Catatan Lydia

Catatan Lydia
Blog ini didedikasikan untuk anak-anakku tercinta, Abhi Sachi dan Samy yang mewarnai hidupku dengan kebahagiaan. Tulisan-tulisan di blog ini menjadi saksi, betapa berartinya kalian untuk mama. Kelak ketika kalian besar nanti, memori indah yang tertulis di blog ini akan selalu kita kenang bersama. I love U Nak..


Sabtu, Maret 12, 2011

Nasib Si Kepik

Libur telah tiba, seperti biasa hari ini waktunya berkumpul bersama keluarga. Siang tadi saat sedang menyuapi neng Sachi, si kakak beranjak dari duduknya didepan TV menuju dapur, hauusss ceunah. Tak lama..

"Mamaaa mamaaaaaa siniii maaaaaaaaa" teriaknya nyaring.
"Kenapa kak?" tanyaku heran
"Sini Ma.. ayo cepetan.. tuuh liat maaa."

Duuh ada apaan lagi sih nak, segitu hebohnya si kakak. Dengan malas aku beranjak menuju tempat kakak berdiri.

"Ituuu maa.. liat... apa itu," tunjuknya pada sesuatu benda kehitaman berukuran 2 kelereng mainan.
"Oalaaah kak, itu kan cuman kepik. Hiiii kepiknya gede banget ya kak."
"Iya ya ma, gede."
Tak lama si kakak mendekatkan diri ke arah si kepik gede. Perlahan memberanikan diri menyentuhnya.

"Hiii... jangan kak, kotor," ujarku.
"Papaaaa.. ini liat paa," si kakak berteriak heboh memanggil papa yang lagi asyik didepan tivi.
"Apaan sih, cuman kepik aja" kata si papa cuek.
"Ihh papa.. liat dulu ini kepiknya gede," ujar si kakak sibuk mengamati kepik gede itu.
"Tepok aja kalo takut," sahut papa cuek.
Hening. Si Kakak nampak kembali asyik menatap si kepik. Sesekali tangannya mencoba menyentuh si kepik dengan takut-takut.

Tiba-tiba papa mendekat.

"Awass minggir, Praaaak...praak..." papa tiba-tiba muncul membawa sendal dan sukses mendaratkannya berkali-kali ke si kepik. Kakak yang dari tadi berdiri di dekat si kepik kaget. Tak lama ia nampak bangun dari duduknya, menatap papa dengan bersungut-sungut. Sekejap kemudian ia lalu  mundur dan berlari mendekatiku yang dari tadi berdiri disudut. Tiba-tiba...

"Huwaaa... huwaaaaa... huwaaaaaaaa....," si kakak nangis tersedu-sedu.
"Lho lho lho, kakak kenapa.. kok nangis nak," tanyaku heran.
Sambil sesegukan disela airmatanya ia menunjuk ke arah jasad si kepik.
"Mama, itu kepiknya ma, kenapa dipukul ma, kasian dia mati. Kenapa mesti dipukul?"

Air matanya tak terbendung lagi, bercucuran ia sambil merangkul kakiku. Menyembunyikan kepalanya dibalik tubuhku, menatap kecewa ke arah papa yang nampak terbengong-bengong dengan tengah memegang jasad kepik di tangannya.
Oalaah nduk, papa pasti menduga kamu dan mama takut sama si kepik. Jadi jalan pintasnya, melayanglah ajian sendal menyentak bumi itu. Butuh waktu agak lama membujuk kakak sampai tangisnya mereda.

"Kak, maafin ya. Papa pasti ga sengaja kok kak, papa kira kakak dan mama takut ama kepiknya. Daripada kakak digigit, ya papa pukul aja kepiknya. Maaf ya kak."
"Kasian ma.." katanya sambil menghapus basah di pipinya.
"Iya benar, kakak benar. Kita kan harus sayang binatang ya kak. Mungkin papa lupa. Yang sering inget kan kakak, jadi kalau papa ato mama mau nepok hewan lagi, kakak ingetin ya nak."
Hmmm sepertinya ucapanku manjur juga. Tak lama kakak berhenti nangis dan mengangguk setuju. Alhamdulillah.

Jadi buat semua orang tua, biarpun gemes sama kecoa, kepik, semut dan kawan-kawan seperjuangannya mendingan nahan diri dulu, minimal jangan digeprek di depan anaknya ya. Ga semua anak sensitif sih, tapi ya ada baiknya kan ngajarin anak sayang semua makhluk hidup. Yuuk semua, mari sayangi hewan :)

Spesial buat Papa, hehehe gimana rasanya tadi pap? makanya jangan asal maen tepok :D