Catatan Lydia

Catatan Lydia
Blog ini didedikasikan untuk anak-anakku tercinta, Abhi Sachi dan Samy yang mewarnai hidupku dengan kebahagiaan. Tulisan-tulisan di blog ini menjadi saksi, betapa berartinya kalian untuk mama. Kelak ketika kalian besar nanti, memori indah yang tertulis di blog ini akan selalu kita kenang bersama. I love U Nak..


Selasa, Agustus 23, 2011

Mama Belajar Mobil

Di usia yg sudah menginjak 30 di penghujung tahun ini, diriku belum juga berani bawa mobil sendiri. Walaupun sudah dua kali mengantongi SIM A sejak 12 tahun yang lalu, sudah dua kali juga kursus mengemudi, tetap saja nyaliku ciut. Padahal giliran jadi penumpang, ga cuma sok jago ngomentarin cara nyetirnya si papa, tapi  juga kerap menjahili papa selama nyetir. Kadang aku dan abhi sengaja teriak di telinga papa, aku di telinga kiri abhi di kanan, dan kami berdua akan tertawa puas kalo papa sudah marah-marah karena konsentrasinya terganggu. Belum lagi tukang rusuh di bangku depan, loncat-loncat di dalam mobil bareng anak-anak. Hehehe maaapppp ya dear pap, it is fun somehow :D

Nah seiring dengan berjalannya waktu, hayah… maksudnya bersamaan dengan kakak yang mulai sekolah dan banyak aktivitas di luar rumah, sementara pengemudi tunggal kami  mulai disibukkan oleh tugas-tugas kantor dan sering kali dinas ke luar kota yang tak hanya hitungan hari tapi juga minggu, mungkin juga bulan, then driving become a must.  Masa sih sebagai ibu yang baik (ngaku-ngaku kalo yang ini mah), aku mesti rela anakku bolos sekolah terus tiap kali papanya dinas. Naik taksi jelas mahal, naik angkot plus sambung ojek ga efektif dan bisa-bisa kakak terlambat sampe sekolah, sementara mobil di rumah nganggur di garasi. Jadilah 2011 ini mama membulatkan tekad untuk bisa bawa mobil, ga muluk-muluk targetnya, cukup berani bawa mobil sampai kantor saja sudah cukup :D

Selama ini susah sekali mengatur waktu untuk sekadar belajar mobil keliling kompleks, kesibukan di rumah, di warung, belum lagi menunggu papa punya waktu longgar untuk menemaniku entah kenapa sulit sekali. Seperti misalnya beberapa hari lalu, sore hari sachi tidur, kakak lagi asik nonton tv sementara papa sibuk ngecat di depan rumah. Naaah, sembari berpesan agar papa menjaga sachi dan abhi, aku belajar lagi nyetir di kompleks sekitar rumah. Baru juga satu putaran tiba-tiba di samping mobilku muncul si abhi dengan sepedanya.

“Mamaaaa…. Aku temani ya. Mama kan lagi belajar mobil, aku jagain ya mamaaaa,” teriaknya sambil mengayuh sepedanya kencang-kencang persis di samping mobilku.

OMG, kebayang kan sudah baru belajar mobil, ngerem masih ga jelas, gas sering kekencengan, ini ditambah lagi si abhi pake mau nemenin segala. Masih mending kalau posisinya jauh dari mobilku, lha ini kalau ga mepet di samping mobil, ya dia ngejer mobilku dari belakang atau malah sok pede menyalip mobilku di depan. Alhasil rencana belajar mobil gagal total. Yang ada emaknya stress. Gimana engga stress kalau tiap kali mau mundurin mobil, si abhi tau-tau muncul di belakang. Mau belok kanan, kakak ngejer di samping kanan pula. Sepanjang jalan yang ada malah dag dig dug nyari si kakak, dimana posisinya, jangan sampe mobilku membahayakannya. Daaaan akhirnya.. belajar sore itu hanya bertahan 10 menit saja, berhubung pengemudinya stress dan memutuskan pulang  :D Begitu selanjutnya sampai akhirnya latihan selalu gagal total.

***

Nah kebetulan minggu ini sekolah kakak mulai libur, jadi kami hanya berangkat berdua saja ke kantor, aku dan papa. Minggu ini juga mulai arus balik mudik lebaran, jadi seharusnya lalu lintas akan makin sepi hingga akhir minggu nanti. Momen yang pas sepertinya untuk menunaikan resolusi 2011-ku, bawa mobil sampai kantor. Senin kemarin rencananya kutuntaskan targetku itu, tapi melihat lalu lintas yang ternyata masih padat, nyaliku kembali ciut saat papa bertanya yakinkah aku mau bawa mobil. Senin ternyata gagal lagi.

Selasa pagi ini, tanpa bertanya lagi papa langsung menyodorkan kunci mobil padaku. Lagi-lagi aku menolaknya, tapi papa ogah menerima bantahanku kali ini.

“Ayo dicoba saja, kalo ga dicoba kapan bisanya.”
Aku manyun. “Ya sudah aku coba, tapi kalo di tengah jalan mentok, aku turun ya. Papa aja yang bawa, ga peduli ditengah perempatan kalo aku ga bisa, aku turun,” ujarku setengah mengancam. Si papa hanya tersenyum kecil saja. Sudah mahfum banget sama perangai istrinya ini kelihatannya.

Daaaan, mulailah perjalanan pagi ini yang berasa sangat panjang. Tanganku dingin berasa baru keluar dari kulkas, jantung berdegup tidak teratur menandakan pengemudi sedang dilanda stress. Baru juga keluar kompleks, mulai lagi deh aku adu argument sama papa.

“Aku sampe jalan kompleks aja deh.”
“Coba dulu, gampang nanti kalo mentok.”
“Ya udah sampe bypass ya.”

Nyatanya Bypass berhasil lewat walaupun terdengar klakson sana sini.

“Aku sampe perempatan aja deh,”ujarku dalam hati. Begitu selanjutnya. Sampe binong, sampe antapani, sampe supratman, tiba-tiba saja mobil sudah sampai di gasibu.

“Haaah, sudah sampai??” ujarku setengah tak percaya.
Tanganku mulai hangat, senyum mulai tersungging kembali.
Papa tersenyum dan berkata,” good job mama.”

Hahahaha senangnya. I did it, I really did it. Yeayyyyy... Once again, yeay.. I did it. Resolusi 2011, accomplished.

****
Selang beberapa menit kemudian, baru tersadar ternyata selama mengemudi tadi aku meninggalkan HP dan dompetku di rumah. And it means…. Aku ga bawa SIM!!! Hahahaha nekaddddd….

Special thanks to papa : Makasih papa sudah menjadi tandem yang baik, yang tidak menjatuhkan mental pengemudi rapuh seperti mama hahahahaha....