebentar lagi kayak kakak ya minumnya susu kotak.”

Kira-kira seperti itu perbincangan kami di malam-malam sebelum ulang tahunnya yang kedua. Alhamdulillah doktrin dari beberapa bulan yang lalu cukup berhasil, Sachi tau bahwa ia mulai memasuki masa disapih. Sampai disini aku cukup puas, setidaknya sachi tau dulu walaupun mungkin belum paham mengapa harus di sapih, kenapa sekarang dan seterusnya.

Well, pada kenyataannya teori berbeda dengan praktek. Di satu sisi Sachi mengerti, di sisi lain tetep belum mau disapih. Wajar saja, ingat proses ini bukan INSTAN! Aku sendiri tidak menargetkan seberapa lama toleransi waktu untuknya. Satu bulan.. dua bulan.. mungkin juga 4 bulan seperti Abhi, atau bahkan lebih! Tak mengapa Nak, ayo kita coba lagi. Lha wong emakmu aja baru berhasil disapih oma di usia 4 tahun hihihi.

Seminggu pertama, Sachi tidur gelisah. Tapi ia tidak meminta asi. Aku tahu dia berusaha keras untuk itu. Mulai bolak balik minta digosok punggungnya, pindah tempat tidur, minta ganti baju, minta minum air putih sampe bolak balik minta ke wc harus dilakoni dengan sabar hehehehe. Disini ujian anda sebagai orang tua!

Beberapa hari ini untuk tidur malam Sachi berhasil untuk tidak minta asi. Tipsnya adalah sang bunda tidak boleh menemani tidur dalam posisi terlentang. Bisa sambil duduk ataupun sedikit menelungkup. Kalaupun terpaksa terlentang, tutuplah dada bunda dengan bantal untuk menghindari kontak langsung bayi dengan sang nenen yang dirindukannya. Tidak selalu berhasil memang, tapi minimal sangat membantunya asalkan konsisten.

Tengah malam juga Sachi biasanya terbangun sekali hingga dua kali tanpa minta asi, namun sedikit merengek. Ketika Sachi gelisah tengah malam seperti ini, dalam kondisi mata Sachi yang masih memejam, aku biasanya membantu menyodorkan air putih ke mulutnya. Tak harus air putih, tapi apapun itu bisa susu kotak seperti abhi dulu. Biasanya trik ini berhasil membuatnya tidur kembali. Baru menjelang pagi biasanya dia tidak kuat. Berbagai trik sudah aku coba tapi hingga saat ini belum berhasil membuatnya melupakan nenen. Berhubung prinsip menyapih dengan cinta ini adalah tidak menawarkan, namun tidak menolak jika diminta. Jadi setelah aku berusaha membantunya dan gagal, maka saatnya kuberikan kembali asi yang ia inginkan. Sejauh ini atau nyaris dua minggu pasca ulang tahunnya yang kedua, Sachi meminta asi padaku hanya satu kali saja atau maksimal dua kali setiap harinya. Hal ini tidak berlaku di hari libur, karena sabtu dan minggu biasanya Sachi masih tergoda untuk meminta asi di siang hari.

Satu hal yang lucu adalah ekspresinya ketika meminta nenen. Seperti ini misalnya.
Sachi tiba-tiba mendekatkan wajahnya, tersenyum sangat manis dan bilang,“Mama… bole yaa.. cedikittt ya. cedikiiiit”
Mama bingung dong, ini anak maksudnya apa ya. Setelah sekian lama baru sadar ternyata maksudnya merayu mama untuk minta asi sedikit aja hehehehe. Atau begini

Sachi : “Mama.. nenen. Mau.”
Neng terdiam sebentar terus berkata pelan, “Mmmm sachi ulan taun dua. Nenen udah.” Dan si bocah kabur begitu saja, bingung lari kesana kemari tak jelas arahnya seperti tau harus mengalihkan keinginannya akan asi, bahkan tanpa sempat mama menaggapi sepatah pun. Atau yang ini.

