Catatan Lydia

Catatan Lydia
Blog ini didedikasikan untuk anak-anakku tercinta, Abhi Sachi dan Samy yang mewarnai hidupku dengan kebahagiaan. Tulisan-tulisan di blog ini menjadi saksi, betapa berartinya kalian untuk mama. Kelak ketika kalian besar nanti, memori indah yang tertulis di blog ini akan selalu kita kenang bersama. I love U Nak..


Senin, Januari 28, 2013

Apalah Arti Sebuah Nama


Nama adalah doa. Mau tak mau memaksa aku dan papanya anak-anak berargumen panjang mengenai nama yang akan kami berikan untuk si calon bayi. Dulu sewaktu Abhi lahir, rasanya tak sesulit ini mencari sebuah nama. Mungkin karena dulu belum ada pagar-pagar yang membatasi, jadi bebas sesuka hati.

Abhi Ahmad Alizachrei, nama putra pertama kami. Kalau namanya diartikan, maka panjaaang sekali doa mama papanya. Maklum anak pertama. Biasanya yang mendengar pun akan tersenyum dan mengucapkan “Amiiiiiiin” saking panjangnya itu doa. Abhi artinya lelaki tangguh. Ahmad artinya terpuji, kependekan dari Muhammad, Nabi kami. Ali artinya mulia. Zach artinya selalu mengingatNya, dan Rei artinya pandai bersyukur. Tuuh kan panjang kan doanya hihihi.

Sakura Aisha Sachiara, nama putri cantik anak kedua kami. Secara arti lebih singkat dibanding kakaknya. Sakura karena ia lahir di negeri sakura. Kata papanya, juga supaya anak perempuan kami pun bernama bunga seperti mamanya, Lily. Aisha dari istri nabi yang sholeha, cerdas dan berani, Siti Aisyah. Sachi dalam bahasa Jepang artinya bahagia, dan Chiara dalam bahasa Itali artinya selalu bersinar. Intinya mendoakan putri cantik kami selalu bahagia dan bersinar dalam hidupnya.

Nah yang membuat kami menjadi sulit mencari nama untuk anak ketiga ini sebetulnya karena batasan yang kami buat sendiri. Kenapa bisa? Lets see.. Papa ADI, Mama LILY, Kakak ABHI, Neng SACHI. Naaah berasa ada yang sama kah? Iya, semua nama panggilan kami berakhiran –i. Otomatis dong anak ketiga ini inginnya juga berakhiran huruf –i. Kenapa harus? Yaa ga harus sih tapi biar enak aja nyebutnya hihihi. Udah gitu si sulung Abhi sebagai kakak tertua juga mau dilibatkan dengan mensyaratkan ke mama papanya kalo adiknya nanti namanya juga harus berending –i. Biar adil, ceunah. Ya sudahlah, DEAL. Next, nama Abhi dan Sachi, total huruf di namanya kok ya sama 19. Jadi kadang iseng banget, nama panjang si calon bayi mau dipasin juga sama seperti kakak dan ayuknya. Ini sih ga mutlak, sekadar iseng emak bapaknya aja :D Ga jelas yaaa..

Yang jelas proses hunting nama untuk si bayi ini kadang jadi momen ledek-ledekan antara si emak dan si bapak yang masing-masing punya argument sendiri. Kadang lucu, kadang bikin jengkel, terutama kalau idenya ditolak mentah-mentah. Begini contohnya..

Pap : “ Gimana kalo namanya Sakti.”
Mam : “ Haaah Sakti? Ga salah tuh.”
Pap : “Bagus lagi. Kan akhirannya –I, terus kesannya kan kuat.”
Mam : “Iyaa sekalian aja nama panjangannya nanti SAKTI MANDRAGUNA yaaaaa.”

Papa manyun, mama ketawa :D

Mam : “Mending Satria aja Pa daripada Sakti.”
Pap : “ Iyee. Terus nanti nama panjangnya sekalian SATRIA MADANGKARA aja ya ma.”

Gantian mama manyun, dan papa ketawa puas. Hasilnya, dua-duanya coret dulu sementara :D

Di lain waktu, ada juga si papa yang suka banget nama Ken atau Kai. Konon asal muasalnya si papa pernah mimpi punya bayi kembar yang namanya Ken dan Kai itu, dulu sih waktu masih single. Jadinya suka aja katanya. Alasan yang tak nampak kuat.

Pap : “Ken aja ma, atau Kai. Kan akhirannya –I tuh.”
Mam : “Ah ga mau, nanti kalo udh gede, anak-anak itu suka pada ledek-ledekan di sekolahnya. Nanti si bayi namanya diplesetin kan kasian. "

Terbayang di kepala emaknya, nama Ken bakal diplesetin jadi -maaf- kent**. Duuuh ga tegaaaa.

Atau perdebatan ga jelas yang ini.
Mam : “Gimana kalo Bumi pap, ujungnya juga –i. Kayanya lucu juga.”
Pap : “Ga ah, mirip dengan siapa itu yang  sering diinfotainment, Uztad G***** Bumi.”
Mam : Gubraak… Kok bisa kepikiran sampe kesana yaaaa si papa

Diam sesaat. Hening melanda. Ide habis. Suram sudah nampaknya.

Pap : “Abhi kan namanya udah campur-campur tuh bahasa arab, jepang, sansekerta. Sachi juga udah nama jepang, arab, itali. Nah yang ini namanya Indonesia sekali aja. Jawa kuno ato sansekerta bagus juga.”
Mam : “Iya boleh aja, sansekerta juga bagus kok pa.”

Si mamah berbinar-binar, nampaknya si papa ada ide bagus.  Tumben banget.

Mam : “Terus siapa dong namanya Pa?”
Pap : “Gini ma, tau Balaputradewa kan. Itu kan Raja Sriwijaya kelahiran Jawa. Pas banget kan tuh BALAPUTRADEWA, mama dari Palembang, Papa dari Jawa.”

Mama bengong tak percaya, Ini serius atau ngeledek ga nampak lagi bedanya. Nampak putus asa.

Mam : “Hooh pa bagus banget, udah aja sekalian aja dinamain Ken Arok atau Tunggul Ametung.”

Papa ganti terpana. Nampak Speechless. Suram sudah dunia.

Daaan perdebatan ini sudah berlangsung selama 30 minggu saudara-saudara, seusia si adik bayi dalam kandunganku. Hasilnya sampai sekarang NIHIL. Sebuah nama indah memang mahal idenya. Semoga  nanti menjelang lahiran atau maksimal hingga tiba waktu aqiqahnya nanti, ide nama itu akan hadir. Maklumlah mama dan papanya ini tipikal deadliner sejati, yang ilhamnya tak kunjung hadir kecuali sudah mepet ^_^

Gapapa ya nak, lets enjoy our moment without a name. Simply to call u, ADEK BAYI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar