Proses menyapih itu pilihannya banyak. Ada yang menggunakan trik jamu-jamuan pahit, brotowali, ditempel hansaplast, dicoreti crayon atau spidol merah, dibalur balsam bahkan sampai mendatangi ‘orang pintar’. Hiiii syereeemm amit-amit. Tapi itu kembali pada pilihan anda masing-masing. Impian terbesarku adalah mengawali menyusui dengan indah, mengakhiri juga dengan indah alias menyapih dengan cinta atau bahasa kerennya weaning with love.
Menyapih itu tidak mudah bagi kedua belah pihak, baik bagi ibu maupun bagi anak. Menyapih dengan cinta adalah berdasarkan keridhoan kedua belah pihak, tanpa paksaan tanpa tangisan. Proses menyapih dengan cinta bukanlah proses instan yang satu dua hari kejadian. Hei, Ini bukan sulap! Orang tua selayaknya paham bahwa kesuksesan menyapih dengan cinta adalah sekali lagi buah dari konsistensi dan kesabaran. Tak ada anak yang akan merasa enjoy melepaskan rutinitas yang membuatnya nyaman aman selama 2 tahun, harus berakhir hanya dengan sekejap mata saja.
Selepas Sachi berusia 2 tahun, 16 Juni kemarin, maka proses menyapih pun dimulai. Proses menyapih sebenarnya sudah aku sounding ke Sachi sejak usianya memasuki 1.5 tahun. Terlalu dini? Tidak juga. Bahkan mungkin itu juga salah satu tipsnya. Mulailah segera, agar ia tidak kaget dengannya. Mulailah dengan konsisten, jangan sampe minggu ini diwacanakan, minggu depan lupa, besoknya disapih. Wah itu sih kebangetan kalau mengharapkan bisa menyapih dengan cinta tapi tanpa anda bantu dengan konsistensi. Awalnya hanya perbincangan sederhana, satu bulan satu kali, menjadi dua minggu sekali, satu minggu satu kali, hingga nyaris tiap malam menjelang ulang tahunnya yang kedua.
Mama : “Neng.. besok ada yang ulang tahun ya? Siapa ya mama kok lupa”
Sachi : (mesem-mesem sambil berkata pelaaan sekali) “Sachiiii.”
Mama : “Ooh Sachi anak mama mau ulang tahun ya. Memangnya adek umurnya berapa sekarang?
Sachi : “Duwaaaaaa, ma.”
Mama : “Waaa udah gede ya Sachi. Besok tiup lilin dong ya dek.
Sachi : “Ciup lilin. Celamat ulan tauun, ku uu capkaan. Ulan taun dua, nenennn.. Sachi…. Udaah.”
Mama : “Hebat.. Sachi udah ga nenen ya, udah besar ya nak. Coba mama lihat kakinya? Wooow panjang banget kayak kaki kakak. Tangannya? Wooow panjang juga kayak tangan kakak. Hebat dong Neng udah gede. Sebentar lagi tinggi, sebentar lagi kayak kakak ya minumnya susu kotak.”
Kira-kira seperti itu perbincangan kami di malam-malam sebelum ulang tahunnya yang kedua. Alhamdulillah doktrin dari beberapa bulan yang lalu cukup berhasil, Sachi tau bahwa ia mulai memasuki masa disapih. Sampai disini aku cukup puas, setidaknya sachi tau dulu walaupun mungkin belum paham mengapa harus di sapih, kenapa sekarang dan seterusnya.
Well, pada kenyataannya teori berbeda dengan praktek. Di satu sisi Sachi mengerti, di sisi lain tetep belum mau disapih. Wajar saja, ingat proses ini bukan INSTAN! Aku sendiri tidak menargetkan seberapa lama toleransi waktu untuknya. Satu bulan.. dua bulan.. mungkin juga 4 bulan seperti Abhi, atau bahkan lebih! Tak mengapa Nak, ayo kita coba lagi. Lha wong emakmu aja baru berhasil disapih oma di usia 4 tahun hihihi.
Seminggu pertama, Sachi tidur gelisah. Tapi ia tidak meminta asi. Aku tahu dia berusaha keras untuk itu. Mulai bolak balik minta digosok punggungnya, pindah tempat tidur, minta ganti baju, minta minum air putih sampe bolak balik minta ke wc harus dilakoni dengan sabar hehehehe. Disini ujian anda sebagai orang tua!
Beberapa hari ini untuk tidur malam Sachi berhasil untuk tidak minta asi. Tipsnya adalah sang bunda tidak boleh menemani tidur dalam posisi terlentang. Bisa sambil duduk ataupun sedikit menelungkup. Kalaupun terpaksa terlentang, tutuplah dada bunda dengan bantal untuk menghindari kontak langsung bayi dengan sang nenen yang dirindukannya. Tidak selalu berhasil memang, tapi minimal sangat membantunya asalkan konsisten.
Tengah malam juga Sachi biasanya terbangun sekali hingga dua kali tanpa minta asi, namun sedikit merengek. Ketika Sachi gelisah tengah malam seperti ini, dalam kondisi mata Sachi yang masih memejam, aku biasanya membantu menyodorkan air putih ke mulutnya. Tak harus air putih, tapi apapun itu bisa susu kotak seperti abhi dulu. Biasanya trik ini berhasil membuatnya tidur kembali. Baru menjelang pagi biasanya dia tidak kuat. Berbagai trik sudah aku coba tapi hingga saat ini belum berhasil membuatnya melupakan nenen. Berhubung prinsip menyapih dengan cinta ini adalah tidak menawarkan, namun tidak menolak jika diminta. Jadi setelah aku berusaha membantunya dan gagal, maka saatnya kuberikan kembali asi yang ia inginkan. Sejauh ini atau nyaris dua minggu pasca ulang tahunnya yang kedua, Sachi meminta asi padaku hanya satu kali saja atau maksimal dua kali setiap harinya. Hal ini tidak berlaku di hari libur, karena sabtu dan minggu biasanya Sachi masih tergoda untuk meminta asi di siang hari.
Satu hal yang lucu adalah ekspresinya ketika meminta nenen. Seperti ini misalnya.
Sachi tiba-tiba mendekatkan wajahnya, tersenyum sangat manis dan bilang,“Mama… bole yaa.. cedikittt ya. cedikiiiit”
Mama bingung dong, ini anak maksudnya apa ya. Setelah sekian lama baru sadar ternyata maksudnya merayu mama untuk minta asi sedikit aja hehehehe. Atau begini
Sachi : “Mama.. nenen. Mau.”
Neng terdiam sebentar terus berkata pelan, “Mmmm sachi ulan taun dua. Nenen udah.” Dan si bocah kabur begitu saja, bingung lari kesana kemari tak jelas arahnya seperti tau harus mengalihkan keinginannya akan asi, bahkan tanpa sempat mama menaggapi sepatah pun. Atau yang ini.
Sachi : “Mamaa… cicip cicip aja ya.”
Tapi begitu disodorin, itu ngenyotnya semangat 45 banget sodara-sodara. Udah gitu disuruh setop ga mau pula. Hehehehe. Pernah juga ia mencoba tidur namun gagal. Gelisah sekali sampai akhirnya dia berhasil memejamkan matanya setelah tangan mungilnya bisa menyentuh nenennya, memilin sedikit lantas tak ada 1 menit ia pun tertidur. Luar biasa bukan candunya si nenen ini untuk seorang anak ASI! Tapi sekali lagi, dinikmati saja proses ini. Akan ada masanya Sachi akan ikhlas melepas kebiasaannya menyusu.
-------
Malam itu sachi manis sekali.
Mama : “Dek, sachi udah ngantuk nak? Mau minum apa, mau mama gosok punggungnya? Mau impuk mama atau mau mama gendong?”
Sachi : (Diam menatap mata mama lalu senyum) “Nenen Sachi udah. Ulan Taun Duwa. peluk mama. Sachi mau.”
Dan dia pun mengulurkan kedua tangannya memelukku. Ah sayangku, so sweet. Sabar ya neng, Mama bantu neng dengan berjuta pelukan untukmu. Neng geulis madu pasti bisa, kita berdua pasti bisa.
*To be continued berhubung masih dalam proses menyapih. Tips-tips disini belum berhasil sempurna di Sachi, tapi berhasil di Abhi dulu. Doakan kali ini pun berhasil yaaa…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar