Catatan Lydia

Catatan Lydia
Blog ini didedikasikan untuk anak-anakku tercinta, Abhi Sachi dan Samy yang mewarnai hidupku dengan kebahagiaan. Tulisan-tulisan di blog ini menjadi saksi, betapa berartinya kalian untuk mama. Kelak ketika kalian besar nanti, memori indah yang tertulis di blog ini akan selalu kita kenang bersama. I love U Nak..


Selasa, Oktober 13, 2009

Lelaki Terbaik

Lukman Hakim Taslim itu nama beliau. Papaku ini adalah lelaki terbaik sepanjang hidupku. Beliau lah sosok laki-laki satu-satunya dalam keluargaku sehingga seperti beliau lah figur laki-laki ideal yang melekat dimataku. Namun dibalik kelebihan dan kekurangan beliau, tetap saja beliau adalah panutan hidupku yang sangat aku cintai.. Menuliskan ini membuatku tertawa, menangis haru, dan bahagia. I Love u Papa.

Pribadi yang unik 
Papaku merupakan pribadi yang sangat unik dan berbeda dari kebanyakan orang. Bila umumnya kita sering menemukan pribadi yang baik dan manis dimuka umum, kemudian menjadi pribadi yang apa adanya dan cenderung keras dalam keluarga.. maka papaku ini pribadi yang justru berkebalikan. Bagi orang lain, beliau adalah orang yang sangat-sangat keras, bahkan tingkat kesabaran beliau menghadapi orang lain tampaknya sangat-sangat terbatas. Hehehe… tidak terhitung jumlah korban kemarahan beliau.. baik di jalan, di kampus, artis dan pejabat di tv pun tak luput dari komentar beliau. Kalau anda laki-laki, maka anda harus bersiap-siap menghadapi beliau karena prosentasi kerasnya beliau akan jauh lebih besar hehehe. 

Kalau aku tanya kepada mama kenapa papa seperti begitu membenci laki-laki, mama menjawab bahwa papa membenci lelaki yang tidak serius dan menghargai hidup. Beliau tidak dikaruniai anak laki-laki, sehingga di mata beliau, menjadi anak laki-laki adalah anugerah yang harus dijaga luar biasa. Menjadi lelaki harus serius dan sukses karena laki-laki lah pelindung kaum wanita. Sehingga aku pun bisa memaklumi betapa beliau sangat membenci dengan teman-teman laki-laki di masa kecilku yang tergolong nakal dan sering berkelahi. 

Aku masih ingat betul, dulu di komplek kami pernah ada tetangga yang nakalnya luar biasa. Pagi itu si tetangga ini iseng mengganggu tanteku yang sedang membersihkan bagian depan rumah. Begitu jahilnya sampe tante menangis. You know what… papaku marah besar.. beliau keluar rumah dan mengejar anak laki-laki itu keliling komplek.. Asli kejar-kejaran.. sampai mama hanya bisa mengelus dada.. Pun ada anak tetangga yang melempari rumah kami dengan batu, maka papa mendatangi rumah orang tuanya sambil menegurnya. Dulu kami ketika SD, aku dan kedua kakakku ikut antar jemput mobil sekolah. Naah di mobil itu ada anak laki-laki yang dengan sengaja memukul-mukulkan kepala kami bertiga secara bergantian. Kami semua menangis tiba di rumah. Amarah papa tidak terbendung. Beliau mendatangi rumah anak laki-laki itu dan tanpa ampun beliau marah besar. Papa sudah hampir mengajak berkelahi anak itu. Beliau benar merasa terhina anak perempuannya di permainkan oleh anak laki-laki. Mungkin kalau diumpamakan menurut papa ‘Jangan mentang-mentang’. 

Pernah juga ketika berkendara bersama papa, beliau terpancing emosinya oleh sekelompok anak muda yang menggunakan mobil jip terbuka sambil kebut-kebutan dengan gaya yang jelas mengejek kami. Dan kejadian seperti ini tidak sekali, sering sodara-sodara. Papa langsung bereaksi membalas, salip menyalip pun tak terhindari. Kami tegang sekali. Bagaimanapun mereka sekelompok laki-laki yang sangat banyak, sementara di mobil kami semua perempuan, hanya papa yang laki-laki. Aku sangat khawatir mereka akan mengganggu papaku. Emosi papa baru bisa reda setelah mendengarkan kepanikan kami, permohonan kami agar beliau bersabar dan tidak mengacuhkan kelompok itu. Papa mereda.. namun aku tau beliau menahan egonya, tubuh beliau bergetar menahan amarah.. 

Begitulah seterusnya.. setiap kali keluarga kami jalan-jalan, pasti heboh. Papa sering ribut di jalan, mama dan kami panik sambil mengingatkan.. Dan sampai kami sudah seusia ini pun hal ini masih terjadi. Terkadang terpaksa ikut memarahi papa, maapin ya Pa.. tapi kadang kala aku malah sering tersenyum-senyum setiap kali bepergian bersama kedua orang tuaku. Kadangkala kericuhan ini merindukan. Eits.. tapi jangan salah.. papa tidak membenci semua laki-laki, buktinya sama menantu-menantunya ini papaku baik dan sabaar banget. Suamiku yang nabrakin mobilnya aja ga dimarahin. Hahahaha. Namun dibalik itu semua, dalam keluarga kami beliau adalah pribadi yang sangat menyayangi keluarganya. Beberapa orang bahkan bertanya-tanya kenapa bisa beliau menjadi pribadi yang berbeda bagi istri dan anaknya. Menjadi sosok yang sabar dan sangat rela berkorban apapun demi kami.. Yah.. itulah papaku. 

Sayang Keluarga
Banyak hal yang aku kagumi dari papaku. Salah satunya adalah pribadi beliau yang selalu ingin menyenangkan hati kami sekeluarga, mengalah demi keluarga. Dulu waktu kami semua masih kecil, kehidupan benar-benar apa adanya. Masih ingat dalam benakku, betapa dulu kami selalu berbagi makanan. Adakalanya papa membelikan kami satu bungkus sate dengan isi 10 tusuk saja untuk makan malam keluarga. Maka mama pun membagi satu bungkus itu untuk kami semua. Papa, sebagaimana umumnya adat di daerah kami yang mendahulukan lelaki dalam segala hal, disiapkan 4 tusuk. Mama dan kami berlima masing-masing 1 tusuk. Mau tau rasanya makan sate satu tusuk? Hahaha dulu mah senang-senang saja.. Apalagi disertai acara rebut-rebutan dengan saudara-saudaraku. Namun, tiap kali papa melihat kami berebutan makanan, beliau pasti langsung memberikan jatah beliau untuk kami. Alasannya pendek, papa sudah makan tadi.. sudah kenyang. Padahal kami tau beliau senang melihat jatah sate kami bertambah. Begitu pun kalau papa atau mama pulang membawa nasi bungkus padang dari kantornya. Satu bungkus buat sekeluarga. Hahaha… satu orang mungkin hanya mendapat 2 sendok nasi dan secuil lauknya.. dan komentar papa sama ‘sudah makan dikantor, kalian makan saja’. Padahal begitu nasi bungkusnya habis, papa baru mengambil piring dan makan apapun yang ada di atas meja. Sampai saat ini papa tidak berubah.. hingga aku dan saudara-saudaraku kini telah memiliki penghasilan sendiri yang jumlahnya mungkin saja melebihi gaji beliau selama puluhan tahun menjadi pegawai negeri, beliau tetap sering menyisipkan uang sangu untuk kami tiap kali beliau menjenguk kami, menanyakan kesulitan-kesulitan yang kami hadapi. Tidak jarang pula papa menyisipkan uang 50rb, 100rb ke saku ku setiap kali aku pulang ke palembang. Kata papa, buat jajan. Hahaha tidak beda dengan perlakuan aku ke Abhi. Ya.. Bagi papa, kami tetaplah gadis-gadis kecil kesayangannya. 

Protektif 
Papa juga sosok yang sangat protektif. Hal ini sangat bisa dimaklumi, karena kami bersaudara semuanya adalah perempuan. Sehingga hanya beliaulah sosok laki-laki dalam hidup kami, panutan kami. Beliau sangat-sangat menjaga pergaulan kami hingga kami dewasa. Aku masih ingat dengan jelas, ketika kami pulang terlambat dari les bahasa karena keasyikan main dengan teman-teman dimana seharusnya kami sudah dirumah jam 5 sore. Namun sore itu kami baru menginjakkan kaki dirumah jam 6 sore. Papa sudah mondar mandir di depan rumah dengan gelisah. Begitu melihat kami, papa bungkam seribu bahasa dan langsung masuk kamar. Bagi beliau there is no reason for late. Pernah juga ketika mama mengantarkan kami ke salon untuk potong rambut. Hari sudah magrib ketika kami sampai di rumah, maklum saja.. antrian di salon itu begitu ramainya. Papa marah besar… tapi marahnya beliau pada kami adalah bungkam seribu bahasa. Kata mama, cukup lama beliau mendiamkan kami, satu-dua hari tanpa kata-kata. 

Pun betapa sulit sekali mendapatkan ijin papa untuk mengikuti acara sekolah dimalam hari. Begitupun setiap acara buka puasa bersama atau tahun baruan bersama teman-teman sekolah, rasanya mustahil kami bisa bergabung hingga tahun berganti dan kembang api berlomba-lomba menari di langit. Seingatku papa hanya bilang ‘jam 10 malam sudah dirumah, kalau tidak mau, ya tidak usah’. Begitu pun ketika teman-temanku mencoba menghadap beliau menawarkan membujuk papa supaya sedikit memberiku kelonggaran. Aku hanya tersenyum dalam hati, well you don’t even know him, guys... Bapakku itu dijulukin anak tetangga sekitar Pak Singa hahaha.

Dulu ketika kakakku memutuskan untuk menikah, beberapa bulan sebelumnya, kakak sempet jalan-jalan bersama teman-temannya hingga malam hari. Papa sangat was-was. Tak terhitung berapa kali beliau mondar-mandir antara ruang tamu-teras-pagar menunggu kakak pulang. Kekhawatiran beliau dipaksakan reda setelah mama berkata 'biarkan saja, dia sudah dewasa. Mungkin sekarang saatnya dia puas bersama teman-temannya, kan sebentar lagi dia akan menikah. Semua akan berbeda". Hingga saat ini papa setia mengantar jemputku setiap kali aku liburan ke palembang.. well di usianya yang sudah 65 tahun, beliau senang sekali mengantarkan anak-anaknya kemana pun. Pernah aku meminta ibu supaya papa yang sedang sakit tidak usah menjemputku, namun mama dengan santainya berkata 'Kamu kayak ga tau papamu aja, mana mungkin dia melepaskan kesempatan menjemput anaknya'. Hmmm bahkan setiap mengantarku pulang ke bandara, papa tidak akan menginjakkan kaki meninggalkan bandara sampai pesawatku benar-benar pergi. Tidak peduli beliau sudah tidak bisa melihatku begitu memasuki ruang tunggu. Tapi aku selalu tahu, beliau masih menunggu di luar sana. Dulu ketika bandara di palembang masih cukup kecil, papa akan selalu membeli tiket ke atas, supaya beliau tetap bisa melambaikan tangan begitu kami menaiki pesawat kami. ah papa... aku sangat mencintaimu. Seperti apapun engkau di mata orang, aku tidak peduli.  Di mataku, Papa is the best.

Mengingat hal-hal kecil 
Satu lagi kebiasaan papa yang sangat aku ingat adalah beliau memiliki daya ingat yang luar biasa dan telaten mendokumentasikan semua hal. Sejak kami kecil, beliaulah yang paling ingat setiap kali anak-anaknya berulang tahun. Bahkan sering kali satu-dua bulan sebelum kami ulang tahun, beliau sudah sounding terlebih dahulu. Beliau juga mengingat ulang tahun perkawinannya bersama mama, hingga saat ini pun beliau selalu mengirimkan ucapan selamat di hari ulang tahun pernikahan aku dan suami. Thank you Pap. Aku berharap bisa mewarisi kebiasaanmu. Date means memories to remember. Begitupun dokumentasi pertumbuhan kami. Papa punya foto-foto kami dari berbagai usia. Bahkan klise foto dari jaman TK sampai sekarang masih tersimpan rapih dalam arsip beliau. Pernah aku takjub melihat arsip beliau mengenai aku. Disana aku masih bisa menemukan ‘hasil karyaku’ sewaktu tk dulu. Kliping-kliping coretan dan warna-mewarnai di buku, lipatan-lipatan kertas, tulisan pertamaku di bangku sekolah. Tapi papaku justru tidak suka difoto, setiap kali difoto, jarang sekali mata beliau menatap kamera. Well, kebahagiaan kadang-kadang datang dari hal-hal kecil yang tidak kita sadari. 

Say no to technology 
Hehehe papaku ini termasuk golongan ini. Beliau sampai saat ini masih menggunakan mesin ketik tua kesayangannya untuk menulis di kertas walaupun computer dan printer sudah tersedia di rumah dengan anak-anak yang pasti bersedia mengetikkan untuk beliau. Pernah aku hampir menangis, melihat beliau tertidur dalam posisi terduduk ditempat tidur sehabis mengetikkan beberapa undangan untuk pernikahanku. Pap, why don’t you ever let me help you..  Beliau juga menyukai filateli perangko tua. Dan beliau juga masih sangat menyukai mengirim dan menerima kartu pos untuk ucapan selamat dan tentunya setia dengan mobil kijang tuanya yang dari jaman baheula tidak pernah diganti. 

Pria rumahan
Well, point plus lainnya untuk ayahku ini adalah keseriusan beliau menjalankan hidup. Tidak ada istilah main-main dalam hidup beliau. Pun beliau adalah sosok yang apa adanya dalam hidup. Cinta pada keluarga dan bekerja untuk negara. Waktu luang beliau pun lebih banyak dihabiskan bersama keluarga. Papaku adalah pria rumahan. Papa tidak segan membantu kami membersihkan rumah, mencuci dan menjemurkan pakaian. Aku masih ingat sekali ketika kami masih kecil dan mama sedang dalam dinas keluar kota. Papa menyiapkan makan malam kami sekeluarga, membuatkan kami nasi goreng dengan bumbu sederhana sambil mengajarkan kami untuk selalu mensyukuri hidup. “Dulu papa kalau makan seringnya cuma nasi sama garam saja” begitu katanya. Malam itu aku hanya menatap kagum pada papaku. I Love u Dad.. 

Kalau ada waktu luang, papa suka menghabiskan dengan menonton tv di rumah. Dulu, sekali dalam beberapa tahun, papa dan mama mengajak kami ke bioskop untuk nonton. Jaman film Indonesia masih berjudul Brama Kumbara, hehehehehe…. Sampai sekarang papa hampir sebagian waktunya di depan TV. Sibuk mengomentari tayangan-tayangan yang berseliweran di layar kaca. Kadang kala beliau pun jatuh tertidur di depan TV kesayangannya. Papa juga seorang ayah yang hobi belanja. Kalau para bapak-bapak hanya bisa medumel menunggu istrinya ke pasar, maka papaku berbeda. Tidak ada anti dalam kamusnya berbecek-becek ria memasuki pasar tradisional. Beli sayur, buah dan apapun itu hasil titipan mama. Sampai sekarang, mama dan papaku hampir setiap minggu pagi belanja ke pasar.. memuaskan hobi sekalian olahraga. Hehehehe. 

Boros dan tidak suka ditolong 
Papaku adalah orang yang boros. Namun yang kami selalu syukuri adalah borosnya beliau dihabiskan untuk membahagiakan anak-anaknya. Kadang ketika kami tidak menemukan papa di rumah, itu berarti papa sedang pergi dengan mobil tua kesayangannya untuk membeli sesuatu. Benar saja, sepulangnya beliau, yang dibelikan adalah mie ayam kesukaanku, martabak har kesukaan kak lia, duren pesenan keke, begitu seterusnya. Kadang malam hari beliau menyelipkan satu bungkus pempek dalam kamar kami, sambil berpesan ‘Ada pempek di kamar, jangan bilang-bilang mama ya’. Hahahaha papa.. papa.. Papa sosok yang keras, beliau anti ditolong dan selalu mengusahakan sendiri memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Ya.. Papa itu pantang minta bantu orang lain, termasuk anaknya. Pantang merepotkan orang lain adalah prinsip beliau sampai sekarang dan ini sangat sangat menurun kepadaku. Hahaha. Namun terkadang beliau pun beranggapan bahwa orang lain pun harus berusaha sendiri semaksimal mungkin, tidak sedikit-sedikit berusaha minta bantu orang lain. 

Bertualang dan mandiri 
Papaku senang sekali jalan-jalan. Sewaktu aku baru pindah rumah di bandung, papa menghabiskan dua-tiga hari untuk mencoba semua angkutan yang ada disekitar rumahku. Tidak main-main, angkutan dicoba dari ujung ke ujung, terminal ke terminal. Iseeeng banget ya. Pun ketika traveling ke suatu daerah, maka yang pertama akan papaku beli adalah peta. Dan kemudian, beliau tanpa ragu akan mencoba traveling sendiri tanpa harus menghubungi guide di biro travel, atau saudara yang kebetulan ada di kota yang sama. 

Banyak hal yang unik dan menarik dari sosok papaku. Pap, thank you for everything you've given. I will always love u. Doakan kami anak-anakmu untuk selalu menjaga nama baikmu dan keluarga besar kita. Doakan gadis kecilmu senantiasa mampu memenuhi semua harapanmu, membahagiakanmu. Aku berdoa ya Allah semoga kami mampu menjadi anak yang shalehah yang nantinya dapat menyambungkan amal ibadah kedua orang tuanya. Amin ya Rabbal 'Alamin. Terima kasih Allah telah memberikan Ayah seperti Papaku. Hidup Papa..... You are the one..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar