Catatan Lydia

Catatan Lydia
Blog ini didedikasikan untuk anak-anakku tercinta, Abhi Sachi dan Samy yang mewarnai hidupku dengan kebahagiaan. Tulisan-tulisan di blog ini menjadi saksi, betapa berartinya kalian untuk mama. Kelak ketika kalian besar nanti, memori indah yang tertulis di blog ini akan selalu kita kenang bersama. I love U Nak..


Senin, Desember 21, 2009

Selamat ulang tahun, Abhi

Sabtu, 19 Desember 2009 Abhi genap berusia 3 tahun. Hari ini tidak ada perayaan ulang tahun maupun kado spesial dari mama untuknya. Bangun pagi, mama dan abhi bernyanyi selamat ulang tahun bersama. Matanya yang tadi masih kriyep-kriyep, sekarang terlihat berbinar menatap lilin didepannya. Ya hanya lilin saja, tanpa kue ulang tahun, tanpa tumpeng, tanpa berkumpulnya anggota keluarga dan teman-teman. Usai lagu dinyanyikan, abhi meniup lilin berjumlah 3 didepannya. Mama menciumnya dan kami pun berdoa bersama. Begitu kami mengawali hari indah ini. Oh ya kemarin, abhi sudah mendapatkan kado sepasang sandal dari tantenya. Abhi memang selalu ingin punya sandal yang berbentuk jepit sendiri. Pagi ini pun abhi mendapat kado dari pakdenya berupa alat-alat konstruksi. Semangat sekali dia membuka bungkus kadonya. Berkali-kali kata “wooww” terucap dari bibir mungilnya.

Pagi itu sehabis mandi dan sarapan, kami bercengkrama bersama. Abhi senang sekali ditemani mama hari ini. “Maa.. ayo sini ma.. duduk dekat abhi, kita liat bobob.” Terkadang dia melempar senyumnya menatapku yang duduk disampingnya. Tampaknya senang sekali dia hari ini. Tak lama, mama menyiapkan tas abhi. Agenda kami hari ini cukup banyak, mama sudah berjanji padanya untuk membuat hari ini menjadi yang spesial untuknya. Selepas bersiap-siap, kami pergi berdua. Abhi kegirangan sambil melompat-lompat riang sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh tentunya dari rumah nenek di riung bandung.

Agenda kami yang pertama hari ini adalah makan krabby patty bersama. Mama memesankan menu chicken burger untuknya dan beef burger untuk mama. Kami menyantap krabby patty sambil bercerita berdua dan sesekali memainkan permainan anak di resto itu. Abhi juga mendapatkan sebuah balon hitam, bangganya abhi memegang balon hitam itu. Walaupun tak lama balon hitamnya meledak terkena dedaunan imitasi hiasan toko itu. Selanjutnya kami pergi ke playland anak sebagai agenda kami yang kedua. Mama menemani abhi bermain sepuasnya disana, ada mandi bola, ada trampoline dan mainan lainnya. Abhi sangat menyukai permainan berpura-pura. Kali ini abhi berpura-pura menjadi koki handal di dalam sebuah rumah-rumahan di playland itu. Sang koki menyajikan kepada mama krabby patty buatannya. Terkadang mama memasang wajah senang, begitu diberikan krabby patty saos tomat. Dan sebaliknya, mama berpura-pura meringis begitu abhi membuatkan krabby patty pedas. Tawanya meledak melihat mama tak kuat menahan pedas, sejurus kemudian dengan begitu sigapnya dia berpura-pura memberi mama minum dan mama pun kembali senang. Cukup lama kami bermain disana, mungkin sekitar satu jam kemudian barulah kami meninggalkan playland itu menuju toko buku di depannya.