Sachi : “Mamaa… cicip cicip aja ya.”
Tapi begitu disodorin, itu ngenyotnya semangat 45 banget sodara-sodara. Udah gitu disuruh setop ga mau pula. Hehehehe. Pernah juga ia mencoba tidur namun gagal. Gelisah sekali sampai akhirnya dia berhasil memejamkan matanya setelah tangan mungilnya bisa menyentuh nenennya, memilin sedikit lantas tak ada 1 menit ia pun tertidur. Luar biasa bukan candunya si nenen ini untuk seorang anak ASI! Tapi sekali lagi, dinikmati saja proses ini. Akan ada masanya Sachi akan ikhlas melepas kebiasaannya menyusu.

-------
Malam itu sachi manis sekali.
Mama : “Dek, sachi udah ngantuk nak? Mau minum apa, mau mama gosok punggungnya? Mau impuk mama atau mau mama gendong?”
Sachi : (Diam menatap mata mama lalu senyum) “Nenen Sachi udah. Ulan Taun Duwa. peluk mama. Sachi mau.”

Dan dia pun mengulurkan kedua tangannya memelukku. Ah sayangku, so sweet. Sabar ya neng, Mama bantu neng dengan berjuta pelukan untukmu. Neng geulis madu pasti bisa, kita berdua pasti bisa.

*To be continued berhubung masih dalam proses menyapih. Tips-tips disini belum berhasil sempurna di Sachi, tapi berhasil di Abhi dulu. Doakan kali ini pun berhasil yaaa…

Jumat, Juni 15, 2012

Sachi S3 ASI

Hari ini aku tidak memompa ASI lagi. Why, Kenapa, What happen, Aya naon? The one and only reason, tentunya karena perjuanganku memberikan ASI Eksklusif untuk Sachi insya Alloh akan mencapai finishnya Sabtu besok 16 Juni 2012.

Sachiku besok akan lulus ASI 2 tahun (16 Juni ‘10 – 16 Juni ’12). Sebuah periode yang tak sebentar untuk menyusui, sampai-sampai dalam bahasa gaulnya ibu-ibu menyusui diberikan apresiasi dengan layak menyandang gelar sarjana S3 ASI Eksklusif, seperti halnya kakak Abhi. Berhasil.. berhasil.. Yeayy… Alhamdulillah.

Dua tahun menyusui adalah sebuah kehormatan dan kebanggaan luar biasa bagiku, menyempurnakan kebahagiaan sebagai seorang ibu khususnya ibu bekerja seperti aku. Kenapa, karena tak semua mampu bertahan, tak sedikit berguguran, tak peduli ia ibu bekerja ataupun ibu rumah tangga, sama saja. Karena nyatanya memberikan ASI itu sungguh perjuangan, disanalah ujian akan komitmen, konsistensi dan kesabaran. Banyak faktor dan kondisi yang siap menjadi sang setan penggoda, momok yang tak pernah bosan memudarkan semangat akan ASI.

Dalam dua tahun pumping ASI di kantor, satu persatu rekan menyusui berguguran karena berbagai alasan dan kondisi. Tapi satu per satu juga bertambah ibu-ibu muda yang bergabung menjadi pumping mom. Alhamdulillah.Teringat perjuangan pumping ASI untuk Abhi dulu yang terasa jauh lebih berat. Selama 2 tahun penuh memompa di kantor sendiri. Belum ada tempat menyusui yang memadai. Mencari teknik pumping sendiri. Memotivasi diri sendiri. Semua serba sendiri. Kini pumping ASI untuk Sachi terasa jauh lebih mudah. Selain karena pengalaman asam garam dunia pompa memompa sudah di genggaman (cieee..), sekarang juga hadir teman-teman seperjuangan pemompa ASI. Eni, Ari, Desi, Riska lanjutkan ya perjuangannya. Eni, tampuk pimpinan tetua geng menyusui resmi kuserahkan padamu yaa hehehe.

Somehow, sedih juga yaaaa ternyata melepas rutinitas yang dilakukan hampir tiap hari. And, I missed it already. Bcoz I love it, I love breastfeeding.
=====

Hasil Pumping kamis kemarin artinya menjadi stock ASI Sachi terakhir untuk dikonsumsi hari ini. Selanjutnya Sachi-ku akan mulai mengenal susu tambahan untuk ia konsumsi, mungkin UHT mungkin pula Sufor, entahlah belum aku putuskan.

