Catatan Lydia

Catatan Lydia
Blog ini didedikasikan untuk anak-anakku tercinta, Abhi Sachi dan Samy yang mewarnai hidupku dengan kebahagiaan. Tulisan-tulisan di blog ini menjadi saksi, betapa berartinya kalian untuk mama. Kelak ketika kalian besar nanti, memori indah yang tertulis di blog ini akan selalu kita kenang bersama. I love U Nak..


Senin, Desember 21, 2009

Selamat ulang tahun, Abhi

Sabtu, 19 Desember 2009 Abhi genap berusia 3 tahun. Hari ini tidak ada perayaan ulang tahun maupun kado spesial dari mama untuknya. Bangun pagi, mama dan abhi bernyanyi selamat ulang tahun bersama. Matanya yang tadi masih kriyep-kriyep, sekarang terlihat berbinar menatap lilin didepannya. Ya hanya lilin saja, tanpa kue ulang tahun, tanpa tumpeng, tanpa berkumpulnya anggota keluarga dan teman-teman. Usai lagu dinyanyikan, abhi meniup lilin berjumlah 3 didepannya. Mama menciumnya dan kami pun berdoa bersama. Begitu kami mengawali hari indah ini. Oh ya kemarin, abhi sudah mendapatkan kado sepasang sandal dari tantenya. Abhi memang selalu ingin punya sandal yang berbentuk jepit sendiri. Pagi ini pun abhi mendapat kado dari pakdenya berupa alat-alat konstruksi. Semangat sekali dia membuka bungkus kadonya. Berkali-kali kata “wooww” terucap dari bibir mungilnya.

Pagi itu sehabis mandi dan sarapan, kami bercengkrama bersama. Abhi senang sekali ditemani mama hari ini. “Maa.. ayo sini ma.. duduk dekat abhi, kita liat bobob.” Terkadang dia melempar senyumnya menatapku yang duduk disampingnya. Tampaknya senang sekali dia hari ini. Tak lama, mama menyiapkan tas abhi. Agenda kami hari ini cukup banyak, mama sudah berjanji padanya untuk membuat hari ini menjadi yang spesial untuknya. Selepas bersiap-siap, kami pergi berdua. Abhi kegirangan sambil melompat-lompat riang sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh tentunya dari rumah nenek di riung bandung.

Agenda kami yang pertama hari ini adalah makan krabby patty bersama. Mama memesankan menu chicken burger untuknya dan beef burger untuk mama. Kami menyantap krabby patty sambil bercerita berdua dan sesekali memainkan permainan anak di resto itu. Abhi juga mendapatkan sebuah balon hitam, bangganya abhi memegang balon hitam itu. Walaupun tak lama balon hitamnya meledak terkena dedaunan imitasi hiasan toko itu. Selanjutnya kami pergi ke playland anak sebagai agenda kami yang kedua. Mama menemani abhi bermain sepuasnya disana, ada mandi bola, ada trampoline dan mainan lainnya. Abhi sangat menyukai permainan berpura-pura. Kali ini abhi berpura-pura menjadi koki handal di dalam sebuah rumah-rumahan di playland itu. Sang koki menyajikan kepada mama krabby patty buatannya. Terkadang mama memasang wajah senang, begitu diberikan krabby patty saos tomat. Dan sebaliknya, mama berpura-pura meringis begitu abhi membuatkan krabby patty pedas. Tawanya meledak melihat mama tak kuat menahan pedas, sejurus kemudian dengan begitu sigapnya dia berpura-pura memberi mama minum dan mama pun kembali senang. Cukup lama kami bermain disana, mungkin sekitar satu jam kemudian barulah kami meninggalkan playland itu menuju toko buku di depannya.

Ya, hari ini abhi meminta dibelikan buku mewarnai dan buku bacaan baru karena buku mewarnainya sudah penuh dengan coretan-coretan tangannya sendiri. Sesampainya di gramedia, kami malah mampir ke counter edu-games terlebih dahulu. Abhi tertarik mencoba games boby bola di computer yang ada di counter itu. Asik bermain, tak lama kami membeli sebuah CD edu-games berjudul Kiky Kelinci yang diperuntukkan bagi anak seusia Abhi. Saking asiknya memainkan mouse, sampai-sampai si mungil protes tatkala aku mengajaknya ke kasir untuk membayar CDnya. Abhi memang sedang kecanduan bermain games sejak dibelikan papanya sebuah laptop. Hmm sepertinya sudah harus dibatasi waktu bermainnya demi menjaga kesehatan matanya. Walau bagaimanapun, permainan dengan motorik lebih baik untuknya pada saat ini.

Back to next agenda, kami segera menuju lantai tiga untuk mencari buku anak-anak. Tak lama kami berada dilantai ini, sebab abhi teringat kembali pada CD games yang ada di lantai bawah. Dari beberapa buku yang aku tunjukkan, abhi memilih satu buku mewarnai watercolouring dan satu buku mewarnai mickey mouse and friends. Kami segera menuju kasir dan happp buku dan CD games sudah di tangan.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 13:00, yang artinya kami sudah meninggalkan rumah 3 jam lebih. Sekarang waktunya memenuhi agenda yang terakhir di hari ulang tahun abhi ini. Mama berjanji akan mengajak abhi ke rumah teman-teman abhi yang kurang beruntung. Teman-teman yang tidak memiliki papa dan mama seperti halnya abhi. Jarak dari toko buku ke panti itu memang tidak jauh. Namun karena abhi cukup keletihan, mama terpaksa menggendongnya menyebrangi jalan hingga menuju panti itu. Cukup berat juga anakku sekarang ini, apakah karena anakku ini sudah bertambah besar dan berat ataukah adiknya diperutku yang semakin membesar. Entahlah.. Abhi menciumku sepanjang jalan itu, juga memberondongku dengan pertanyaan dimanakah rumah teman-temannya itu. Sudah tak sabar tampaknya ia bertemu teman-temannya disana. Di tengah jalan menuju panti kami menemukan beberapa anak jalanan yang sedang mengemis. Sebagian dari mereka memilih tiduran di jalanan. Abhi bertanya mengenai seorang anak perempuan yang tengah tertelungkup tidur di sisi trotoar. “Maa.. teteh kenapa ma.. teteh sakit ya ma?” Aku memisalkan anak itu dengan teman-teman abhi di panti. Anak-anak yang kurang beruntung, tidak memiliki orang tua dan rumah yang menaungi. “Cian ya ma teman abhi…”ujarnya polos. “Abhi doakan ya teman abhi.”Si mungil pun mengangguk-angguk sambil tersenyum.

Tak lama akhirnya sampai juga kami di pintu masuk panti itu. Hari itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Tampak beberapa tamu hilir mudik di panti itu. Setelah bertemu bapak panti di depan, mama menyerahkan shadaqoh atas nama abhi ala kadarnya, kemudian kami meminta ijin untuk menemui teman-teman abhi di atas. Abhi senang sekali, dia menaiki tangga dengan bersemangat. Cukup tinggi juga ruangan dimana adik-adik bayi berada, tepatnya di lantai 3. Ketika kami tiba disana, tampak beberapa orang sedang mengunjungi bayi-bayi disana. Tak seperti biasanya, dimana ruangan itu lebih sering kosong melompong, hanya ada bayi-bayi dan pengasuhnya. Alhamdulillah. Pun jumlah bayi-bayi yang baru dilahirkan cukup menurun dibanding kunjunganku sebelumnya. Hanya ada tiga bayi yang berusia dibawah 6 bulan. Dua bayi terlihat normal, sementara satu lagi terlihat memiliki tengkorak kepala yang sangat kecil, mmm mungkinkah bayi ini menderita craniosynostosis? Entahlah. Apapun itu tak sepantasnya bayi ini menyandang sebuah label, tetaplah ia seorang bayi mungil yang lucu, umat Tuhan yang tak berdosa. Abhi terlihat asyik menatap teman-temannya disana. Sesekali ia mengulurkan tangannya, mengusap kepala teman-temannya yang sedang tertidur. “Ma… lihat dia sedang bobok ma. Yang ini juga bobok. Waaah bobo semua ma.. Abhi sayang ya maa…”. “Ya, tentu saja boleh abhi”senyumku menatapnya menyentuhkan tangannya ke kepala teman-temannya yang tengah pulas. Beberapa bayi yang tengah terbangun sedang digendong oleh beberapa pengunjung dan pengasuhnya. Wajah beberapa bayi tampak familiar bagiku, setelah memastikan dengan melihat nama di boxnya, tampak bahwa bayi-bayi ini adalah penghuni lama.

Kami mendatangi beberapa box bayi yang lain. Di dekat sebuah box, abhi protes karena terdapat bau yang cukup menyengat dari sana. Sepertinya bau tumpahan susu yang sudah melebur dengan segala macamnya, keringat, pipis, biskuit bayi yang tumpah dan sejenisnya. Aku mengerti kepolosan dan kejujurannya, namun juga mengingatkannya untuk berempati, bahwa disini bayi-bayi tidak punya mama, papa, kakek, nenek atau siapapun yang selalu bersedia membantunya membersihkan tempat tidurnya, mengganti sepreinya sehingga dengan begitu nyamannya abhi bisa tertidur dan bermain. Bayi-bayi ini disini tidak punya pilihan untuk bisa mendapatkan segala fasilitas yang lebih baik. Aku mengajak abhi bersyukur bahwa abhi sudah beruntung dikaruniai keluarga yang lengkap olehNya. Entahlah dia mengerti atau tidak, sekarang ia berdiri di sampingku tanpa protes lagi dengan bau-bauan yang mengganggu hidungnya. Tak lama dia berujar “Maa.. lihat.. dia main bowaa maa” abhi tersenyum riang melihat temannya sedang mempermainkan, menggigit-gigit sebuah bola karet. Sesekali tangannya ikut menggapai bola yang sedang dimainkan temannya itu.

Selanjutnya kami mengunjungi kamar bayi lainnya, persis didepan kamar ini. Disana masih tergolek adik kecilku yang menderita kelumpuhan tulang belakang. Masih ingat dalam benakku cerita bapak panti beberapa waktu lalu, bahwa anak ini mengalami remuk tulang belakang akibat dijatuhkan secara sengaja dari ketinggian. Waktu berlalu dan adikku masih tergolek lemah diranjangnya. Hanya erangan dan rintihan yang keluar dari mulut mungilnya. Diusianya yang menginjak balita, ia tampak begitu kecil. Abhi terdiam melihat temannya. Tangannya hanya mengusap-usap tangan mungil temannya yang bahkan jauh terlihat lebih kecil. Kami pun menghampiri box selanjutnya, ada bayi yang sedang berusaha belajar berdiri disana. Abhi malu-malu tatkala kuminta mengajaknya bermain. Tak lama mereka malah asik menepukkan kedua tangannya, bermain tos. Ah indahnya… Kubiarkan sejenak abhi asyik bersama temannya itu. Ketika ia menghampiriku, aku mengajaknya melihat bayi mungil yang sedang menyusu. “Maa.. wihat maa.. bayinya minum cucu..” teriaknya bersemangat, “Ya.. coba lihat.. adik bayi bisa minum susu sendiri kan. Hayoo abhi jangan mau kalah dong sama adik bayi. Pulang ini, abhi harus bisa minum sendiri, makan sendiri, pake baju sendiri ya nak..adik bayi aja bisa.”ujarku mencoba menyemangatinya. Dalam hatiku miris melihat bayi-bayi mungil itu, menyusu dengan disangga selimut yang menopang botol susunya. Dan ketika botol itu tumpah, tangan mungilnya tak kuasa meraih botol itu dan mendekatkan ke mulutnya. Pun selimut yang terkadang menghalangi tangan dan menutup hidung mungilnya. Trenyuh… Sementara abhi dengan begitu bersemangat terus menceritakan betapa hebatnya bayi tadi, bisa melakukan semua sendiri tanpa dibantu papa mama. Semoga abhi bisa sedikit belajar dari teman-temannya disini.

Aku senang sekali hari ini, akhirnya kesampaian juga harapanku bisa menjenguk adik-adik panti dengan ditemani abhi. Akhirnya agenda kami hari ini sudah terpenuhi. Alhamdulillah. Di akhir perjalanan pulang, mama mengajak abhi berdoa untuk teman-teman, semoga mereka semua dilindungi dan mendapat kasih sayang lebih dari Allah SWT. Menjelang pulang abhi melambaikan tangannya pada beberapa bayi yang sedang terjaga. Hari ini di ulang tahun abhi ke-3, semoga kami dapat terus mensyukuri karunia Allah yang begitu besarnya kepada kami. Mengingat betapa baiknya Allah menganugerahi kami kesempurnaan fisik, keluarga yang lengkap, kecukupan hidup duniawi dan karunia yang manusia tak akan pernah mampu menguraikannya satu persatu.

Jam sudah menunjukkan pukul 14:00, abhi pulas tertidur dalam pelukanku di dalam angkot yang melaju perlahan menuju peraduan kami.

Sesampainya dirumah, abhi kembali mendapat kejutan. Kado dari papa di jepang hadir tepat di hari ulang tahunnya. Pas banget. Abhi senang sekali mendapatkan Thomas the train baru lengkap dengan rel-rel dan jembatan goyangnya, persis seperti di CD yang abhi punya. Terima kasih papa, terima kasih Allah.

Kamis, Desember 17, 2009

Melepas Mama Bekerja

Hari ini hatiku bahagia dan senaaang sekali, berangkat kerja dengan berbunga-bunga.. Pagi ini abhi mengantarku kerja dengan senyuman, padahal sudah hampir seminggu terakhir deraian air mata kembali mengantarku setiap pergi kerja. Seminggu ini Abhi bahkan meronta-ronta dari gendongan nenek, mengejarku ke depan rumah. Memelukku erat sekali, tangannya dikaitkan dileherku, kakinya dijepitkan di kakiku. Dengan air mata dipipi dia berkata "mama tidak kewjaa maaa...". Hmm sungguh berat sekali hatiku, melepaskan pelukannya, meninggalkan separuh jiwaku di rumah. Langkah bertambah gontai menuju kantor. Perang batin yang selalu berkecamuk.. i wish and i wish... 

Kilas balik semalam.. Sebelum tidur mama dan abhi berdoa bersama. Abhi berdoa,"Bismika Owohuma Ayaa Wabis mika Amuuut.. Maciiih ya Owoh, hawi ini abhi punya mainan mobing mewah (mobil merah).. dayi bayi caca diwumah opa. Abhi cenang.. Abhi cayang mama, papa dan adik bayi, sekawang gantian mama yaa..."senyumnya malu-malu sehabis berdoa. dan mama pun berdoa,"Bismika allahuma Ahyaa wabismika amuut. Terima kasih ya Allah, kami semua hari ini sudah diberi kesehatan. Abhi jadi anak baik hari ini, mau membereskan mainannya, mau makan yang banyak. Mudah-mudahan besok mama dibolehkan berangkat kerja. Semoga Abhi tidak menangis lagi. Amiin." 

Di momen berdoa sebelum tidur, aku kadang sengaja menyisipkan doa sederhana, dengan harapan memotivasinya untuk lebih baik dan lebih mandiri. Yang mungkin akan dibawanya di alam bawah sadarnya malam ini. Yah walaupun itu tidak selalu berhasil, namun tidak ada salahnya dicoba bukan.. Dan coba lihat pagi ini. Sehabis mandi, dan ketika aku tengah mengenakannya pakaian, abhi tiba-tiba menatapku dan berkata, "Mama bowee kewjaa maa..."senyumnya menyeringai lebar sekali. Seakan tak percaya, aku bertanya ulang,"Mama boleh kerja kak? Bener kak? Alhamdulillah. Makasih ya anak mama yang baik. Makasih kakak." Abhi hanya tersenyum. Kemudian aku bersiap berangkat kerja, menyandang ransel dipundak, aku pamit padanya dan mencium keningnya. "Mama berangkat ya kakak."ucapku sambil memeluknya."Ya mama.." dan dia pun memberiku kiss bye yang selalu kunantikan setiap pagi.. mmuuahhh.." Horeeeeeee.. senangnya.. hati ini bahagia tak terlukiskan. Langkahku terasa ringan, senang.. senang.. 

Namun beberapa detik kemudian.. hanya beberapa langkah keluar dari pagar rumah, tiba-tiba terdengar teriak abhi dari dalam. "Mamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.....". Hatiku was-was, wahh jangan-jangan abhi menangis lagi. Biasanya yang sudah-sudah.. abhi akan memanggilku sambil berderai air mata.. memohonku untuk kembali padanya. Aku tak sanggup meneruskan langkah. Hatiku belum setegar seharusnya seorang ibu bekerja, seperti halnya yang diajarkan dalam the Nanny 911 itu. Melangkah tanpa ragu, tanpa menoleh kembali padanya, agar tak membiarkan air mata itu berlama-lama diwajahnya. Aku kemudian melongok di balik pagar, menatapnya. "Ada apa kakak?" Raut wajah mungilnya muncul dari balik pintu, dan berkata,"Selamat kewja mamaaa..... daaaaaaaaaaahhhh..,"teriaknya bersemangat sambil melambai-lambaikan tangannya padaku. Oh Tuhanku, hatiku senaaang sekali. Kubalas lambaian tangannya. 

Dan sepanjang perjalanan pun yang terbayang hanya senyum abhi, tawa abhi, lambaian tangannya... Terima kasih ya Allah, aku sangat bersyukur sekali walaupun mungkin besok abhi berubah kembali. Apalagi mengingat betapa banyaknya hari libur di minggu-minggu depan. Wah tambah nempel deh kami berdua. Tak apalah, setidaknya hari ini aku bahagia sekali, terima kasih ya Nak...

Jumat, Desember 11, 2009

Trimester Pertama

Minggu ini aku mengucap syukur kepada Allah SWT, atas perkenanNya kandunganku genap melewati trimester pertama yang konon merupakan masa rawan kehamilan. Tiga bulan kami lalui tanpa kesulitan yang berarti baik bagiku, abhi maupun adik bayi. Tidak ada morning sick, ngidam ataupun keluhan-keluhan layaknya sebagian ibu hamil lainnya. Yang sempat kurasakan hanyalah penurunan tensi yang stabil di angka 90/60 selama bulan kedua kehamilanku, selebihnya alhamdulillah lancar.

Sebenarnya kehamilan kedua ini sudah aku nanti lama. Sempat mereda ketika semangatku untuk melanjutkan S2 sedang menggebu-gebu. Begitu rencana sekolah ini kandas (atau dikandaskan secara paksa yah :D), aku berharap bisa segera menimang bayi kecil lagi. Kebetulan suamiku mendapat rehat 1 bulan pulang ke Indonesia disaat Lebaran tiba. Momen ini kami gunakan juga untuk our second honeymoon :D Sebenarnya aku tidak banyak berharap, karena watu satu bulan rasanya terlalu sempit untuk program baby. Ternyata alhamdulillah Allah baik sekali padaku dan suamiku. Tepat 10 Oktober 2009, bersamaan dengan hari ketika suamiku harus kembali ke negeri Sakura, pagi hari aku mencoba tes pack. Senang dan bahagia rasanya melihat garis dua muncul di alat tes itu. Siang itu kami sempatkan ke rumah sakit, untuk memastikan kehamilanku. Yah hitung-hitung ini kali pertama dan entahlah apakah bisa terulang lagi untuk papa menemaniku kontrol ke dokter. Alhamdulillah dokter memastikan bahwa kini di rahimku tertanam benih cinta kami berdua, calon adik abhi. Di hari itu, aku sangat bahagia dan sekaligus sangat sedih. Ini kali kedua kami harus berpisah dengan papa. Perpisahan yang terasa lebih berat. Air mata meleleh tanpa henti dipelupuk mataku. Aku kalah tegar dibanding Abhi. Walaupun aku yakin, kehilangannya sama sepertiku bahkan mungkin lebih besar.

Sama seperti kehamilan pertamaku saat mengandung Abhi, kehamilan kedua ini ingin aku jalani dengan santai. Tanpa papa, tentu akan berbeda. Tapi toh aku sudah terbiasa mandiri. Dahulu aku mengandung abhi selama 9 bulan full dengan berjauhan dari suami. Seminggu atau dua minggu sekali kami bertemu. Saat itulah curahan cinta dan belaian kasih sayang papa pada abhi yang masih dalam perutku tersampaikan. Dikehamilanku kali kedua ini, adik bayi bahkan tidak bisa bertemu papanya untuk merasakan belaian sayang seperti abhi dulu. Papa juga tidak bisa menemaniku kontrol ke dokter kandungan setiap bulannya. Fasilitas messenger, VOIP dan jejaring social lah yang membantu kami berkomunikasi mengenai kondisi adik bayi waktu demi waktu. Namun adik bayi tidak akan kekurangan belaian sayang, karena kakak abhi selalu rajin menyapa, membelai dan mencium adik bayinya setiap malam sebelum kami beranjak tidur. Ya, abhi. Sekarang aku punya pengganti papa yang sangat care pada adik bayi di kandunganku Keberadaan adik bayi sepertinya mempunyai makna yang besar bagi diri abhi. Aku ingat ketika abhi sakit beberapa minggu yang lalu. Panas yang tinggi disebabkan virus membuatnya begitu lemas. Sore itu abhi sayu tenggelam dalam pelukanku. Dia kerap membenahi posisi duduknya karena khawatir sudah menduduki perutku, menduduki adik bayinya. “Nanti adik bayi sakit, kasihan.. Abhi duduk di kaki mama aja” begitu katanya. Abhi menatap perutku dan bertanya. Suaranya pelan sekali. “Ma, adik bayi sedang apa.” Aku menjawabnya sekadarnya, seperti apa yang aku rasakan saat itu. “Adik bayi sedang sedih kak.” ujarku. “Kenapa adik sedih, ma?” tanyanya. “Adik sedih karena kakaknya sakit. Adik sedih dan pengen kakak cepet sembuh biar bisa cium dan sayang adik bayi lagi.” Terus terang aku menjawab spontan saja. Tapi ternyata, pengaruhnya luar biasa bagi abhi. Tiba-tiba dia bangkit dari pangkuanku dan berkata,”Adik, ini kakak abhi sudah sembuh. Kakak tidak sakit lagi. Jangan sedih ya. Mmuah.mmuah..”bertubi-tubi ciuman dan usapan sayang mendarat di perutku. Dan tak lama setelah itu, abhi beneran sembuh. Demamnya turun dan abhi sehat kembali dalam waktu kurang dari 24 jam! Sore itu sungguh aku terharu. Betapa nikmatnya karunia menjadi seorang Ibu, terima kasih Tuhan.

Selama kehamilanku kedua ini, aku bertekad untuk melibatkan abhi sejauh mungkin. Agar ketika adik lahir, abhi sudah sangat terbiasa dan menyayangi adiknya. Agar rasa cemburu seorang kakak dapat diminimalisir. Maka, termasuk untuk kontrol kehamilanku pun aku kerap mengajak abhi turut serta. Abhi sering bilang, “Maa… adik bayi sakit ya mau dipewikca dokteng. Mau dicuntik ya ma?”katanya.”Tidak dicuntik kak, adik diperiksa aja ama pak dokter.”Begitu di ruang usg dan melihatku naik ke meja periksa. Abhi mendampingi. Dia berdiri disampingku sambil berujar,”Tidak takut ya adik bayi, ini ada kakak abhi.”. Alhamdulillah abhi kakak yang baik. Namun dengan kedekatan kami begitu utuh, aku khawatir ia merasa cemburu dan dikesampingkan ketika adiknya lahir nanti. Bagaimanapun aku dan abhi sudah terbiasa melewati masa-masa berdua tanpa papa bersama.. Semoga saja ya hingga kelahiran adiknya nanti, abhi tidak cemburu berlebihan. Amin.

Satu hal lagi yang sangat-sangat aku syukuri di kehamilanku yang kedua ini. Aku dan bayiku diberikan kekuatan dan kesehatan oleh Allah. Masih ingat dibenakku, ketika kakakku hamil kedua dahulu, kakak sempat mengalami flek yang menyebabkannya harus mengurangi aktivitas fisik yang berlebihan. Pun beberapa temanku juga mengalami kasus serupa. Hingga masa-masa kehamilan dilewatkan tanpa boleh menggendong dan beraktivitas berlebihan bersama anak pertama mereka. Masa-masa yang cukup berat biasanya bagi ibu dan anak, karena kedekatan yang begitu utuh tiba-tiba berubah sejak keberadaan adik di kandungan. Sementara posisiku saat ini sebagai single mom mengharuskanku mampu berperan ganda bagi abhi. Memberikan porsi papa dan mama baginya. Aku berharap selalu diberikan kekuatan dan kesehatan agar dapat menemani abhi dalam masa pertumbuhannya. Masa-masa dimana abhi justru haus akan gerakan motorik yang luar biasa. Tuhan mengabulkannya, setidaknya dalam trimester pertama ini. Aku masih dapat beraktifitas seperti biasa. Aku masih menemani abhi bermain jumping di kasur, gulat ringan berdua, berenang, bersepeda sampai jalan-jalan setiap weekend menjadi menu rutin kami. Tentu saja porsinya dikurangi sesuai kadar bahaya bagi janinku. Jumping tidak bisa loncat asli seperti dulu, yah yang penting sekadar mantul deh hihihi. Gulat dihindari porsi tending-tendangannya, kasihan kan kalo adik bayi sampai ketendang :D Kadang naik turunnya emosiku kadang mengurangi kesabaranku menghadapi Abhi. Maafin mama ya Nak :( Juga kala kelelahan menghampiri, sepulang jalan-jalan, menggendong abhi menyebrangi jalan, membawa barang-barang bahkan membawa tas laptop pun rasanya semakin berat dipundakku. Ah, kata orang sunda mah wayahna kali ye So, enjoy sajalah. Jalani semampunya. When you feel you can do it, just do. Aku percaya kebahagiaan memberikan kekuatan tersendiri. Dan bahagiaku bersama Abhi dan adik bayi, semoga selalu menghadirkan kekuatan di antara kami, terus saling menyayangi. Terima kasih Tuhan.. Terima kasih.


Sabtu, Desember 05, 2009

Burger vs Crabby Patty

Sabtu, 5 Dec 09. Siang ini jalan-jalan sama abhi ke Bandung Super Mall sambil makan di AW. Lagi asik nyuapin abhi, tiba2 dia nunjuk gambar di dinding AW.. 

 “Ma.. itu gambar apa ma..?” “Ooo itu namanya burger. Abhi mau burger nak?” “Ma.. itu yang dimasak bobob (spongebob) bukan ma?” Emaknya mikir dulu sejenak, lalu teringat memang spongebob seorang koki di restoran burger Crusty Crab punyanya Mr. Crab si kepiting tua pensiunan angkatan laut... 
“Ooo iya bener.. burger itu yang sering dibuat sama bobob ya.. Abhi inget ya..” ujarku sambil tersenyum “mmm… kalo gitu namanya kebi petti dong ma…”protesnya dengan wajah serius. 

Hahahaha tertawalah aku tiba-tiba.. bingung mau jawab apa ke si ceriwis satu ini.. abhi.. abhi.. tapi bener juga nih anak.. burger si spongebob kan namanya crabby patty. Ternyata daya ingat anak-anak memang luar biasa yah.. Jadi tadi dia nanya cuman mau ngetes bener ga gambar di dinding itu si crabby patty. Celetukan dan pertanyaan abhi memang kadang tak bisa aku duga. Hehehe Sabtu dan Minggu selalu hari jadi indah bersama abhi. Salah satunya karena dihiasi kejutan-kejutan kecil yang indah :)

Kamis, Desember 03, 2009

Pembelajaran dari si ikan patin

Pagi masih menunjukkan pukul 5.20 menit. Abhi belum bangun, masih pulas di dalam selimutnya. Cek kulkas.. oh no.. pagi itu kebetulan bahan masakan di kulkas semua sudah habis, jadi aku tergesa-gesa ke warung di dekat rumah untuk belanja ala kadarnya. Ikan patin, udang peci, daun kemangi, tempe, bumbu dapur, daun bawang, tomat dan asem jawa. Mmm cukuplah buat menu abhi hari ini, aku berencana membuat pindang patin ala palembang dan tempe goreng saja. Udangnya dibuat peyek untuk besok pagi aja deh. Sesampainya di rumah ternyata abhi sudah bangun. Senyumnya riang menyambutku. 

“Mamaaa… mama dawi wawung ya, bewi apa ma” katanya. “Beli ikan buat kakak makan hari ini” ujarku. “Mana ma ikannya..” katanya sambil celingak celinguk mengintip kantong belanjaanku. “Niih.. gede ya kak.” Ikan dibawa ke dapur. Aku mendahulukan memotong-motong tempe, tentu saja karena gampang dan cepat. Tinggal direndam air garam dan bawang putih terus goreng, beres deh. Hihihi maklum ibu jaman sekarang, yang praktis-praktis ajalah buatnya, kalo ribet dikit mesti ngintip buku menu dulu :D Sekarang giliran si ikan nih dieksekusi. Sesudah dicuci, si ikan tak bawa sambil duduk disamping abhi yang lagi nonton spongebob. Tanganku sibuk memotong-motong si ikan, dibersihin kotoran perutnya, dipotong siripnya, dst.. dst.. Begitu asiknya aku mengutak-atik si ikan sampai tanpa aku sadari si abhi ternyata memperhatikan aku sedari tadi. 

“Maa…” panggilnya pelan. “Ya.. napa bie.. bobobnya bagus ya..”kutatap matanya. “Ma, itu ikannya sakit ga mah.. dipotong-potong sama mama.”tanyanya polos menatap si ikan dengan iba. Well, aku cukup terhenyak mendengar pertanyaannya. Tangan ini otomatis berhenti menyiksa si ikan yang sedari tadi ada ditanganku. Pertanyaan abhi mungkin sederhana sekali, tapi membuatku berfikir juga. Jujur saja, sempat pula aku merasa cukup kejam karena sudah ‘mengolah’ si ikan ini. Hihihi. Namun pertanyaan abhi selanjutnya lantas menyadarkanku dari kebingungan. 

“Maaa…”tegurnya. “Eh iya nak.., maaf ya. Tidak ikannya tidak sakit kok. Ikannya kan sudah mati.” “Itu ada dawahnya (darahnya) banyak ma.. abhi kasian ma.”ujarnya sambil meringis-ringis. “Ga apa-apa kok kak, ini ikannya sudah mati.. tuh kepalanya aja udah ga ada kan. Jadi ikannya ga merasa sakit lagi mama potong. Ikannya udah masuk surga kak, karena pahalanya banyak. Karena dengan daging ikan, manusia jadi bisa makan bergizi..”senyumku mencoba menghilangkan ketakutannya. 

“Oo yaya ma..” abhi tersenyum-senyum sambil sesekali meringis melihat si ikan. Sejujurnya aku juga sama seperti abhi.. tidak tega mengolah atau memakan si ikan atau hewan lainnya, terutama yang masih ada kepalanya. Alasanku ya simple, ndak tega melihat matanya si hewan. Berasa diliatin kali ya pas mpretelin badannya hihihi. That’s why aku selalu membeli ayam dan ikan tentunya, dengan satu request ke penjualnya, “Bang, tolong kepalanya dibuang aja.” Hihihi. Untung saja abhi melahap pindang patin sebagai sarapan tanpa masalah. Lega juga aku, untunglah dia tidak jadi anti makan ikan. 

Hmm story lesson hari ini setidaknya sangat berharga buatku. Bahwa anakku sudah mengerti artinya sakit, sedih, senang, bahagia dan marah. Bahwa anak adalah pemerhati dan peniru orang tua yang ulung. Bahwa sebagai orang tua, aku harus mampu mengajarkannya intisari kehidupan yang menjadi bekalnya menjalani kehidupan. Di usia abhi ini, adalah masa emas pertumbuhan fisik dan emosinya, yang tentu saja merupakan kesempatan bagiku untuk menanamkan banyak hal kebaikan padanya.

Senin, November 02, 2009

Dua November

Pagi Hari 021109.
Hari ini kebetulan aku ngantor di gerlong, ada pelatihan dari kantor. Seperti biasanya senin bukan hari favoritku, rada penat rasanya. Apalagi untuk ngantor di gerlong, butuh waktu naik angkot lebih dari 1.5 jam. waks... males banget.. berasa di jakarta aja. Yup rutinitas dimulai, diawali dengan membuka laptop. Wuaaahhh aku terpana memandang laptop.. sejenak langsung senyum-senyum sendiri inget abhi.. Surprise sekali aku, ternyata si kunyit ini menempelkan banyak stiker-stiker mungilnya di laptopku. Ada beberapa garfield dan dalmatian si gogok putih di layar lcd ku sekarang.. ah kapan juga si abhi nempelin tuh sticker ya… entah semalem sebelum kami pergi tidur ato pagi tadi sewaktu aku sibuk di dapur untuk memasak menu abhi hari ini.. well it’s a big surprise for me dear.. hadiah yang indah di senin pagi.. love u abhi.

Malam hari 021109.
Sampai juga di rumah setelah cukup lama diperjalanan pulang. Gerah dan suntuk hilang seketika bertemu abhi. Malam ini nenek cerita kalo abhi gulat sama egi, kak egi mulai nakal dan nendang temen-temennya di kelompok bermain. Well, namanya juga anak laki, ya ga sih :) Apalagi kak egi juga masih seumuran, ga ada setaun selisihnya sama si abhi. Sebelum tidur, rutinitas kami sepeti biasa, bercerita tentang hari itu. Aku sempatkan bertanya pada abhi. 
Mama : Kak, emang bener abhi ditendang ama kak egi ya? 
Abhi : iya ma.. kaki abhi (wajahnya mulai lebay.. pura2 sakit, tapi sedetik kemudian biasa lagi xixixixi) 
Mama : sakit ga kak 
Abhi : engga.. udh cembuh ma, abhi anak waki-waki (hahaha si abhi banget ini mah jawabannya) 
Mama : abhi nangis ga nak tadi.. 
Abhi : nangis.. tapi dikit aja tidak banyak-banyak (hehe ini ga tau bener ga ya, sometimes abhi rada imajinatif utk menambah cerita baru :D ) 
Mama : terus abhi kl besok ditendang kak egi lagi bilangnya gimana 
Abhi : ga bagus kak egiii 
Mama : naahh itu kakak tau. Besok kalo kak egi tendang lagi bilang ya... kak egi.. ga boleh..tendang teman itu tidak bagus.. sama teman harus sayang. Nahh jadi besok abhi kalo ditendang lagi bilang apa nak 
Abhi : ga bowe ga bagus kak.. teman cayaaang.. 
Mama : Pinter.. terus kemarin abhi bilang ama bu guru ga 
Abhi : biwang.. 
Mama : bilangnya gimana 
Abhi : bu guwu.. kak egi nakang.. 
Mama : hehehehe ya udh nanti abhi bilang dulu ya kayak tadi, kalo kak egi masih juga tendangin abhi, abhi menghindar aja, tangkis aja ciatt ciatt (huehehe gaya mamanya :D ) trus bilang aja ama bu guru ya.. bu guru, kak egi tendang abhi.. jangan dibales ya nak.. kan abhi tidak suka ditendang.. jadi jangan menendang orang (hehehe bilangnya sambil rada gimanaaa gitu, secara emaknya rada galak :D) 
Abhi : ya.. ciaaat.. (dengan sumringah tangannya niruin gaya ben-7 berubah jadi robot hehe) 

Hmm.. ga berasa si kunyit udah gede, interaksi seperti ini bakal tambah sering sepertinya. Well, pelajaranku sebagai seorang ibu bertambah hari ini. Kadang aku harus belajar menekan ego untuk bersikap lebih sabar atau belajar menjadi kecil utk memahami perasaan si kunyit.. Hidup itu indah ya. Terima kasih Tuhan...

Rabu, Oktober 21, 2009

Wanita Tangguh

Maryam nama ibuku. Nama yang indah kan.. Punya Papa bernama Lukman dan Mama bernama Maryam bangga lho karena semua adalah tokoh islam yang terkenal cinta keluarga. Dan benar itu aku rasakan. 

Wanita Tangguh 

Jika Papaku adalah tipikal pria rumahan, maka mamaku adalah tipe sebaliknya. Mama adalah pekerja dan pebisnis sejati. Mungkin perbedaan itulah yang menyatukan mereka, saling melengkapi sepanjang umur pernikahan mereka. Masa kecil mama diisi dengan belajar dan bekerja. Itulah yang membentuk beliau sangat mengagungkan pendidikan. Semasa kecil, kehidupan mama sulit. Beliau adalah anak perempuan dari tujuh bersaudara yang semuanya perempuan. Entahlah.. apakah gen perempuan ini menurun hingga aku pun memiliki saudara yang kesemuanya perempuan. Mama besar ditengah orang tua yang memiliki pola pikir tradisional dimana perempuan tidak perlu sekolah, tidak perlu pintar, perempuan hanya cukup di dapur, menjadi istri dan melahirkan anak-anak, apalagi di tengah kondisi ekonomi yang kurang mendukung. Tapi mama berbeda. Tekad yang kuat dalam hatinya membuat beliau memberontak. Beliau bertekad untuk terus meraih mimpinya sekolah setinggi-tingginya, meninggalkan kebodohan dan maju dalam hidup. Kakek dan nenekku adalah petani, keduanya menggarap sawah dan kebun di desa Campang Tiga di kabupaten OKU, Sumatera Selatan. Untuk bisa bersekolah, mama harus mencari jalannya sendiri di tengah keterbatasan yang ada. Mama harus mencari uang sendiri untuk sekolah, harus bersusah payah demi pendidikan yang lebih baik. Sempat tinggal di kota Palembang, kakek dan nenek memutuskan kembali ke desa. Mama memutuskan tetap tinggal di Palembang, mengikuti keluarga besar disana demi bisa melanjutkan kuliah. Namun bukan berarti lantas kehidupan menjadi mudah. Walaupun di rumah keluarga, bagaimanapun juga mama harus mampu bersikap dan menempatkan diri. Mama juga membantu menyiapkan keperluan anggota keluarga yang diikutinya dengan ikhlas. Dahulu mungkin hal seperti ini tampak lumrah, namun tanpa kemauan dan tekad, hidup tidak akan berubah. 

Kata mama, zaman dahulu, mana ada kiriman uang dari orang tua seperti sekarang. Mama harus mandiri, dan untuk bisa berkuliah, mama harus memutar otaknya mencari tambahan uang. Mungkin inilah yang membuat beliau kreatif dan mengasah bakatnya menjadi businesswoman. Mama sering merajut benang menjadi bermacam hiasan, taplak meja, boneka, dan lainnya. Kata mama, terkadang teman-teman kuliah begitu baiknya mau membeli rajutan mama. Namun bila tidak dibeli, maka mama mendatangi beberapa kenalan untuk menjual rajutannya demi mendapatkan biaya kuliah. Sering kali mama berjalan kaki puluhan kilo meter menuju tempat kuliah karena tidak punya uang transport sama sekali, sehingga sesampainya di rumah, kaki bengkak-bengkak dan mama menangis karenanya. 

Ketika tubuh sudah begitu letih, mama sering tidak masuk kuliah, namun teman-teman berbaik hati meminjamkan catatan kuliah sehingga mama tetap bisa mengejar kuliahnya. Selain berjualan rajutan, mama pernah berjualan rokok juga. Hmm suatu hal yang tidak pernah aku bayangkan untuk melakoninya. Apapun mama tempuh untuk meraih mimpinya dan mama memang berhasil mewujudkan angannya itu karena jerih payah beliau. I’m proud of you Mom. 

Berjiwa entrepreneur

Mama itu jiwa bisnisnya tidak pernah hilang. Aku ingat dulu mama rela menukar mobil Daihatsu putih kesayangannya dengan 3 buah rumah susun. Kata mama kalau mobil tua itu dijual, hasilnya tidak seberapa karena nilai yang terus turun setiap tahunnya. Mama mungkin terbilang nekad, karena di zaman itu rumah susun sepi peminat. Teman-teman mama malah banyak menjual kembali rumah susun mereka karenanya. Mama tetap yakin pada perhitungannya. Begitu selanjutnya sedikit demi sedikit mama mengumpulkan uang dan ditukarkan dengan rumah-rumah susun itu. Alhamdulillah perhitungan mama tepat, saat ini rumah susun laku keras, sewanya pun tidak pernah kosong. Kata mama lumayan untuk bekal pensiun supaya tetap mandiri dan tidak bergantung pada anak-anak. Oh ya uang rumah susun itu pun mama putar lho, sekarang uangnya sudah bisa untuk membeli dua rumah kos mungil di bandung. 

Mama memang pandai mengelola perputaran uang yah. Kata mama, gaji sebagai pns tidak seberapa, jadi harus pandai-pandai mengelolanya. Sebagian untuk kebutuhan sehari-hari, sebagian ditabung dan diputar dalam bentuk usaha. Sewaktu kuliah dulu, mama jugalah yang mengajarkan aku dan kakakku cara menambah uang bulanan. Walaupun kehidupan kami saat itu sudah lebih baik, namun kami masih dibiasakan hidup seadanya. Kami harus pandai mengelola uang saku yang saat itu besarnya cukup menopang makan sederhana kami selama satu bulan, karena bila tidak pandai maka nasibnya akan jadi seperti aku. Dulu di awal kuliah, aku belum terbiasa mengatur keuanganku sendiri. Aku kerap mengeluarkan lebih banyak uang di awal-awal bulan. Sehingga di akhir bulan, aku kewalahan. Akhirnya terpaksa, sepanjang hari makan dengan lauk nasi ditemani satu buah kerupuk sampai menunggu tibanya awal bulan. Hahaha.. 

Back to topic, untuk menambah uang saku aku dan kakakku sering berbelanja pakaian di bandung, untuk kemudian dijualkan lagi secara kredit di Palembang. Kata mama, kalau mau uang lebih ya usaha dulu. Itu benar-benar pelajaran berharga bagiku dan ternyata mendapatkan uang tambahan itu memberikan kebahagiaan dan kepuasan tersendiri, karena ya hasilnya memang dari usaha sendiri. Selepas kuliah pernah aku, suamiku dan kakakku nekad patungan uang untuk bisnis kecil-kecilan. Alhamdulillah berjalan cukup lancar dan modal kembali cepat, mama bersemangat memotivasi kami agar bisa mengembangkan usaha tersebut. Beliau mendorong kami memiliki CV sendiri. Berkat beliau kami sekarang kami memiliki usaha kecil-kecilan di bidang fotokopi. Beliau lah konselor utama kami, penyemangat kami. Mama cenderung berani berbisnis. Kata mama, kalau tidak berani, bisnis tidak akan maju. Bravo… 

Pendidik sejati 
Mamalah pendidik kami yang sejati. Mama mengarahkan kami anak-anaknya dalam hal pendidikan dan keterampilan. Mama memang seorang working mom, perempuan bekerja, namun pendidikan dan pertumbuhan kami tidak pernah lepas dari pengamatannya. Mama pernah bilang ‘mama saja yang sekolah sedemikian susah, bisa menjadi sarjana. Mengapa kalian yang dicukupi fasilitas tidak bisa. Kalian harus bisa lebih dari itu’.  Pacuan demi pacuan motivasi diarahkan beliau setiap kali kami pesimis ditengah prestasi yang menurun. Mama berkata ‘si A (juara kelas) itu makannya nasi, kalian juga makan nasi. Sama saja, jadi berusahalah lebih baik. Pasti bisa’. Mungkin itu salah satu sebabnya kami mewarisi kegigihan mama. Pantang menyerah walau jatuh berkali-kali, walau gagal terus mecoba. Jika sudah mengusahakan yang terbaik, setidaknya tidak akan ada penyesalan. Itu salah satu yang aku tanamkan juga ke anak-anakku sekarang. 

Mama itu benar-benar motivator sejati. Kata-kata beliau yang terkadang pedas, memang ampuh melecut kami supaya gigih berusaha. Dulu waktu aku kecil, mama tidak suka melihat kami bermain permainan anak-anak pada umumnya, seperti bentengan, karet yeye, sepeda dan seterusnya. Beliau lebih suka kami bermain yang mendidik. Sering kali beliau memanggil aku dan teman-temanku untuk bermain saja di rumah, kemudian beliau akan membimbing kami bermain cepat-tepat, main tebak-tebak gambar dalam bahasa inggris, berhitung dalam logika (dulu sih istilahnya mencongak), sampai tebak lagu dan bernyanyi. Selain itu, mama juga mengarahkan kami untuk pandai menari, mungkin karena mama tau kami tidak berbakat menyanyi seperti beliau. Hahaha.. 

Semasa kecil kami sering mengikuti kursus menari, beberapa kali kami mengisi acara menari di TVRI lokal. Kebetulan pula kami lima bersaudara ini perempuan semua, sehingga setiap kali ada keluarga yang hajatan, maka pasti kami berlima akan menari. Dulu Kak Lia dan Keke yang tertua langganan menari tanggai, sementara meicy, aku dan erni yang masih kecil-kecil menari tari kreasi. Setelah dewasa, gantian aku dan meicy yang mengisi tari tanggai. Begitu seterusnya hingga aku lulus sma, dan meninggalkan kota Palembang. Kegiatan menari ditinggalkan sama sekali, walau kadang rindu juga untuk bisa menari lagi seperti dulu. 

Selain seni, mama juga mewajibkan kami kursus bahasa inggris. Sekarang mungkin lumrah saja anak-anak ikut kursus bahasa, seni, olahraga dari usia dini. Jaman dahulu? wah bisa dihitung dengan jari. Setahuku teman-teman seangkatanku tidak ada yang mengikuti kursus serupa. Tapi mindset mama yang jauh ke depan memang luar biasa. Jadi pertama kursus bahasa aku masih kelas 5 SD, hingga di bangku SMA kelas 2 baru aku bebas dari kursus bahasa ini. Itupun bukan karena berhenti, tapi karena ya memang akhirnya lulus. Coba tuh dihitung.. berapa tahun ya.. wow 7 tahun berturut-turut :D Kerap kali aku mengalami kejenuhan selama kursus, berkali-kali mengutarakan keinginan untuk berhenti namun semua ditolak mentah-mentah. Jangankan berhenti, tidak masuk satu kali saja mama bisa marah. Haruss…., hehehe. Dan aku selalu menurut. Iyalah.. kan anak baik hahaha. Ga lah, memang harusnya kami yang malu dengan mama. Di umur beliau yang tak lagi muda saja, beliau kerap mendampingi kami kursus khususnya ketika les privat di rumah, baik itu les english maupun les mengaji. Mama turun menjadi contoh langsung. Malah karena keterusan, akhirnya beliau menjadi peserta kursus seperti halnya aku. Bahkan ketika akhirnya aku pindah les di bimbingan belajar di luar, les private bahasa masih dilanjutkan di rumah, dengan mama sebagai peserta tunggal. Hahaha.. memang semangat belajar mama luarrr biasa.. 

Aku masih ingat sekali, dulu setiap kali kami menempuh ujian akhir, mama juga turun tangan langsung mengajari kami. Beliau menguji kami dengan banyak pertanyaan. Setiap kali kami ujian, mama pasti akan mengurung diri di kamar, mendoakan anak-anaknya. Mama lah yang selalu tegang luar biasa setiap kali kami ujian. Ah tak akan sanggup rasanya melihat kekecewaan di wajah itu dan tentu betapa bahagianya melihat sinar wajahnya menyaksikan prestasi kami. Inilah salah satu yang kuyakini memacu aku dan saudara-saudaraku untuk terus maju. 

Cinta Seni 
Mama itu senang sekali menyanyi. Di setiap senggangnya beliau senang menyanyi, di kamar mandi sambil mandi, di dapur sambil masak, sampai di hajatan-hajatan pun beliau sering menawarkan diri menyanyi, hehehe. Kalau dirumah, beliau senang memutar kaset-kaset lagu lama atau berkaraoke ria. Tapi karaoke akhir-akhir ini sudah sangat jarang, sebab sepi peminat di rumah hehehe. Papa anti banget nyanyi, paling senyum senyum aja liat mama soalnya kalau papa nyanyi sering diledek sih sama mama :D Btw aku sampai hapal lo lagu-lagunya mama, “angsa putih berenang… meluncur dengan tenang..di telaga yang sunyi.. berkelana sendiri” hehehe. Ga tau deh itu lagu jaman kapan. Tapi kalo kebetulan denger lagu-lagu lama itu, jadi teringat dengan mamaku tersayang. 

Perempuan harus serba bisa
Masa kecil kami dididik mama untuk tidak manja. Kami harus bisa mandiri untuk melakukan segala hal. Yang lebih besar harus membantu yang lebih kecil. Semua punya kewajiban masing-masing di rumah. Pembagian tugas sudah diatur sedemikian rupa. Kak lia memasak, keke urusan menyapu dan ngepel, meicy mencuci piring, aku mencuci pakaian, erni seksi lap-lap dan membersihkan kaca-kaca. Hehehe masih ingat aku dengan pembagian kerjaan ini. Mama pandai membuat kami melakukan pekerjaan dengan senang, terkadang kami menyikat teras bersama-sama, dan mama membiarkan kami bermain selang, plesetan di air sabun, siram-siraman dan seterusnya selama pekerjaan bisa kami selesaikan. Selain itu kadang kala kami membantu papa membersihkan mobil didepan rumah. Beberapa tetangga kadang menatap heran melihat anak-anak perempuan naik-naik di atas kap mobil, atau di kolong mobil sambil bersemangat membawa sikat dan sabun. Hehehe perempuan harus serba bisa kan. Pun melihat kami perempuan2 ini mendorong mobil papa yang terkadang mogok.. mengangkat kulkas rusak ke mobil.. dan seterusnya. 

Pernah ketika kunci rumah tertinggal di dalam garasi, aku diijinkan mama memanjat dinding rumah dua lantai yang cukup tinggi dan berbatasan dengan tetangga, meloncat ke kayu pohon milik tetangga untuk bisa meraih lantai dua rumahku. Dan horeee… aku berhasil berada di lantai dua, turun tangga ke garasi, dan kunci rumah kudapat. I had a fun time actually hehehe. Mama pasti takut dan khawatir, tapi ada trust yang beliau tanamkan kepada kami.

Panik
Seperti umumnya kaum perempuan, mamaku ini tipikal ibu yang panik khususnya menghadapi anak-anak yang sakit. Dulu ketika kami semua masih kecil, papa sekolah di bogor. Mama menempati rumah di darmapala yng dulu kondisinya belum seperti sekarang, sepi dan gelap. Kata mama, lampu jalan saja tidak ada, kalau malam tiba, benar-benar mengerikan. Satu waktu pernah kami sakit bersamaan, 5 anak masuk rumah sakit bersamaan, kak lia dan keke mengalami luka karena terkena pecahan botol, meicy radang paru, aku diare, dan erni yang baru lahir sesak nafas. Bisa dibayangkan betapa stresnya ibuku saat itu bukan? Tanpa papa yang menguatkan hati, mama panik sekali. Mama suka trauma dengan anak yang sakit. Sampai sekarang kalau kami sakit sedikit saja, mama langsung panik.. sudah ke dokter belum.. sudah makan obat belum… walau itu hanyalah common cold saja. 

Working Mom yang cinta bekerja
Aku bangga dengan mamaku, walaupun beliau adalah seorang working mom, tapi beliau tak pernah meninggalkan kewajibannya terhadap kami. Bahkan aku bisa menyusu ASI sampai usia 4 tahun loh.. hehehe abhi.. kamu kalah nak sama mamamu ini (abhi disapih 2thn3bln). Mama benar-benar cinta bekerja. Pernah karena suatu hal, mama dimutasi. Pindah ke tempat dinas baru, sementara di tempat barunya bos lama menyepelekan mama karena beliau seorang perempuan. Jaman dulu perempuan memang tidak lumrah untuk memimpin. Beda sekali dengan jaman sekarang. Tidak ada pekerjaan diberikan buat mama. Mama tertekan, beliau sampai sakit karenanya. Hari-harinya kurang bersemangat seperti biasanya. 

Jujur dahulu aku berharap mama di rumah, menemani kami semua. Namun melihat itu aku menyadari mama sangat cinta bekerja. Aku menyadari, bekerja adalah bagian hidup mama dan itu yang membuatnya bahagia. Aku ingat binar-binar di mata mama yang dengan semangat menceritakan lingkungan kerja dan setumpuk pekerjaannya. Sekarang, aku mendukung mama apapun pilihannya. Setelah pensiun sebagai pegawai negeri, sekarang mama aktif di komisi perlindungan anak. Mama senang karena masih bisa bekerja dan aktif di usianya yang ke 60 saat ini. Katanya melatih otak biar ga pikun.. Hehe salut untuk mama.. Mama itu memang tidak pernah bisa diam. Kalau sedang tidak ada kesibukan, beliau senang memasak buat keluarga. Mama jago masak lho… Menu favorit buatan mama yang paling aku suka itu sambal goreng hati ayam.. mak nyusss… Mama juga senang membuat kue basah ataupun kue kering. Bahkan saking semangatnya beliau sampai ikut kursus kue segala, beli oven-oven dan mixer yang guede banget gitu.. yang biasanya dipake industri kue beneran.. Hasil buatannya biasanya mama bagi buat kami sekeluarga dan buat temen-temen kantornya. Mama memang berbeda sekali dengan anaknya yang hobi rebahan hahaha. Two thumbs up for my mom. 

Ceplas-ceplos juga pendiam 
Mama adalah orang yang spontan. Apa yang beliau ungkapkan, memang itulah adanya yang ada dibenak beliau. Mama ceplas-ceplos dalam berkata-kata. Kadang beliau menyampaikan sesuatu yang jauh di depan. Kata mama, memikirkan segala sesuatu jauh ke depan itu penting supaya siap dengan segala konsekuensi di kemudian hari. Sebenarnya mamaku orang yang pendiam, seperti halnya aku dan ayahku. Ada juga yang bertanya-tanya, sebegitu pendiamnya keluarga kami sampai menebak bahwa rumah kami sepi dari kata-kata. Padahal orang lain tidak tahu, kami ini hanya diam di luar rumah saja. Begitu bertemu dan bercanda, hehehe kadang aku dan mama tertawa cekikikan sampe menitikkan air mata segala lho… Tapi kata-kata mama itu memang begitu pedas, walau sebenarnya maksud beliau itu baik. Apalagi jika beliau sudah mulai mengungkit-ungkit sejarah, dosa-dosa dan aib anaknya jaman dahulu kala. Berulang-ulang tanpa bosan. hahahaha. Maapin ya Mak. Tapi memang begitu. Bicara pada mama harus siap mental, siaplah dengan pedasnya komentar mama. Bicara pada mama itu soal keputusan itu ibaratnya adalah ujian tahap akhir, kalau siap, maka anda lulus sodara-sodara.. artinya kita sudah benar-benar siap dengan keputusan yang kita ambil. Tapi kalau tidak siap, jangan harap anda lepas dari bullyan hehehe.

Menikmati hidup seadanya 
Mama mendidik kami untuk bisa menikmati semua apa adanya. Tidak ada sepeda, tidak ada uang jajan. Kata mama kalau lapar, bawa makanan dari rumah. Kalau mau sepeda, biar sampai nangis darah ga akan mama belikan. Hehehe.. mama gitu lohh.. Oh ya.. guess what.. kami satu keluarga dulu pernah lho pake satu motor saja ke rumah kakek, padahal semua enam orang (erny belum lahir). Kak lia dan keke berdiri didepan papa, kemudian papa, di belakang papa ada meicy, baru kemudian mama sambil menggendong aku yang masih bayi. Motornya aku masih inget banget vespa tua berwarna biru kesayangan papa. Hahaha jaman-jaman hidup sulit. Kalau dibayangkan sekarang.. gileee looo.. berenam gitu loh naik motor.. serem amat :D Mama aja suka meringis kalau ingat masa itu, nekad amat kata beliau.. yahh demi anak-anaknya yang kekeuh pengen ke rumah kakek masa itu. Suka kangen dengan rebutan nasi padang satu bungkus berlima atau sebungkus sate 10 tusuk buat sekeluarga. Terbiasa dididik hidup apa adanya tanpa berlebihan membuat kami sangat-sangat bersyukur dan menghargai hidup.

Figur mama yang kuat dan pantang menyerah melekat dalam hatiku. Mama selalu bersemangat menjalani hari-harinya.. optimis selalu. Mama.. terima kasih telah mengajarkan kami bentuk kehidupan. Terima kasih atas segala didikanmu. Mamaku memang hebat.. aku bangga pada mama. Doakan kami ya ma, semoga senantiasa tangguh sepertimu, mensyukuri hidup yang telah diberikanNya dan mendidik anak-anak kami dengan baik. Aku berharap selalu bisa membahagiakanmu. Robbighfirlii wali-walidaia warhamhuma kama rabbayanii soghiira..

Selasa, Oktober 13, 2009

Lelaki Terbaik

Lukman Hakim Taslim itu nama beliau. Papaku ini adalah lelaki terbaik sepanjang hidupku. Beliau lah sosok laki-laki satu-satunya dalam keluargaku sehingga seperti beliau lah figur laki-laki ideal yang melekat dimataku. Namun dibalik kelebihan dan kekurangan beliau, tetap saja beliau adalah panutan hidupku yang sangat aku cintai.. Menuliskan ini membuatku tertawa, menangis haru, dan bahagia. I Love u Papa.

Pribadi yang unik 
Papaku merupakan pribadi yang sangat unik dan berbeda dari kebanyakan orang. Bila umumnya kita sering menemukan pribadi yang baik dan manis dimuka umum, kemudian menjadi pribadi yang apa adanya dan cenderung keras dalam keluarga.. maka papaku ini pribadi yang justru berkebalikan. Bagi orang lain, beliau adalah orang yang sangat-sangat keras, bahkan tingkat kesabaran beliau menghadapi orang lain tampaknya sangat-sangat terbatas. Hehehe… tidak terhitung jumlah korban kemarahan beliau.. baik di jalan, di kampus, artis dan pejabat di tv pun tak luput dari komentar beliau. Kalau anda laki-laki, maka anda harus bersiap-siap menghadapi beliau karena prosentasi kerasnya beliau akan jauh lebih besar hehehe. 

Kalau aku tanya kepada mama kenapa papa seperti begitu membenci laki-laki, mama menjawab bahwa papa membenci lelaki yang tidak serius dan menghargai hidup. Beliau tidak dikaruniai anak laki-laki, sehingga di mata beliau, menjadi anak laki-laki adalah anugerah yang harus dijaga luar biasa. Menjadi lelaki harus serius dan sukses karena laki-laki lah pelindung kaum wanita. Sehingga aku pun bisa memaklumi betapa beliau sangat membenci dengan teman-teman laki-laki di masa kecilku yang tergolong nakal dan sering berkelahi. 

Aku masih ingat betul, dulu di komplek kami pernah ada tetangga yang nakalnya luar biasa. Pagi itu si tetangga ini iseng mengganggu tanteku yang sedang membersihkan bagian depan rumah. Begitu jahilnya sampe tante menangis. You know what… papaku marah besar.. beliau keluar rumah dan mengejar anak laki-laki itu keliling komplek.. Asli kejar-kejaran.. sampai mama hanya bisa mengelus dada.. Pun ada anak tetangga yang melempari rumah kami dengan batu, maka papa mendatangi rumah orang tuanya sambil menegurnya. Dulu kami ketika SD, aku dan kedua kakakku ikut antar jemput mobil sekolah. Naah di mobil itu ada anak laki-laki yang dengan sengaja memukul-mukulkan kepala kami bertiga secara bergantian. Kami semua menangis tiba di rumah. Amarah papa tidak terbendung. Beliau mendatangi rumah anak laki-laki itu dan tanpa ampun beliau marah besar. Papa sudah hampir mengajak berkelahi anak itu. Beliau benar merasa terhina anak perempuannya di permainkan oleh anak laki-laki. Mungkin kalau diumpamakan menurut papa ‘Jangan mentang-mentang’. 

Pernah juga ketika berkendara bersama papa, beliau terpancing emosinya oleh sekelompok anak muda yang menggunakan mobil jip terbuka sambil kebut-kebutan dengan gaya yang jelas mengejek kami. Dan kejadian seperti ini tidak sekali, sering sodara-sodara. Papa langsung bereaksi membalas, salip menyalip pun tak terhindari. Kami tegang sekali. Bagaimanapun mereka sekelompok laki-laki yang sangat banyak, sementara di mobil kami semua perempuan, hanya papa yang laki-laki. Aku sangat khawatir mereka akan mengganggu papaku. Emosi papa baru bisa reda setelah mendengarkan kepanikan kami, permohonan kami agar beliau bersabar dan tidak mengacuhkan kelompok itu. Papa mereda.. namun aku tau beliau menahan egonya, tubuh beliau bergetar menahan amarah.. 

Begitulah seterusnya.. setiap kali keluarga kami jalan-jalan, pasti heboh. Papa sering ribut di jalan, mama dan kami panik sambil mengingatkan.. Dan sampai kami sudah seusia ini pun hal ini masih terjadi. Terkadang terpaksa ikut memarahi papa, maapin ya Pa.. tapi kadang kala aku malah sering tersenyum-senyum setiap kali bepergian bersama kedua orang tuaku. Kadangkala kericuhan ini merindukan. Eits.. tapi jangan salah.. papa tidak membenci semua laki-laki, buktinya sama menantu-menantunya ini papaku baik dan sabaar banget. Suamiku yang nabrakin mobilnya aja ga dimarahin. Hahahaha. Namun dibalik itu semua, dalam keluarga kami beliau adalah pribadi yang sangat menyayangi keluarganya. Beberapa orang bahkan bertanya-tanya kenapa bisa beliau menjadi pribadi yang berbeda bagi istri dan anaknya. Menjadi sosok yang sabar dan sangat rela berkorban apapun demi kami.. Yah.. itulah papaku. 

Sayang Keluarga
Banyak hal yang aku kagumi dari papaku. Salah satunya adalah pribadi beliau yang selalu ingin menyenangkan hati kami sekeluarga, mengalah demi keluarga. Dulu waktu kami semua masih kecil, kehidupan benar-benar apa adanya. Masih ingat dalam benakku, betapa dulu kami selalu berbagi makanan. Adakalanya papa membelikan kami satu bungkus sate dengan isi 10 tusuk saja untuk makan malam keluarga. Maka mama pun membagi satu bungkus itu untuk kami semua. Papa, sebagaimana umumnya adat di daerah kami yang mendahulukan lelaki dalam segala hal, disiapkan 4 tusuk. Mama dan kami berlima masing-masing 1 tusuk. Mau tau rasanya makan sate satu tusuk? Hahaha dulu mah senang-senang saja.. Apalagi disertai acara rebut-rebutan dengan saudara-saudaraku. Namun, tiap kali papa melihat kami berebutan makanan, beliau pasti langsung memberikan jatah beliau untuk kami. Alasannya pendek, papa sudah makan tadi.. sudah kenyang. Padahal kami tau beliau senang melihat jatah sate kami bertambah. Begitu pun kalau papa atau mama pulang membawa nasi bungkus padang dari kantornya. Satu bungkus buat sekeluarga. Hahaha… satu orang mungkin hanya mendapat 2 sendok nasi dan secuil lauknya.. dan komentar papa sama ‘sudah makan dikantor, kalian makan saja’. Padahal begitu nasi bungkusnya habis, papa baru mengambil piring dan makan apapun yang ada di atas meja. Sampai saat ini papa tidak berubah.. hingga aku dan saudara-saudaraku kini telah memiliki penghasilan sendiri yang jumlahnya mungkin saja melebihi gaji beliau selama puluhan tahun menjadi pegawai negeri, beliau tetap sering menyisipkan uang sangu untuk kami tiap kali beliau menjenguk kami, menanyakan kesulitan-kesulitan yang kami hadapi. Tidak jarang pula papa menyisipkan uang 50rb, 100rb ke saku ku setiap kali aku pulang ke palembang. Kata papa, buat jajan. Hahaha tidak beda dengan perlakuan aku ke Abhi. Ya.. Bagi papa, kami tetaplah gadis-gadis kecil kesayangannya. 

Protektif 
Papa juga sosok yang sangat protektif. Hal ini sangat bisa dimaklumi, karena kami bersaudara semuanya adalah perempuan. Sehingga hanya beliaulah sosok laki-laki dalam hidup kami, panutan kami. Beliau sangat-sangat menjaga pergaulan kami hingga kami dewasa. Aku masih ingat dengan jelas, ketika kami pulang terlambat dari les bahasa karena keasyikan main dengan teman-teman dimana seharusnya kami sudah dirumah jam 5 sore. Namun sore itu kami baru menginjakkan kaki dirumah jam 6 sore. Papa sudah mondar mandir di depan rumah dengan gelisah. Begitu melihat kami, papa bungkam seribu bahasa dan langsung masuk kamar. Bagi beliau there is no reason for late. Pernah juga ketika mama mengantarkan kami ke salon untuk potong rambut. Hari sudah magrib ketika kami sampai di rumah, maklum saja.. antrian di salon itu begitu ramainya. Papa marah besar… tapi marahnya beliau pada kami adalah bungkam seribu bahasa. Kata mama, cukup lama beliau mendiamkan kami, satu-dua hari tanpa kata-kata. 

Pun betapa sulit sekali mendapatkan ijin papa untuk mengikuti acara sekolah dimalam hari. Begitupun setiap acara buka puasa bersama atau tahun baruan bersama teman-teman sekolah, rasanya mustahil kami bisa bergabung hingga tahun berganti dan kembang api berlomba-lomba menari di langit. Seingatku papa hanya bilang ‘jam 10 malam sudah dirumah, kalau tidak mau, ya tidak usah’. Begitu pun ketika teman-temanku mencoba menghadap beliau menawarkan membujuk papa supaya sedikit memberiku kelonggaran. Aku hanya tersenyum dalam hati, well you don’t even know him, guys... Bapakku itu dijulukin anak tetangga sekitar Pak Singa hahaha.

Dulu ketika kakakku memutuskan untuk menikah, beberapa bulan sebelumnya, kakak sempet jalan-jalan bersama teman-temannya hingga malam hari. Papa sangat was-was. Tak terhitung berapa kali beliau mondar-mandir antara ruang tamu-teras-pagar menunggu kakak pulang. Kekhawatiran beliau dipaksakan reda setelah mama berkata 'biarkan saja, dia sudah dewasa. Mungkin sekarang saatnya dia puas bersama teman-temannya, kan sebentar lagi dia akan menikah. Semua akan berbeda". Hingga saat ini papa setia mengantar jemputku setiap kali aku liburan ke palembang.. well di usianya yang sudah 65 tahun, beliau senang sekali mengantarkan anak-anaknya kemana pun. Pernah aku meminta ibu supaya papa yang sedang sakit tidak usah menjemputku, namun mama dengan santainya berkata 'Kamu kayak ga tau papamu aja, mana mungkin dia melepaskan kesempatan menjemput anaknya'. Hmmm bahkan setiap mengantarku pulang ke bandara, papa tidak akan menginjakkan kaki meninggalkan bandara sampai pesawatku benar-benar pergi. Tidak peduli beliau sudah tidak bisa melihatku begitu memasuki ruang tunggu. Tapi aku selalu tahu, beliau masih menunggu di luar sana. Dulu ketika bandara di palembang masih cukup kecil, papa akan selalu membeli tiket ke atas, supaya beliau tetap bisa melambaikan tangan begitu kami menaiki pesawat kami. ah papa... aku sangat mencintaimu. Seperti apapun engkau di mata orang, aku tidak peduli.  Di mataku, Papa is the best.

Mengingat hal-hal kecil 
Satu lagi kebiasaan papa yang sangat aku ingat adalah beliau memiliki daya ingat yang luar biasa dan telaten mendokumentasikan semua hal. Sejak kami kecil, beliaulah yang paling ingat setiap kali anak-anaknya berulang tahun. Bahkan sering kali satu-dua bulan sebelum kami ulang tahun, beliau sudah sounding terlebih dahulu. Beliau juga mengingat ulang tahun perkawinannya bersama mama, hingga saat ini pun beliau selalu mengirimkan ucapan selamat di hari ulang tahun pernikahan aku dan suami. Thank you Pap. Aku berharap bisa mewarisi kebiasaanmu. Date means memories to remember. Begitupun dokumentasi pertumbuhan kami. Papa punya foto-foto kami dari berbagai usia. Bahkan klise foto dari jaman TK sampai sekarang masih tersimpan rapih dalam arsip beliau. Pernah aku takjub melihat arsip beliau mengenai aku. Disana aku masih bisa menemukan ‘hasil karyaku’ sewaktu tk dulu. Kliping-kliping coretan dan warna-mewarnai di buku, lipatan-lipatan kertas, tulisan pertamaku di bangku sekolah. Tapi papaku justru tidak suka difoto, setiap kali difoto, jarang sekali mata beliau menatap kamera. Well, kebahagiaan kadang-kadang datang dari hal-hal kecil yang tidak kita sadari. 

Say no to technology 
Hehehe papaku ini termasuk golongan ini. Beliau sampai saat ini masih menggunakan mesin ketik tua kesayangannya untuk menulis di kertas walaupun computer dan printer sudah tersedia di rumah dengan anak-anak yang pasti bersedia mengetikkan untuk beliau. Pernah aku hampir menangis, melihat beliau tertidur dalam posisi terduduk ditempat tidur sehabis mengetikkan beberapa undangan untuk pernikahanku. Pap, why don’t you ever let me help you..  Beliau juga menyukai filateli perangko tua. Dan beliau juga masih sangat menyukai mengirim dan menerima kartu pos untuk ucapan selamat dan tentunya setia dengan mobil kijang tuanya yang dari jaman baheula tidak pernah diganti. 

Pria rumahan
Well, point plus lainnya untuk ayahku ini adalah keseriusan beliau menjalankan hidup. Tidak ada istilah main-main dalam hidup beliau. Pun beliau adalah sosok yang apa adanya dalam hidup. Cinta pada keluarga dan bekerja untuk negara. Waktu luang beliau pun lebih banyak dihabiskan bersama keluarga. Papaku adalah pria rumahan. Papa tidak segan membantu kami membersihkan rumah, mencuci dan menjemurkan pakaian. Aku masih ingat sekali ketika kami masih kecil dan mama sedang dalam dinas keluar kota. Papa menyiapkan makan malam kami sekeluarga, membuatkan kami nasi goreng dengan bumbu sederhana sambil mengajarkan kami untuk selalu mensyukuri hidup. “Dulu papa kalau makan seringnya cuma nasi sama garam saja” begitu katanya. Malam itu aku hanya menatap kagum pada papaku. I Love u Dad.. 

Kalau ada waktu luang, papa suka menghabiskan dengan menonton tv di rumah. Dulu, sekali dalam beberapa tahun, papa dan mama mengajak kami ke bioskop untuk nonton. Jaman film Indonesia masih berjudul Brama Kumbara, hehehehehe…. Sampai sekarang papa hampir sebagian waktunya di depan TV. Sibuk mengomentari tayangan-tayangan yang berseliweran di layar kaca. Kadang kala beliau pun jatuh tertidur di depan TV kesayangannya. Papa juga seorang ayah yang hobi belanja. Kalau para bapak-bapak hanya bisa medumel menunggu istrinya ke pasar, maka papaku berbeda. Tidak ada anti dalam kamusnya berbecek-becek ria memasuki pasar tradisional. Beli sayur, buah dan apapun itu hasil titipan mama. Sampai sekarang, mama dan papaku hampir setiap minggu pagi belanja ke pasar.. memuaskan hobi sekalian olahraga. Hehehehe. 

Boros dan tidak suka ditolong 
Papaku adalah orang yang boros. Namun yang kami selalu syukuri adalah borosnya beliau dihabiskan untuk membahagiakan anak-anaknya. Kadang ketika kami tidak menemukan papa di rumah, itu berarti papa sedang pergi dengan mobil tua kesayangannya untuk membeli sesuatu. Benar saja, sepulangnya beliau, yang dibelikan adalah mie ayam kesukaanku, martabak har kesukaan kak lia, duren pesenan keke, begitu seterusnya. Kadang malam hari beliau menyelipkan satu bungkus pempek dalam kamar kami, sambil berpesan ‘Ada pempek di kamar, jangan bilang-bilang mama ya’. Hahahaha papa.. papa.. Papa sosok yang keras, beliau anti ditolong dan selalu mengusahakan sendiri memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Ya.. Papa itu pantang minta bantu orang lain, termasuk anaknya. Pantang merepotkan orang lain adalah prinsip beliau sampai sekarang dan ini sangat sangat menurun kepadaku. Hahaha. Namun terkadang beliau pun beranggapan bahwa orang lain pun harus berusaha sendiri semaksimal mungkin, tidak sedikit-sedikit berusaha minta bantu orang lain. 

Bertualang dan mandiri 
Papaku senang sekali jalan-jalan. Sewaktu aku baru pindah rumah di bandung, papa menghabiskan dua-tiga hari untuk mencoba semua angkutan yang ada disekitar rumahku. Tidak main-main, angkutan dicoba dari ujung ke ujung, terminal ke terminal. Iseeeng banget ya. Pun ketika traveling ke suatu daerah, maka yang pertama akan papaku beli adalah peta. Dan kemudian, beliau tanpa ragu akan mencoba traveling sendiri tanpa harus menghubungi guide di biro travel, atau saudara yang kebetulan ada di kota yang sama. 

Banyak hal yang unik dan menarik dari sosok papaku. Pap, thank you for everything you've given. I will always love u. Doakan kami anak-anakmu untuk selalu menjaga nama baikmu dan keluarga besar kita. Doakan gadis kecilmu senantiasa mampu memenuhi semua harapanmu, membahagiakanmu. Aku berdoa ya Allah semoga kami mampu menjadi anak yang shalehah yang nantinya dapat menyambungkan amal ibadah kedua orang tuanya. Amin ya Rabbal 'Alamin. Terima kasih Allah telah memberikan Ayah seperti Papaku. Hidup Papa..... You are the one..

Rabu, Agustus 05, 2009

Kisah Abhi dan Mbah Surip

Si kecil Abhi punya kesan tersendiri tentang mbah surip, sang penyanyi tenar itu. Abhi akrab sekali dengan lagu Mbah Surip - tak gendong - apalagi sejak lagu ini sering banget nongol di tv. Awalnya sih karena abhi belum bisa melepaskan diri dari candu digendong mama ato eyang putrinya. Jadi tiap kali abhi minta gendong, mama pasti nyanyiin lagu mbah surip kenceng-kenceng. 

Abhi : Ma... gendooong Mama : Apaaa.. abhi mau digendong mbah suriippp? Abhi : Engga, endoong mama aja. ga mbah cuyiiip Mama : Tak gendoong.. kemana-mana.. tak gendooong Abhi : Stoooop.. yagunya jeweeeeek.. stooop ma..yagu jeweeek (hehe maaf ya mbah, si abhi bilang gitu krn mama ga mau gendong, padahal kl denger lagu mbah di tv, dia goyang-goyang kaki kok, sambil gumam ngikutin mbah nyanyi :D) Adakalanya sih manjur, si abhi jadi lupa minta gendong. malah sibuk ngomentarin lagu mbah surip. Nah.. saat si Mbah berpulang, seluruh acara tv dipenuhi siaran tentang mbah surip, mulai dari lagunya, kilas balik tayangan mbah, berita, infotainment, semua penuh wajah mbah surip. Si ceriwis abhi mulai bingung. 

Abhi : Maa.... mbah cuyip kok nyanyi teyus yaa.. ga cape-cape. ada wagi ada wagi.. Mama : Iya, mbah soalnya mau pergi jauh. Jadi nyanyi terus, besok-besok ga bisa nyanyi lagi buat abhi Abhi : Pegi mana ma... Mama : Pergi ke surga. Jauh.. ga ketemu lagi deh Abhi : Suga dimana ma.. Mama : Di langit. Mbah Surip sekarang rumahnya di langit nak Abhi : Wana rumahnya apa ya... (warna rumah mbah apa ya..) Duhh nak.. iseng banget nanyain warna rumahnya.. mama jadi bingung sendiri jawabnya :D Pertanyaan si ceriwis ga abis-abis deh. nyambung kayak kereta. Tiba-tiba gambar mbah surip yang super besar en close up muncul di TV. 

Abhi : Naa.... Ada wagii... Dadaaaaaah... Mbah Cuyiiipp dadaaaaahhhhh.... Ha-ha-ha-ha (sambil goyang-goyang kaki) Jadi begitulah kisah abhi dan mbah surip. Ternyata image seorang mbah surip melekat juga ya di mata anak-anak, bahkan anak umur 2 tahunan seperti Abhi. Sosok si Mbah yang menjalani hidup penuh tawa dan apa adanya mengajarkan kita satu bagian dari kehidupan dan beliau menjadi sosok yang disayang oleh banyak orang, termasuk Abhi anakku. Mbah Suriip, We Love U FULL.. Ha-ha-ha-ha

Senin, Juni 29, 2009

Senin Ceria

Senin, 29 Juni 2009 
Pagi ini sehabis masak dan mandiin Abhi, mama siap-siap mo kerja. Liat mama udh rapih, abhi berbinar-binar bahagia. Pasti dia kira, mama mau ajak dia jalan-jalan. Maklumlah setiap wikend menjadi hari kami berdua, jalan-jalan berdua, makan bareng, istilah mama sih pacaran lagi hehehe. Bener aja ternyata.. 
Abhi : Mamaaa, jawan-jawan yaa.. naik pedaa.. (Ma, jalan2 ya naik sepeda) 
Mama : Maaf ya nak, naik sepedanya kan udah sabtu minggu kemarin. Hari ini mama mesti kerja (Abhi cuman natap mama.. diemm aja. Mama belai-belai aja kepalanya. Cukup lama dia terdiam, sebelum akhirnya dia tersenyum ) 
Abhi : Mama keja yaa 
Mama : Iya nak, mama kerja dulu ya. Nanti sore mama pulang, abhi sambut yaa 
Abhi : Ya mama, mama ojegg? 
Mama : Hehe, pinter.. abhi tau ya mama mo naik ojegg 
Abhi : ati-ati ya mama..pewan-pewan..nanti jatoooh (Subhanallah.. mama terharu.. belajar dari mana dia kata-kata itu..) 
Mama : iya mama ati-ati nanti. makasih ya abhi. mama sayang abhi 
Abhi : Yaaa.. cama-cama 
Mama : mama berangkat dulu ya nak.. assalamu'alaykum.. dadah abhi 
Abhi : ikuuum aatuuuh... dadahh mama (wa'alaikumsalam wabarakatuh, maksudnya :D)

Subhanallah, pagi ini mama dapat kejutan indah sekali dari anakku tercinta. Abhi sayang, kamu udah besar ya nak. Makasih ya sudah menceriakan pagi mama mu ini. Makasih sudah mencintai mamamu ini. Mama love u abhi.. Biasanya senin selalu jadi hari yang heboh, karena sabtu minggunya abhi nempel abis sama mama. Senin pagi biasanya mama berangkat kerja dengan sedih. Melihat deraian air matanya, melihat betapa inginnya dia bermain bersama mama, dan perasaan bersalah hadir menyertai pilihanku menjadi working mom. Tapi coba lihat hari ini... ah sayangku.. mama mencintaimu. Pap, coba lihat.. putramu sudah besar :)

Jumat, Juni 12, 2009

Selamat Tidur Sayang

Sayang selamat malam 
Sayang selamat tidur 
Sayang mimpi indah 
Tentang kau dan aku 

Panggil namaku sebelum tidur 
Agar ku hadir dalam mimpimu 
Kita kan terbang diatas awan 
Berdua selalu berdua 

by Iwan Fals 
Kemesraan Abhi dan Papa, semoga hari itu segera datang kembali.

Senin, Juni 01, 2009

Chat ala Abhi dan Papa

Hari minggu kemarin 31 Mei 2009, Abhi dan Mama chat sama papa via skype. Kami bermain menebak warna. Suprisingly, abhi sudah hapal semua warna dari benda-benda yang ditunjuk papa secara acak. Alhamdulillah. Abhi sekarang tambah pinter dan aktif. Oh ya abhi juga udah bisa berhitung 1 sampai 20 loooh bentuk angka juga sudah hapal beberapa, bentuk angka paling favorit angka 5. Dan lafal angka dalam bahasa sunda terfavorit adalah… ‘OPATTTT’ hehehe. 

Oh ya kemarin kami bernyanyi bersama. Lagunya macam-macam, APUSE, NAIK DELMAN, SIAPA TUHANMU, buanyak deh. Menyenangkan sekali kami bernyanyi sambil tertawa-tawa. Oh ya.. begini kurang lebih lagunya.. 

Mama dan Papa : Siapa Tuhanmu… 
Abhi : OWOH 
Mama dan Papa : Apa agamamu.. 
Abhi : ICAM 
Mama dan Papa : Siapakah Nabimu 
Abhi : EM AMAD 
Mama dan Papa : Apa kitabmu 
Abhi : KUAN 

Hehehe hebatkan…. Biarpun mungkin baru sebatas hafal dimulut saja, belum mengerti arti sebenarnya tapi tak apa. Pelan-pelan abhi nanti mengerti. Yang penting sekarang dia familiar dulu dengan music dan bahasanya. Selain itu bersama papa kami punya banyak permainan, ada si robot merah, kisah boneka hitam dan putih sampai permainan rahasia papa dan abhi (hehehe… tau kan pa). Abhi tertawa kencang sekali melihat si hitam tiba-tiba muncul di layar bergantian dengan boneka putih. Hehehe thanks ya papa. Mama senang sekali melihat abhi tertawa seperti itu. Bahagia sekali dia.. Chat bersama papa selalu indah, semoga bisa kembali bersama secepatnya ya.. Aminn

Minggu, Maret 15, 2009

Menyapih Abhi episode abhi terkilir

Empat malam sudah abhi berhasil disapih. Start Rabu 11 Maret 2009 hingga Sabtu 14 Maret 2009. Setiap malam kami bernyanyi bersama, mama mebacakan abhi dongeng, guling-guling berdua. Hmm malam-malam yang heboh. Mama merasakan betul betapa Abhi mencoba mengendalikan keinginannya untuk nenen. Mama mencoba mencerahkan suasana, dengan bernyanyi dan mendongeng lebih heboh daripada sebelum-sebelumnya. Improvisasi suara, gerakan dan mimic mama bikin abhi seneeeng banget. Dia terus aja ketawa-tawa sampe akhirnya cape dan tidur pulas.. Hmm.. anakku sudah beranjak besar sekarang 

Namun ternyata proses ini tidak semulus yang mama rencanakan. Minggu, 15 Maret 2009 terjadi insiden kecil. Abhi-ku pergelangan tangannya terkilir ketika bermain perosotan di kolam bola bersama teman-temannya. Ceritanya, Abhi meluncur dari perosotan, dan ketika dia belum sampai di bawah, kakak-kakak yang sudah antri di perosotan meluncur cepat ke bawah dan pepetan lah mereka berdua. Abhi waktu itu cuma meringis saja. Mama yang ngawasin abhi saat itu tidak mengira kalau ternyata Abhi sampai terkilir. Pulang ke rumah abhi terlelap tidur. Tapi tau-tau waktu bangun dia nangis, tangannya terlihat bengkak dan lunglai. Mama baru sadar apa yang terjadi. Seharian itu abhi uring-uringan. Tangannya jangankan mau disentuh dan diobati, dilihat pun ga dibolehin sama dia. Hehehe untuk case ini persis mamanya, GALAK!! Mama coba ga panik supaya abhi bisa dapat treatment yang seharusnya. Mama sms papa supaya bantu browsing treatment untuk anak yang terkilir. Juga tante bantu telpon dokter puskesmas tempat dia bekerja. Alhamdulillah papa berhasil nenangin mama. Mama treatmen di rumah dengan kompres tangannya, dan diberi salep anti inflamasi. Eyang mau olesin beras kencur, tapi baru diteplok sebentar di tangan abhi, udah ngamuk-ngamuk duluan dia. Jadi aja kurang ngefek.

Back to topic, kondisi ini tentu membuat abhi ga nyaman. Seharian dia maunya nempel sama mama.tidur pun maunya digendong mama. Tiap mama baringkan ditempat tidur, dia sering terbangun tiap kali tangannya tertindih. Meringis kesakitan. Mama sedih sekali melihat Abhi. Perasaan mama bersalah sekali karena kurang peka mengawasinya bermain. Dalam kondisi yang ga nyaman, abhi kembali minta nenen sama mama. Mama coba mengalihkan perhatiannya. Siang dia tidak minta nen sama mama, tapi malam rupanya berat sekali. Seharian dia susah makan. Minum masih mendingan. Jadi malam itu, abhi kembali nenen sama mama. Mama tidak mau memaksa menyapih dalam kondisi abhi seperti ini. Akhirnya malam itu kami habiskan bersama dengan berkali-kali terjaga. Subuh pun abhi bangun jam 5 pagi dan minta nonton diego. Oh no… mana ada diego jam segitu, hari senin lagi. Senin Diego, sepupunya Dora the explorer itu adanya jam 8.30. Abhi langsung teriak-teriak, yah mungkin pelampiasan rasa sakitnya dengan minta yang aneh-aneh. Air matanya ga berhenti keluar hari itu.

Senin, mama berangkat kerja dengan gundah gulana. Abhi ditinggal hari itu dengan nangis heboh. Mama sediiih sekali. Tiap kali begini, mama pasti pingiin banget berenti kerja. I wish I could… Ya sudahlah, let it flow aja. Hari itu mama rapat dari pagi sampai sore, tapi mama harus menuhin janji mama sama abhi, beliin dia vcd diego. Jadi siang itu, di sela istirahat siang, mama kabur ke gramedia cari vcd diego. Alhamdulillah ada. Seneng banget.. dah kebayang abhi pasti gembira liat oleh-oleh mama.

Malam sewaktu mama pulang dari kantor, abhi terlihat sudah mendingan. Senyumnya sudah mengembang. Tangannya yang terkilir sudah mulai digerakkan untuk bermain. Alhamdulillah, berarti benar ini bukan terkilir berat. Hanya ringan dan memar saja. Mama yakin tidak ada patah tulang, sehingga mama mengurungkan niat ke dokter dan fisioterapis besok. Ya, mama lebih memilih pengobatan secara medis, dibandingkan harus membawa abhi ke tukang urut. Duuh engga deh. Apalagi anak kan ototnya ga seperti kita yang udah pada tua ini. Otot anak masih lentur, jadi bisa pulih lebih cepat. Mama yakin kalau mama kemarin ke tukang urut, dan liat abhi hari ini sudah mendingan, pasti mama tersugesti bahwa sembuhnya Abhi karena diurut, padahalkan wayahna.. Ok back to topic. Karena Abhi sudah mendingan, malam itu mama mencoba lagi menguji komitmennya Abhi untuk tidak nenen. Walaupun mama harus extra berusaha, ya malam itu dongeng yang diminta Abhi buanyak banget.. mungkin malam itu mama bercerita 10 dongeng, dengan menyanyi lagu Abang tukang bakso berulang-ulang. Swear.. sampe suara mama serak.. Ga apa-apa deh.. demi Abhi. Dan ternyata berhasil looh.. Abhi berhasil nahan untuk ga nenen malam itu. Alhamdulillah. Sekarang proses menyapih dimulai lagi. Semoga kali ini lancer ya… Tapi satu hikmahnya, bahwa menyapih tanpa ‘kekerasan dan paksaan’ itu bisa kok, dan mungkin banget buat diwujudkan. Buktinya, walaupun sempat gagal satu hari, tapi besoknya tidak ada masalah untuk dicoba lagi. Anak kita itu pintar loh Mom.. Dad.. Mereka bisa beradaptasi dengan mudah. So, semangat… Menyapih dengan cinta itu yang terindah, baik bagi mama maupun bagi abhi.

Tips Menyapih :
1. Jauh-jauh hari komunikasikan dengan anak bahwa selepas 2 tahun, dia sudah cukup besar untuk disapih. Yang perlu dipastikan adalah lakukan secara konsisten.
2. Menyapih secara bertahap agar anak merasa nyaman. Jangan menuntut anak terlalu banyak. Mulai lah perlahan-lahan. Dimulai menyapih siang hari, menyapih malam hari, hingga menyapih di kala tidur.
3. Biasanya menyapih dimalam hari adalah yang terberat. Ganti kebiasaannya tidur sambil nenen, dengan aktivitas lain. Misal mendongeng, bernyanyi dst. Pastikan anda melakukannya tidak dalam posisi berbaring, karena biasanya anak otomatis mendekat ke puting ibu.
4. Setelah bermacam aktivitas sebelum tidur, bila anak anda masih tetap ingin menyusu, coba dulu gendong dia pada posisi yang cukup nyaman. Sebaiknya posisi kepala di bahu. Sebab bila di posisi depan, posisi anak persis menghadap payudara sehingga otomatis akan minta menyusu.
5. Jangan menyapih disaat sakit. Bahkan ketika proses menyapih anda sedang berjalan.
6. Beri apresiasi pada anak apabila dia berhasil tidur tanpa menyusu pada anda.
7. Faktor Ayah dapat menjadi penyemangat baik anak dan ibu di saat menyapih.
8. Kadang kala kita merasa sudah mencoba segalanya namun masih gagal, coba evaluasi kembali. Mungkin cara mendongeng dan bernyanyi anda membuat anak cepat bosan. Coba improvisasi dengan mimic wajah, suara dan gerakan yang membuatnya senang.
9. Menyapih memang butuh kesabaran extra. Tapi apabila itu berbuah manis baik bagi anda ataupun anak anda, itu yang perlu diprioritaskan bukan. 

Selamat mencoba

Kamis, Maret 12, 2009

Menyapih dengan Cinta

Mama dan Abhi memasuki masa-masa menyapih. Well, proses ini tidak mudah baik bagi abhi maupun mama. Dua tahun 3 bulan kami biasa tidur sambil peluk-pelukan. Setiap saat Abhi mau nenen, dia bisa mendapatkannya kapan saja. Mama langsung siap menyodorkan nenen, dan dia langsung nenen dan tidur kembali dengan lelap.

Proses menyapih ini tidak dimulai dengan tiba-tiba karena mama tidak mau menyakiti perasaan Abhi. Bagaimana pun, menyapihnya akan mengambil sesuatu yang selama ini menjadi rutinitasnya, sesuatu yang telah lama membuatnya merasa nyaman. Dua bulan menjelang Abhi dua tahun, setiap malam selesai bernyanyi, mendongeng dan berdoa, mama selalu mencium kening Abhi sambil bilang “terima kasih sudah menjadi anak baik, abhi sekarang sudah besar . Anak besar sebentar lagi ga nenen mama lagi ya Nak, karena anak besar sudah boleh minum MiMo seperti kakak-kakak yang lain. Mama sayang sama Abhi, Abhi tetep bisa peluk mama kapanpun Abhi mau tanpa perlu nenen.” Abhi cuma menatap mama dan bilang “heeh ma”. Oh iya, MiMo itu susu UHT yang ada gambar sapi nya. Abhi suka bilang itu Mimi Momo alias MiMo

Genap 2 tahun usia Abhi, mama mulai menyapih Abhi perlahan. Mulai dari mengurangi nenen langsung di siang hari. Sebelumnya, setiap kali mama dirumah, abhi pasti ga mau nenen dari susu UHT. Maunya nempellll sama mama  Awal-awal ini pun cukup berat, karena susah sekali mengalihkan perhatiannya tiap kali minta nenen. Seminggu, dua minggu sampai sebulan, Abhi berhasil lepas nenen siang total. Dia sudah tidak pernah lagi minta nenen siang sama mama. Tipsnya hanya selalu berusaha memenuhi kebutuhannya akan air dan nutrisi. Begitu abhi kenyang, otomatis dia tidak merasa butuh ASI mama. Selain itu, tips kedua adalah selalu punya banyak alternatif mainan atau ide untuk mengalihkan perhatiannya tiap kali dia teringat untuk nenen. Finally, kami berhasil melewati tahap pertama menyapih.

Tahap kedua menyapih adalah yang paling berat. Mama sudah gagal untuk kesekian kalinya membujuk Abhi tidak nenen dimalam hari. Mama tidak tega melihat air matanya berlinangan, melihat nenennya tidak boleh diminum. Dan memang dalam hati ini, mama pun belum siap menyapih Abhi. Ada perasaan sedih tiap kali melihat mata bulatnya menyusu pada mama. Mengusap-usap kepalanya, gelitik lehernya dan bermacam-macam candaan khas mama dan abhi selama proses menyusui. Mama tidak mau kemesraan kami selama ini dinodai hal-hal yang membuatnya traumatik, seperti memaksakan pemberian jamu-jamuan supaya nenen terasa pahit. Mama maunya proses menyusui ini diakhiri dengan indah, dimana Abhi mampu menyapih dirinya sendiri, menyapih dengan kesadarannya sendiri yang mama yakini justru mampu membentuk karakternya lebih mandiri. Sebagaimana AlQuran menuliskan bahwa untuk proses menyapih pun harus dengan kerelaan kedua belah pihak. Ya, mama mau menyapih dengan cinta, Weaning with love. Biarlah orang mau bilang apa, mau protes apa, mama tetap menyusui Abhi selama dia belum mau disapih.

Rabu, 12 Maret 2009 menjadi masa-masa yang mengharukan bagi mama. Anakku Abhi sedang belajar menyapih dirinya. Semalam mama iseng bilang sama Abhi, “Nak, nenennya sekarang sakit kalo dinen. Karena Abhi sudah besar. Nenen kan buat bayi ya Nak. Abhi masih bayi atau udah gede?”. Abhi senyum –senyum aja bilang “Deee..”. Gede maksudnya. Abhi memang sedang senang dibilang anak Gede, mungkin karena anak gede boleh ngelakuin banyak hal yang selama ini selalu mama larang. Mama bilang anak gede boleh main layangan, boleh belajar gunting kertas buat ditempel dibukunya, boleh naik tangga di rumah. Apalagi, Abhi senang sekali liat kakak Rifki, tetangga depan main layangan sama papanya.

“Ooo, Abhi udah gede ya. Jadi dah ga mau nenen ya.”
“Yayaya…. dee….” Kata abhi sambil senyum-senyum
“Hebat ya anak mama, Abhi anak baik ya. Emangnya kalau udah gede, Abhi mau ngapain”
“Yayak….Papa… Yayak..Papa”
“Ooo main layangan sama papa ya. Nanti kalau papa pulang dari Jepang, Abhi ajak papa main layangan ya”
“yayayaya….”

Duuh senyumnya Abhi, bahagia sekali dia dibilang anak besar. Mama senyum-senyum sendiri melihatnya. Anakku sayang, makin lama makin tambah pinternya. Menjelang bobo malem, selesai berdoa abhi seperti biasa minta nen. Mama bilang lagi, “kan katanya anak besar, anak besar udah ga nenen kayak aa’rifky. Nenennya sakit kalau diminum anak besar. Abhi kan udah besar.” Well, jujur kalau Abhi kekeuh minta nenen juga, pasti akan mama kasih saat itu juga. Tapi Abhi Cuma diem. Dia menatap mama sambil diem, membuat perasaan mama campur aduk. Terus dia tarik-tarik baju mama, mama pikir dia pasti mau nenen. Ternyata Engga!! Abhi pegang-pegang nen, sambil matanya berusaha untuk bobo. Kakinya digoyang-goyangin, diusapin ke dinding. Nen dilepas lagi, sekarang dia coba gelundung-gelundung ke ujung tempat tidur, sambil liat mama dari jauh. Ga berapa lama, dia balik lagi, pegang nen lagi, sambil merem-merem. 

Tuhan, mama merasa bersalah sekaligus bangga padanya. Mama merasa bersalah karena membuatnya tidak nyaman luar biasa. Mama tau dia ingin sekali nenen, dan dia mencoba mengalihkan sendiri keinginannya untuk nen dengan macem-macem tingkahnya itu. Mama bangga sekali pada Abhi. Karena Abhi bisa memutuskan untuk tidak nenen atas kemauannya sendiri, karena dia tau kalau dia nenen, maka mamanya akan sakit. Abhi memilih tidak nenen karena tidak ingin mamanya sakit. Sesuatu pengorbanan besar baginya, mengorbankan keinginannnya demi mama. Dia sudah belajar memutuskan sendiri yang dia inginkan. Mama sedih sekaligus bangga padanya. Ahh, anakku sudah besar.

Malam itu kami lalui dengan gelisah. Abhi terbangun beberapa kali malam itu, sambil memanggil-manggil mama. “Maa, nen maa.. neenn”. Mama sedih sekali Tuhan. Mama merasa sedang menyiksanya. Kemudian mama dekatkan nenen di mulutnya, namun apa yang terjadi? …. Abhi tidak nen!! Lagi-lagi dia cuma mengusap nenen mama. Memandangi dalam-dalam, dan mencoba tidur lagi. Anak baik… dia bahkan belajar komit terhadap kemauannya sendiri. Luar biasa… Begitu terus berulang tiga sampai empat kali. Subuh Abhi kembali terbangun, dan kali ini dia gelisah luar biasa. Mama coba tawarkan air putih, dan dia cuma meminumnya sedikit. Mama tawarkan susu UHT, tidak disentuh. Abhi ternyata cuma mau dipeluk malam itu. Sampai akhirnya dia tertidur lelap di bahu mama.

Malam itu banyak sekali hikmah yang mama ambil. Mama tau mungkin ini sudah saatnya, Abhiku mulai menyapih dirinya. Abhi bertambah besar. Dia mulai belajar menuju tahap-tahap pendewasaan. Semoga ketika suatu hari nanti, saat Abhi sudah punya kehidupannya sendiri, pembelajaran ini kelak akan membentuk karakternya menjadi pribadi yang baik. Mama sayang Abhi. Mama tau ini baru satu malam berlalu dengan sukses, masih ada beberapa malam berat yang harus kamu lalui Nak. Berhasil atau tidak proses menyapih ini, yang jelas mama sudah bangga padamu. Mama sudah menghargai usahamu. Abhi Ahmad Alizachrei, anak besar mama..