Ya, hari ini abhi meminta dibelikan buku mewarnai dan buku bacaan baru karena buku mewarnainya sudah penuh dengan coretan-coretan tangannya sendiri. Sesampainya di gramedia, kami malah mampir ke counter edu-games terlebih dahulu. Abhi tertarik mencoba games boby bola di computer yang ada di counter itu. Asik bermain, tak lama kami membeli sebuah CD edu-games berjudul Kiky Kelinci yang diperuntukkan bagi anak seusia Abhi. Saking asiknya memainkan mouse, sampai-sampai si mungil protes tatkala aku mengajaknya ke kasir untuk membayar CDnya. Abhi memang sedang kecanduan bermain games sejak dibelikan papanya sebuah laptop. Hmm sepertinya sudah harus dibatasi waktu bermainnya demi menjaga kesehatan matanya. Walau bagaimanapun, permainan dengan motorik lebih baik untuknya pada saat ini.

Back to next agenda, kami segera menuju lantai tiga untuk mencari buku anak-anak. Tak lama kami berada dilantai ini, sebab abhi teringat kembali pada CD games yang ada di lantai bawah. Dari beberapa buku yang aku tunjukkan, abhi memilih satu buku mewarnai watercolouring dan satu buku mewarnai mickey mouse and friends. Kami segera menuju kasir dan happp buku dan CD games sudah di tangan.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 13:00, yang artinya kami sudah meninggalkan rumah 3 jam lebih. Sekarang waktunya memenuhi agenda yang terakhir di hari ulang tahun abhi ini. Mama berjanji akan mengajak abhi ke rumah teman-teman abhi yang kurang beruntung. Teman-teman yang tidak memiliki papa dan mama seperti halnya abhi. Jarak dari toko buku ke panti itu memang tidak jauh. Namun karena abhi cukup keletihan, mama terpaksa menggendongnya menyebrangi jalan hingga menuju panti itu. Cukup berat juga anakku sekarang ini, apakah karena anakku ini sudah bertambah besar dan berat ataukah adiknya diperutku yang semakin membesar. Entahlah.. Abhi menciumku sepanjang jalan itu, juga memberondongku dengan pertanyaan dimanakah rumah teman-temannya itu. Sudah tak sabar tampaknya ia bertemu teman-temannya disana. Di tengah jalan menuju panti kami menemukan beberapa anak jalanan yang sedang mengemis. Sebagian dari mereka memilih tiduran di jalanan. Abhi bertanya mengenai seorang anak perempuan yang tengah tertelungkup tidur di sisi trotoar. “Maa.. teteh kenapa ma.. teteh sakit ya ma?” Aku memisalkan anak itu dengan teman-teman abhi di panti. Anak-anak yang kurang beruntung, tidak memiliki orang tua dan rumah yang menaungi. “Cian ya ma teman abhi…”ujarnya polos. “Abhi doakan ya teman abhi.”Si mungil pun mengangguk-angguk sambil tersenyum.

Tak lama akhirnya sampai juga kami di pintu masuk panti itu. Hari itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Tampak beberapa tamu hilir mudik di panti itu. Setelah bertemu bapak panti di depan, mama menyerahkan shadaqoh atas nama abhi ala kadarnya, kemudian kami meminta ijin untuk menemui teman-teman abhi di atas. Abhi senang sekali, dia menaiki tangga dengan bersemangat. Cukup tinggi juga ruangan dimana adik-adik bayi berada, tepatnya di lantai 3. Ketika kami tiba disana, tampak beberapa orang sedang mengunjungi bayi-bayi disana. Tak seperti biasanya, dimana ruangan itu lebih sering kosong melompong, hanya ada bayi-bayi dan pengasuhnya. Alhamdulillah. Pun jumlah bayi-bayi yang baru dilahirkan cukup menurun dibanding kunjunganku sebelumnya. Hanya ada tiga bayi yang berusia dibawah 6 bulan. Dua bayi terlihat normal, sementara satu lagi terlihat memiliki tengkorak kepala yang sangat kecil, mmm mungkinkah bayi ini menderita craniosynostosis? Entahlah. Apapun itu tak sepantasnya bayi ini menyandang sebuah label, tetaplah ia seorang bayi mungil yang lucu, umat Tuhan yang tak berdosa. Abhi terlihat asyik menatap teman-temannya disana. Sesekali ia mengulurkan tangannya, mengusap kepala teman-temannya yang sedang tertidur. “Ma… lihat dia sedang bobok ma. Yang ini juga bobok. Waaah bobo semua ma.. Abhi sayang ya maa…”. “Ya, tentu saja boleh abhi”senyumku menatapnya menyentuhkan tangannya ke kepala teman-temannya yang tengah pulas. Beberapa bayi yang tengah terbangun sedang digendong oleh beberapa pengunjung dan pengasuhnya. Wajah beberapa bayi tampak familiar bagiku, setelah memastikan dengan melihat nama di boxnya, tampak bahwa bayi-bayi ini adalah penghuni lama.

Kami mendatangi beberapa box bayi yang lain. Di dekat sebuah box, abhi protes karena terdapat bau yang cukup menyengat dari sana. Sepertinya bau tumpahan susu yang sudah melebur dengan segala macamnya, keringat, pipis, biskuit bayi yang tumpah dan sejenisnya. Aku mengerti kepolosan dan kejujurannya, namun juga mengingatkannya untuk berempati, bahwa disini bayi-bayi tidak punya mama, papa, kakek, nenek atau siapapun yang selalu bersedia membantunya membersihkan tempat tidurnya, mengganti sepreinya sehingga dengan begitu nyamannya abhi bisa tertidur dan bermain. Bayi-bayi ini disini tidak punya pilihan untuk bisa mendapatkan segala fasilitas yang lebih baik. Aku mengajak abhi bersyukur bahwa abhi sudah beruntung dikaruniai keluarga yang lengkap olehNya. Entahlah dia mengerti atau tidak, sekarang ia berdiri di sampingku tanpa protes lagi dengan bau-bauan yang mengganggu hidungnya. Tak lama dia berujar “Maa.. lihat.. dia main bowaa maa” abhi tersenyum riang melihat temannya sedang mempermainkan, menggigit-gigit sebuah bola karet. Sesekali tangannya ikut menggapai bola yang sedang dimainkan temannya itu.

Selanjutnya kami mengunjungi kamar bayi lainnya, persis didepan kamar ini. Disana masih tergolek adik kecilku yang menderita kelumpuhan tulang belakang. Masih ingat dalam benakku cerita bapak panti beberapa waktu lalu, bahwa anak ini mengalami remuk tulang belakang akibat dijatuhkan secara sengaja dari ketinggian. Waktu berlalu dan adikku masih tergolek lemah diranjangnya. Hanya erangan dan rintihan yang keluar dari mulut mungilnya. Diusianya yang menginjak balita, ia tampak begitu kecil. Abhi terdiam melihat temannya. Tangannya hanya mengusap-usap tangan mungil temannya yang bahkan jauh terlihat lebih kecil. Kami pun menghampiri box selanjutnya, ada bayi yang sedang berusaha belajar berdiri disana. Abhi malu-malu tatkala kuminta mengajaknya bermain. Tak lama mereka malah asik menepukkan kedua tangannya, bermain tos. Ah indahnya… Kubiarkan sejenak abhi asyik bersama temannya itu. Ketika ia menghampiriku, aku mengajaknya melihat bayi mungil yang sedang menyusu. “Maa.. wihat maa.. bayinya minum cucu..” teriaknya bersemangat, “Ya.. coba lihat.. adik bayi bisa minum susu sendiri kan. Hayoo abhi jangan mau kalah dong sama adik bayi. Pulang ini, abhi harus bisa minum sendiri, makan sendiri, pake baju sendiri ya nak..adik bayi aja bisa.”ujarku mencoba menyemangatinya. Dalam hatiku miris melihat bayi-bayi mungil itu, menyusu dengan disangga selimut yang menopang botol susunya. Dan ketika botol itu tumpah, tangan mungilnya tak kuasa meraih botol itu dan mendekatkan ke mulutnya. Pun selimut yang terkadang menghalangi tangan dan menutup hidung mungilnya. Trenyuh… Sementara abhi dengan begitu bersemangat terus menceritakan betapa hebatnya bayi tadi, bisa melakukan semua sendiri tanpa dibantu papa mama. Semoga abhi bisa sedikit belajar dari teman-temannya disini.

Aku senang sekali hari ini, akhirnya kesampaian juga harapanku bisa menjenguk adik-adik panti dengan ditemani abhi. Akhirnya agenda kami hari ini sudah terpenuhi. Alhamdulillah. Di akhir perjalanan pulang, mama mengajak abhi berdoa untuk teman-teman, semoga mereka semua dilindungi dan mendapat kasih sayang lebih dari Allah SWT. Menjelang pulang abhi melambaikan tangannya pada beberapa bayi yang sedang terjaga. Hari ini di ulang tahun abhi ke-3, semoga kami dapat terus mensyukuri karunia Allah yang begitu besarnya kepada kami. Mengingat betapa baiknya Allah menganugerahi kami kesempurnaan fisik, keluarga yang lengkap, kecukupan hidup duniawi dan karunia yang manusia tak akan pernah mampu menguraikannya satu persatu.

Jam sudah menunjukkan pukul 14:00, abhi pulas tertidur dalam pelukanku di dalam angkot yang melaju perlahan menuju peraduan kami.

Sesampainya dirumah, abhi kembali mendapat kejutan. Kado dari papa di jepang hadir tepat di hari ulang tahunnya. Pas banget. Abhi senang sekali mendapatkan Thomas the train baru lengkap dengan rel-rel dan jembatan goyangnya, persis seperti di CD yang abhi punya. Terima kasih papa, terima kasih Allah.

Kamis, Desember 17, 2009

Melepas Mama Bekerja

Hari ini hatiku bahagia dan senaaang sekali, berangkat kerja dengan berbunga-bunga.. Pagi ini abhi mengantarku kerja dengan senyuman, padahal sudah hampir seminggu terakhir deraian air mata kembali mengantarku setiap pergi kerja. Seminggu ini Abhi bahkan meronta-ronta dari gendongan nenek, mengejarku ke depan rumah. Memelukku erat sekali, tangannya dikaitkan dileherku, kakinya dijepitkan di kakiku. Dengan air mata dipipi dia berkata "mama tidak kewjaa maaa...". Hmm sungguh berat sekali hatiku, melepaskan pelukannya, meninggalkan separuh jiwaku di rumah. Langkah bertambah gontai menuju kantor. Perang batin yang selalu berkecamuk.. i wish and i wish... 

Kilas balik semalam.. Sebelum tidur mama dan abhi berdoa bersama. Abhi berdoa,"Bismika Owohuma Ayaa Wabis mika Amuuut.. Maciiih ya Owoh, hawi ini abhi punya mainan mobing mewah (mobil merah).. dayi bayi caca diwumah opa. Abhi cenang.. Abhi cayang mama, papa dan adik bayi, sekawang gantian mama yaa..."senyumnya malu-malu sehabis berdoa. dan mama pun berdoa,"Bismika allahuma Ahyaa wabismika amuut. Terima kasih ya Allah, kami semua hari ini sudah diberi kesehatan. Abhi jadi anak baik hari ini, mau membereskan mainannya, mau makan yang banyak. Mudah-mudahan besok mama dibolehkan berangkat kerja. Semoga Abhi tidak menangis lagi. Amiin." 

Di momen berdoa sebelum tidur, aku kadang sengaja menyisipkan doa sederhana, dengan harapan memotivasinya untuk lebih baik dan lebih mandiri. Yang mungkin akan dibawanya di alam bawah sadarnya malam ini. Yah walaupun itu tidak selalu berhasil, namun tidak ada salahnya dicoba bukan.. Dan coba lihat pagi ini. Sehabis mandi, dan ketika aku tengah mengenakannya pakaian, abhi tiba-tiba menatapku dan berkata, "Mama bowee kewjaa maa..."senyumnya menyeringai lebar sekali. Seakan tak percaya, aku bertanya ulang,"Mama boleh kerja kak? Bener kak? Alhamdulillah. Makasih ya anak mama yang baik. Makasih kakak." Abhi hanya tersenyum. Kemudian aku bersiap berangkat kerja, menyandang ransel dipundak, aku pamit padanya dan mencium keningnya. "Mama berangkat ya kakak."ucapku sambil memeluknya."Ya mama.." dan dia pun memberiku kiss bye yang selalu kunantikan setiap pagi.. mmuuahhh.." Horeeeeeee.. senangnya.. hati ini bahagia tak terlukiskan. Langkahku terasa ringan, senang.. senang.. 

Namun beberapa detik kemudian.. hanya beberapa langkah keluar dari pagar rumah, tiba-tiba terdengar teriak abhi dari dalam. "Mamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.....". Hatiku was-was, wahh jangan-jangan abhi menangis lagi. Biasanya yang sudah-sudah.. abhi akan memanggilku sambil berderai air mata.. memohonku untuk kembali padanya. Aku tak sanggup meneruskan langkah. Hatiku belum setegar seharusnya seorang ibu bekerja, seperti halnya yang diajarkan dalam the Nanny 911 itu. Melangkah tanpa ragu, tanpa menoleh kembali padanya, agar tak membiarkan air mata itu berlama-lama diwajahnya. Aku kemudian melongok di balik pagar, menatapnya. "Ada apa kakak?" Raut wajah mungilnya muncul dari balik pintu, dan berkata,"Selamat kewja mamaaa..... daaaaaaaaaaahhhh..,"teriaknya bersemangat sambil melambai-lambaikan tangannya padaku. Oh Tuhanku, hatiku senaaang sekali. Kubalas lambaian tangannya. 

Dan sepanjang perjalanan pun yang terbayang hanya senyum abhi, tawa abhi, lambaian tangannya... Terima kasih ya Allah, aku sangat bersyukur sekali walaupun mungkin besok abhi berubah kembali. Apalagi mengingat betapa banyaknya hari libur di minggu-minggu depan. Wah tambah nempel deh kami berdua. Tak apalah, setidaknya hari ini aku bahagia sekali, terima kasih ya Nak...

Jumat, Desember 11, 2009

Trimester Pertama

Minggu ini aku mengucap syukur kepada Allah SWT, atas perkenanNya kandunganku genap melewati trimester pertama yang konon merupakan masa rawan kehamilan. Tiga bulan kami lalui tanpa kesulitan yang berarti baik bagiku, abhi maupun adik bayi. Tidak ada morning sick, ngidam ataupun keluhan-keluhan layaknya sebagian ibu hamil lainnya. Yang sempat kurasakan hanyalah penurunan tensi yang stabil di angka 90/60 selama bulan kedua kehamilanku, selebihnya alhamdulillah lancar.

Sebenarnya kehamilan kedua ini sudah aku nanti lama. Sempat mereda ketika semangatku untuk melanjutkan S2 sedang menggebu-gebu. Begitu rencana sekolah ini kandas (atau dikandaskan secara paksa yah :D), aku berharap bisa segera menimang bayi kecil lagi. Kebetulan suamiku mendapat rehat 1 bulan pulang ke Indonesia disaat Lebaran tiba. Momen ini kami gunakan juga untuk our second honeymoon :D Sebenarnya aku tidak banyak berharap, karena watu satu bulan rasanya terlalu sempit untuk program baby. Ternyata alhamdulillah Allah baik sekali padaku dan suamiku. Tepat 10 Oktober 2009, bersamaan dengan hari ketika suamiku harus kembali ke negeri Sakura, pagi hari aku mencoba tes pack. Senang dan bahagia rasanya melihat garis dua muncul di alat tes itu. Siang itu kami sempatkan ke rumah sakit, untuk memastikan kehamilanku. Yah hitung-hitung ini kali pertama dan entahlah apakah bisa terulang lagi untuk papa menemaniku kontrol ke dokter. Alhamdulillah dokter memastikan bahwa kini di rahimku tertanam benih cinta kami berdua, calon adik abhi. Di hari itu, aku sangat bahagia dan sekaligus sangat sedih. Ini kali kedua kami harus berpisah dengan papa. Perpisahan yang terasa lebih berat. Air mata meleleh tanpa henti dipelupuk mataku. Aku kalah tegar dibanding Abhi. Walaupun aku yakin, kehilangannya sama sepertiku bahkan mungkin lebih besar.

Sama seperti kehamilan pertamaku saat mengandung Abhi, kehamilan kedua ini ingin aku jalani dengan santai. Tanpa papa, tentu akan berbeda. Tapi toh aku sudah terbiasa mandiri. Dahulu aku mengandung abhi selama 9 bulan full dengan berjauhan dari suami. Seminggu atau dua minggu sekali kami bertemu. Saat itulah curahan cinta dan belaian kasih sayang papa pada abhi yang masih dalam perutku tersampaikan. Dikehamilanku kali kedua ini, adik bayi bahkan tidak bisa bertemu papanya untuk merasakan belaian sayang seperti abhi dulu. Papa juga tidak bisa menemaniku kontrol ke dokter kandungan setiap bulannya. Fasilitas messenger, VOIP dan jejaring social lah yang membantu kami berkomunikasi mengenai kondisi adik bayi waktu demi waktu. Namun adik bayi tidak akan kekurangan belaian sayang, karena kakak abhi selalu rajin menyapa, membelai dan mencium adik bayinya setiap malam sebelum kami beranjak tidur. Ya, abhi. Sekarang aku punya pengganti papa yang sangat care pada adik bayi di kandunganku Keberadaan adik bayi sepertinya mempunyai makna yang besar bagi diri abhi. Aku ingat ketika abhi sakit beberapa minggu yang lalu. Panas yang tinggi disebabkan virus membuatnya begitu lemas. Sore itu abhi sayu tenggelam dalam pelukanku. Dia kerap membenahi posisi duduknya karena khawatir sudah menduduki perutku, menduduki adik bayinya. “Nanti adik bayi sakit, kasihan.. Abhi duduk di kaki mama aja” begitu katanya. Abhi menatap perutku dan bertanya. Suaranya pelan sekali. “Ma, adik bayi sedang apa.” Aku menjawabnya sekadarnya, seperti apa yang aku rasakan saat itu. “Adik bayi sedang sedih kak.” ujarku. “Kenapa adik sedih, ma?” tanyanya. “Adik sedih karena kakaknya sakit. Adik sedih dan pengen kakak cepet sembuh biar bisa cium dan sayang adik bayi lagi.” Terus terang aku menjawab spontan saja. Tapi ternyata, pengaruhnya luar biasa bagi abhi. Tiba-tiba dia bangkit dari pangkuanku dan berkata,”Adik, ini kakak abhi sudah sembuh. Kakak tidak sakit lagi. Jangan sedih ya. Mmuah.mmuah..”bertubi-tubi ciuman dan usapan sayang mendarat di perutku. Dan tak lama setelah itu, abhi beneran sembuh. Demamnya turun dan abhi sehat kembali dalam waktu kurang dari 24 jam! Sore itu sungguh aku terharu. Betapa nikmatnya karunia menjadi seorang Ibu, terima kasih Tuhan.

Selama kehamilanku kedua ini, aku bertekad untuk melibatkan abhi sejauh mungkin. Agar ketika adik lahir, abhi sudah sangat terbiasa dan menyayangi adiknya. Agar rasa cemburu seorang kakak dapat diminimalisir. Maka, termasuk untuk kontrol kehamilanku pun aku kerap mengajak abhi turut serta. Abhi sering bilang, “Maa… adik bayi sakit ya mau dipewikca dokteng. Mau dicuntik ya ma?”katanya.”Tidak dicuntik kak, adik diperiksa aja ama pak dokter.”Begitu di ruang usg dan melihatku naik ke meja periksa. Abhi mendampingi. Dia berdiri disampingku sambil berujar,”Tidak takut ya adik bayi, ini ada kakak abhi.”. Alhamdulillah abhi kakak yang baik. Namun dengan kedekatan kami begitu utuh, aku khawatir ia merasa cemburu dan dikesampingkan ketika adiknya lahir nanti. Bagaimanapun aku dan abhi sudah terbiasa melewati masa-masa berdua tanpa papa bersama.. Semoga saja ya hingga kelahiran adiknya nanti, abhi tidak cemburu berlebihan. Amin.

Satu hal lagi yang sangat-sangat aku syukuri di kehamilanku yang kedua ini. Aku dan bayiku diberikan kekuatan dan kesehatan oleh Allah. Masih ingat dibenakku, ketika kakakku hamil kedua dahulu, kakak sempat mengalami flek yang menyebabkannya harus mengurangi aktivitas fisik yang berlebihan. Pun beberapa temanku juga mengalami kasus serupa. Hingga masa-masa kehamilan dilewatkan tanpa boleh menggendong dan beraktivitas berlebihan bersama anak pertama mereka. Masa-masa yang cukup berat biasanya bagi ibu dan anak, karena kedekatan yang begitu utuh tiba-tiba berubah sejak keberadaan adik di kandungan. Sementara posisiku saat ini sebagai single mom mengharuskanku mampu berperan ganda bagi abhi. Memberikan porsi papa dan mama baginya. Aku berharap selalu diberikan kekuatan dan kesehatan agar dapat menemani abhi dalam masa pertumbuhannya. Masa-masa dimana abhi justru haus akan gerakan motorik yang luar biasa. Tuhan mengabulkannya, setidaknya dalam trimester pertama ini. Aku masih dapat beraktifitas seperti biasa. Aku masih menemani abhi bermain jumping di kasur, gulat ringan berdua, berenang, bersepeda sampai jalan-jalan setiap weekend menjadi menu rutin kami. Tentu saja porsinya dikurangi sesuai kadar bahaya bagi janinku. Jumping tidak bisa loncat asli seperti dulu, yah yang penting sekadar mantul deh hihihi. Gulat dihindari porsi tending-tendangannya, kasihan kan kalo adik bayi sampai ketendang :D Kadang naik turunnya emosiku kadang mengurangi kesabaranku menghadapi Abhi. Maafin mama ya Nak :( Juga kala kelelahan menghampiri, sepulang jalan-jalan, menggendong abhi menyebrangi jalan, membawa barang-barang bahkan membawa tas laptop pun rasanya semakin berat dipundakku. Ah, kata orang sunda mah wayahna kali ye So, enjoy sajalah. Jalani semampunya. When you feel you can do it, just do. Aku percaya kebahagiaan memberikan kekuatan tersendiri. Dan bahagiaku bersama Abhi dan adik bayi, semoga selalu menghadirkan kekuatan di antara kami, terus saling menyayangi. Terima kasih Tuhan.. Terima kasih.


Sabtu, Desember 05, 2009

Burger vs Crabby Patty

Sabtu, 5 Dec 09. Siang ini jalan-jalan sama abhi ke Bandung Super Mall sambil makan di AW. Lagi asik nyuapin abhi, tiba2 dia nunjuk gambar di dinding AW.. 

 “Ma.. itu gambar apa ma..?” “Ooo itu namanya burger. Abhi mau burger nak?” “Ma.. itu yang dimasak bobob (spongebob) bukan ma?” Emaknya mikir dulu sejenak, lalu teringat memang spongebob seorang koki di restoran burger Crusty Crab punyanya Mr. Crab si kepiting tua pensiunan angkatan laut... 
“Ooo iya bener.. burger itu yang sering dibuat sama bobob ya.. Abhi inget ya..” ujarku sambil tersenyum “mmm… kalo gitu namanya kebi petti dong ma…”protesnya dengan wajah serius. 

Hahahaha tertawalah aku tiba-tiba.. bingung mau jawab apa ke si ceriwis satu ini.. abhi.. abhi.. tapi bener juga nih anak.. burger si spongebob kan namanya crabby patty. Ternyata daya ingat anak-anak memang luar biasa yah.. Jadi tadi dia nanya cuman mau ngetes bener ga gambar di dinding itu si crabby patty. Celetukan dan pertanyaan abhi memang kadang tak bisa aku duga. Hehehe Sabtu dan Minggu selalu hari jadi indah bersama abhi. Salah satunya karena dihiasi kejutan-kejutan kecil yang indah :)

Kamis, Desember 03, 2009

Pembelajaran dari si ikan patin

Pagi masih menunjukkan pukul 5.20 menit. Abhi belum bangun, masih pulas di dalam selimutnya. Cek kulkas.. oh no.. pagi itu kebetulan bahan masakan di kulkas semua sudah habis, jadi aku tergesa-gesa ke warung di dekat rumah untuk belanja ala kadarnya. Ikan patin, udang peci, daun kemangi, tempe, bumbu dapur, daun bawang, tomat dan asem jawa. Mmm cukuplah buat menu abhi hari ini, aku berencana membuat pindang patin ala palembang dan tempe goreng saja. Udangnya dibuat peyek untuk besok pagi aja deh. Sesampainya di rumah ternyata abhi sudah bangun. Senyumnya riang menyambutku. 

“Mamaaa… mama dawi wawung ya, bewi apa ma” katanya. “Beli ikan buat kakak makan hari ini” ujarku. “Mana ma ikannya..” katanya sambil celingak celinguk mengintip kantong belanjaanku. “Niih.. gede ya kak.” Ikan dibawa ke dapur. Aku mendahulukan memotong-motong tempe, tentu saja karena gampang dan cepat. Tinggal direndam air garam dan bawang putih terus goreng, beres deh. Hihihi maklum ibu jaman sekarang, yang praktis-praktis ajalah buatnya, kalo ribet dikit mesti ngintip buku menu dulu :D Sekarang giliran si ikan nih dieksekusi. Sesudah dicuci, si ikan tak bawa sambil duduk disamping abhi yang lagi nonton spongebob. Tanganku sibuk memotong-motong si ikan, dibersihin kotoran perutnya, dipotong siripnya, dst.. dst.. Begitu asiknya aku mengutak-atik si ikan sampai tanpa aku sadari si abhi ternyata memperhatikan aku sedari tadi. 

“Maa…” panggilnya pelan. “Ya.. napa bie.. bobobnya bagus ya..”kutatap matanya. “Ma, itu ikannya sakit ga mah.. dipotong-potong sama mama.”tanyanya polos menatap si ikan dengan iba. Well, aku cukup terhenyak mendengar pertanyaannya. Tangan ini otomatis berhenti menyiksa si ikan yang sedari tadi ada ditanganku. Pertanyaan abhi mungkin sederhana sekali, tapi membuatku berfikir juga. Jujur saja, sempat pula aku merasa cukup kejam karena sudah ‘mengolah’ si ikan ini. Hihihi. Namun pertanyaan abhi selanjutnya lantas menyadarkanku dari kebingungan. 

“Maaa…”tegurnya. “Eh iya nak.., maaf ya. Tidak ikannya tidak sakit kok. Ikannya kan sudah mati.” “Itu ada dawahnya (darahnya) banyak ma.. abhi kasian ma.”ujarnya sambil meringis-ringis. “Ga apa-apa kok kak, ini ikannya sudah mati.. tuh kepalanya aja udah ga ada kan. Jadi ikannya ga merasa sakit lagi mama potong. Ikannya udah masuk surga kak, karena pahalanya banyak. Karena dengan daging ikan, manusia jadi bisa makan bergizi..”senyumku mencoba menghilangkan ketakutannya. 

“Oo yaya ma..” abhi tersenyum-senyum sambil sesekali meringis melihat si ikan. Sejujurnya aku juga sama seperti abhi.. tidak tega mengolah atau memakan si ikan atau hewan lainnya, terutama yang masih ada kepalanya. Alasanku ya simple, ndak tega melihat matanya si hewan. Berasa diliatin kali ya pas mpretelin badannya hihihi. That’s why aku selalu membeli ayam dan ikan tentunya, dengan satu request ke penjualnya, “Bang, tolong kepalanya dibuang aja.” Hihihi. Untung saja abhi melahap pindang patin sebagai sarapan tanpa masalah. Lega juga aku, untunglah dia tidak jadi anti makan ikan. 

Hmm story lesson hari ini setidaknya sangat berharga buatku. Bahwa anakku sudah mengerti artinya sakit, sedih, senang, bahagia dan marah. Bahwa anak adalah pemerhati dan peniru orang tua yang ulung. Bahwa sebagai orang tua, aku harus mampu mengajarkannya intisari kehidupan yang menjadi bekalnya menjalani kehidupan. Di usia abhi ini, adalah masa emas pertumbuhan fisik dan emosinya, yang tentu saja merupakan kesempatan bagiku untuk menanamkan banyak hal kebaikan padanya.