Namun, insya Alloh perjuangan kita belum berakhir ya Neng. Masih ada satu ujian lagi untuk kita, menyapih dengan cinta. Di mulai dengan baik, mari kita akhiri dengan baik. Love u always, Neng Geulis Maduuu.





Mas, Pesen Bakso Satu

Kemarin siang selepas memesan kue ulang tahun untuk Sachi, aku mampir makan siang ke warung bakso kaki lima di kawasan dago. Sedang asik-asik menikmati semangkuk bakso cincang plus kerupuk dan teh botolnya, tak lama datang serombongan perempuan, kurang lebih 4 atau 5 orang.

Well, dengan segera para wanita ini menyedot perhatian beberapa mata. Bertubuh slim, lengkap dengan celana super mini dan make upnya yang full, hehehe standar bandung banget lah. Belum lagi gerak geriknya yang rame dan super heboh, serta merta membuat mata gatal untuk tidak sekadar meliriknya. Tapi bukan itu yang lantas menarik untuk diceritakan.

Tak lama para wanita mendekati tukang bakso dan memesan makanannya.

Mbak-mbak : "Mas, aku pesen baksonya satu ya."
Mas Bakso : " Oo iya boleh mba. seporsi ya."
Mbak-mbak : " Mas inget ya pesenanku satu, GA pake KUAH, GA pake MIE, GA pake SAYUR."
Mas Bakso : " Oo jadi baksonya aja seporsi ya."
Mbak-Mbak : "Idiih si mas, iya baksonya aja, tapiiiii.... BAKSONYA SATU BIJI! Aku kan lagi DIET, ini KABITA aja sih makanya kesini."
Mas Bakso : Bengoooong...

Tak lama si mba dan teman-temannya heboh masing-masing, berbagi tips diet ala ngemil satu biji bakso untuk menghilangkan kabita sambil menjaga ke-slim-an badannya itu.

Hihihihi dalam hatiku cuma satu, PESEN BAKSO APA CILOK MBA, hehehehe.

Alhamdulillah ya diriku masih bisa bebas makan dengan lahapnya dengan porsi yang tak jarang membuat para wanita lain tercengang. Pake nambah lagi. Hahahaha iyeee gue makannya emang banyak, terus kenape ada masalah :D

Enjoy your life, galz. Laper ya laper aja. Sesuatu banget yaa.

Kamis, Mei 31, 2012

Jam Weker Untuk Kakak

Kemarin, 29 Mei 2012 kakak Abhi pulang sekolah dihadiahi jam weker oleh ibu guru. Hadiah itu sebagai juara lomba busana hari kartini disekolahnya bulan April lalu. Hebatkan, kakak Abhi yang paling pemalu dan paling susah disuruh tampil malah mengoleksi juara menyanyi dan fashion show. Lomba lainnya malah engga. Hihihi. Oh ya sudah lama hadiahnya sebenarnya disiapkan bu guru, sudah lama juga diberikan kepada Abhi namun disimpan kakan di loker sekolah dan baru kemarin dibawa kakak Abhi pulang ke rumah.

Jam wekernya lucu, bergambar karakter angry bird merah salah satu game kesukaan kakak. Kakak bercerita dengan semangat tentang hadiah dari gurunya, namun dia juga berkata bahwa jam weker ini harus dinyalakan untuk membangunkan dia di pagi hari. Wohoho rupanya pesan terselubung dari bu guru bahwa kakak harus bangun pagi, supayaaa.... TIDAK terlambat sekolah lagi! Hehehehe.. misi yang bagus. Iyaaa sih memang kakak Abhi adalah pemegang rekor raja telat di sekolahnya. Dalam seminggu pasti adaaa aja telatnya. Saingan sama temennya yang namanya Faiz. Hihihi saingan telat kok bangga :D

Oh ya kasihannya nih, yang jadi tumbal alasan terlambat adalah... Papa. Hehehehe.. Kenapa papa, kata Abhi sih begini.

"Aku bangun siang itu karena nyetrum papa. Papa sih ngorok sampe pagi. Aku jadi ikutan deh."
atau yang ini
"Papa nyetirnya lambat macam siput, jadi aja lama di jalan."
atau begini
"Kalo ada papa, pasti jalanan macet."

Hihihi semua papa yang salah (yang ini persis mama banget nih, hobi nyalahin papa wkwkwkwk). Padahal nih... memang si kakak bangunnya siang. Udah gitu habis bangun ga mau langsung mandi, tapi malah tidur lagi di sofa depan tv. Abis itu leyeh-leyeh dulu. Neng Sachi yang baru bangun malah disuruh kakak mandi duluan. Kakak baru mau mandi paling belakangan, udah gitu lambat banget deh gerakannya. Jalan ke kamar mandi, buka baju, mulai mandi itu lamaaaa banget. Belum lagi pake marah-marah kalo rambutnya dikeramas. Berantem dulu deh sama mama. Duuuuh, mama sampe geregetan tiap kali mandiin kakak. Belum lagi abis mandi, pake baju sekolah, eh dia nonton TV lagi. Trus kalopun di jalan hari itu lancar, begitu sampe kantor papa, sempet-sempetnya si kakak sakit perut minta pup dulu. Huwaaaaa.... Control C control D, capee deee :D

Balik lagi ke jam weker tadi, pagi ini berbeda sekali. Si kakak jadi anak manisss banget. Pagi ini si kakak bangun pagi, mendahului si weker berbunyi malah. Udh gitu dia leyeh-leyeh aja di sofa, ga pake tidur lagi. Disuruh mandi langsung mau tanpa adu argumen dulu. Disuruh A dimintain tolong B, nuruuutt semua. Aduuh baik banget deh kakak hari ini. Alhasil pagi ini kakak sukses tidak terlambat sekolah lagi. YESS.. Senangnya... semoga aja besok-besok kakak sekolahnya lebih semangat lagi ya Nak. Supaya mamamu ini ga nambah tua. Lho... apa hubungannya?? Ya iya kan mama ga mesti ngomel-ngomel deh tiap hari, jadi kerutan di keningnya ga cepet nambah. Hehehe mungkin ga sih mama ga ngomel satu hariii aja, mmm... meragukan. Hahahaha :D


Minggu, April 15, 2012

Surganya Anak-anak

Papa, Mama dan Abhi dalam perjalanan menuju sekolah. Rutinitas seperti biasa di pagi hari di tengah kemacetan diisi dengan celoteh kakak. Seperti lazimnya keluarga masa kini, momen seperti ini sudah menjadi quality time bagi kami orang tua untuk berbagi perhatian dan sharing dengan si kakak. Banyak hal yang bisa kami gali dari kakak di saat-saat hanya kami bertiga seperti sekarang ini, banyak canda dan banyak tawa, disamping banyak omelan tentunya hehehe.

Kali ini kakak bertanya lagi tentang surga, untuk kesekian kalinya.

"Papa, disurga ada apa?" tanya kakak pada papanya yang sedang menyetir.
"Macem-macem kak, semua yang indah-indah ada disurga," kata papa.
"Kalo di al quran, surga itu ada air mengalir, penuh tanaman hijau. indah sekali kak.semua yang indah-indah ada."
"Ooo surga semua yang indah dan baik ya mama. Trus nanti makannya gimana dong ma disurga?"tanya kakak lagi.
"Ya disurga semua ada kak. Nanti kalo kakak mau ayam.. ting.. ayamnya muncul. Mau brokoli.. ting.. brokoli muncul sepiring," canda mama padanya.
"Waaa kereen. semua yang kita mau ada ya ma?"
"Iya ada."
"Mmmm.. apa ada yang bisa ngelarang ma?"
"Ya ga ada. Di surga semua yang kita mau ada. Bebas. Enakkan masuk surga. Makanya kakak harus jadi anak yang baik dulu. Harus jadi anak sholeh," ucap mama spontan.
"Asiiiik.. aku mau masuk surga ah mama."
"Amiin. Iya dong, mama juga mau."
"Nanti disurga aku mau minta hotwheels ah.. ting.. hotwheelsnya muncul banyaaak. Mmm apalagi ya.. mau tamiya juga, terus mau relnya hotwheel yang panjaaaaang terus aku mau maen plants and zombie sampaiiii lamaaa bangeeet. Yeyeyeye... mama ga bisa larang aku. yeyeyeye.... mama ga bisa marah. yeyeyeye..." teriaknya bersemangat.

Papa ketawa terbahak-bahak dan si Mamah bengong ?#@&>

Yayaya... ternyata surga versi anak-anak seperti itu ya :)