Catatan Lydia

Catatan Lydia
Blog ini didedikasikan untuk anak-anakku tercinta, Abhi Sachi dan Samy yang mewarnai hidupku dengan kebahagiaan. Tulisan-tulisan di blog ini menjadi saksi, betapa berartinya kalian untuk mama. Kelak ketika kalian besar nanti, memori indah yang tertulis di blog ini akan selalu kita kenang bersama. I love U Nak..


Rabu, Desember 17, 2008

Dua Tahun yang Bahagia (Episode Menyusui sang doktor ASI)

Menyusui eksklusif Sejak kehamilan mama, mama berjanji akan selalu memberikanmu semua yang terbaik Nak, termasuk ASI. Di trimester pertama dan kedua, mama mulai belajar dari buku-buku literatur mengenai pemberian ASI. Di trimester ketiga, mama mulai rajin mengunjungi klinik laktasi untuk belajar menyusui mu nanti. Di klinik laktasi mama belajar memijat payudara, posisi menyusui sampai teknik memerah ASI bila nanti mama harus kembali bekerja. Mama ingin kamu tidak menyentuh susu formula, karena mama yakin Air Susu Ibu lah yang terbaik untuk mu. Apalagi mama mu ini pun mendapatkan ASI 4 tahun penuh dari oma mu. Sampai kelahiranmu tiba, mama memilih melakukan rooming-in supaya mama bisa terus menyusui kamu Nak. 

Hari pertama ASI mama yang keluar mengandung banyak kolostrum, biarpun belum banyak, tapi berbekal hasil penelitian bahwa lambungmu yang baru seukuran kelereng itu sudah cukup menerima satu sendok teh air susu saja, mama tetap menolak pemberian susu formula yang terus digencarkan pihak RS. Mama tidak mengerti, kenapa air susu yang belum keluar malah dipancing dengan susu formula. Bukankah daya hisapmu akan menurun dan akan menyebabkan air susu bertambah lama keluarnya. Yang mama tahu, ASI ditimbulkan oleh hormon oksitoksin, hormon cinta dan bahagia. ASI adalah masalah percaya diri. Hanya 1% ibu didunia ini yang tidak bisa memberikan ASI, itupun memang ada permasalahan berat pada payudaranya. Hei bukalah mata anda, bahkan seorang ibu adopsi yang tidak hamil pun bisa menyusui anak adopsinya dengan berbagai rangsangan hormon oksitoksin. Seorang nenek mampu keluar ASI setelah berpuluh tahun tidak menyusui setelah iba terhadap cucunya dan beliau berhasil menyusui cucunya sendiri yang baru saja kehilangan ibu kandungnya ini. Apalagi kita yang mengandung, melahirkan dan jelas-jelas tidak ada masalah dengan payudara. Namun kenyataannya, berbagai pihak malah menjatuhkan percaya diri ibu dengan berbagai rupa tekanan. Mungkin beginilah efek negatif dari perkembangan teknologi, manusia memilih semua yang serba praktis termasuk tidak memberikan bayi-bayi kecil ASI yang seharusnya mereka dapatkan. Belum lagi gencarnya promosi perusahaan produsen susu baik melalui media, rumah sakit bahkan ke rumah-rumah. Aduuh malangnya bayi-bayi kecil itu ya Nak. 

Tapi alhamdulillah, di hari kedua air susu mama mulai banyak. Tekanan dari berbagai pihak untuk menggunakan susu formula mulai berkurang. Setelah 2 hari di rumah sakit, kita berdua diperbolehkan pulang. Mama senang sekali, hari-hari mulai disibukkan dengan menjagamu dirumah. Namun ujian pertama mama mulai hadir di minggu ke-7. Engkau didiagnosa jaundice (kuning) hanya karena bilirubin mu 12 dan harus disinar. Maafkan mama Nak, saat itu pengetahuan mama mengenai jaundice sangat kurang untuk membelamu menghindari sinar. Mama sangat ketakutan dengan ancaman halus yang disampaikan dokter mu saat itu. “Ini harus disinar karena berbahaya dan bisa merusak otak. Kalau ibu tidak mau anaknya disinar, silahkan tanda tangan surat keberatan dirawat dan kami tidak bertanggung jawab atas yang berjadi.” Astagfirullah Nak, untuk seorang ibu baru seperti mamamu ini mendengarnya bukan main takutnya. Mama dan Papa pun akhirnya memasrahkan dirimu disinar selama 2 hari. Itupun setelah mama memaksa untuk memulangkanmu lebih cepat dari permintaan dokter. Mama baru menyadari sekarang bahwa jaundice mu adalah normal, bukan hal yang membahayakan. Apalagi angka bilirubin 12 itu masih di batas normal. Sinar diperlukan apabila bilirubin di atas 12 dan terjadi tidak lebih 24 jam sejak kelahiran. Bahwa jaundice mu terjadi di hari ke7, itu adalah jaundice fisiologis yang normal dan akan hilang dengan sendirinya selepas 1 bulan. Bahkan jaundice normal karena pengaruh breastmilk pun bisa hilang selepas 2-3 bulan. Tak ada yang berbahaya dengan hal itu. Mama menyesal sekali kurang membekali diri dengan pengetahuan kesehatan saat itu. Namun sejak itu mama menyadari, bahwa kita tidak bisa menggantungkan semua pada ahli medis. Bahwa sebagai orang tua kita punya tanggung jawab terhadap anak kita, membentengi nya dari tindakan yang salah. Bahwa sebagai orang tua kita harus bisa menjadi partner yang smart dari ahli medis agar dapat memberikanmu hanya tindakan yang benar engkau perlukan. Bukan tindakan tebak menebak yang tidak jelas guidelinenya. Yah Nak, apapun itu selalu ada hikmahnya. Dengan dirawatnya engkau dua hari di rumah sakit, mama belajar memeras ASI yang mungkin baru akan mama lakukan bila sudah waktunya masuk kerja kembali. 

Dalam satu hari mama memeras ASI 6 botol x 120ml. Sungguh bukan hal yang mudah bagi mama, yang baru menjadi ibu selama 7 hari. Yang kebutuhan ASI mu dalam kondisi normal pun belum sebanyak itu. Untuk mendapatkan 120 ml itu mama harus memeras selama 1 jam penuh bahkan lebih. Berkali-kali semangat mama jatuh bangun setiap memeras. Apalagi bila ASI yang didapat baru beberapa ml saja. Saat itu mama belum mengetahui cara mencharge kembali payudara yang kosong. Mama cuma bisa menangis sedih di ruang menyusui di pojok rumah sakit. Namun mama bisa bangkit tiap kali mengingatmu. Engkau butuh ASI mama. Mama tidak pernah menganggap susu formula itu ada, sehingga tidak pernah tersirat dalam benak mama mencarikanmu susu lain pengganti ASI. Yah Nak, itulah yang selalu mama tanamkan tiap kali mama down. Hingga tak berasa mama berhasil menyusuimu 1 bulan, 2 bulan, 6 bulan, 1 tahun hingga akhirnya sempurna lah 2 tahun engkau menyusu pada mama. Selama itu mama belajar banyak hal termasuk belajar mencharge asi mama, hehe bahkan setelah berhasil menemukan sendiri caranya mama baru tau bahwa metode itu sudah umum dan dinamakan let down reflect. 

Selain itu mama belajar banyak ilmu kesehatan, belajar memotivasi diri dan yang jelas belajar bersabar. Yah Nak, dengan komitmen mama untuk memberikanmu ASI full 2 tahun ini, membuat mama mu ini kenyang akan cemoohan banyak pihak. Mama coba list yah : 
• “ASI mu itu ga cukup tuh anaknya nangis terus” (emangnya kamu ga boleh nangis yah Nak. Padahal kan bisa jadi kamu pengen digendong mama, mungkin juga perutmu kembung, pengen sendawa dan macem-macem. Tapi yang disalahkan pasti ASI mama, heran yah) 
• “ASI mu itu ga cukup tuh anaknya masuk RS karena kuning. Makanya jangan maksain nunggu ASI keluar, pake formula dulu aja” (nah ini aneh juga ya Nak, kok yang disalahin ASI. Anak temen mama yang dari lahir udh full formula aja tetep kuning dan dirawat di RS. Sepupumu si farrel, biarpun ASI malah ga kuning dan ga dirawat di RS. Jadi justifikasinya ga kuat tuh. Hehehe) 
• “Kalau anaknya kurus, ASInya kurang bagus tuh” (Memang di Indonesia ini paradigmanya anak sehat itu gemuk. Padahal apa yang salah denganmu, toh garis pertumbuhan beratmu masih di persentil normal alias masih green. Lagipula papa mama mu ini kurus, masa maksa anaknya gemuk) 
• “ASI encer tandanya ga ada gizinya” (kayak udah pernah neliti aja yah. Padahal hasil penelitian yang ada malah membuktikan ga pernah ada ASI yang ga bergizi. ASI seorang ibu yang gizinya kurang baik pun tetap bergizi karena sifatnya parasit. Jadi kekurangan zat akan diambil ASI dari tubuh ibu. Nah seandainya pun ibunya kekurangan gizi, solusinya ya perbaiki pola asupan makannya. Bagaimana case ibu gizi buruk, wah itu sih untuk memenuhi makan saja sudah berat, apalagi harus dibebani membeli susu formula anaknya. Bisa-bisa ibu dan anak gizi buruk deh) 
• “ASI di atas 1 tahun itu udah jelek lohh” (evidence nya apa nih…) 
• “Kenapa mau-maunya capek meres, kan ada formula. Anak juga lebih kenyang” (Jadi ibu itu harus berani capek. Apalagi kita meres kan demi anak juga, ASI itu investasi besar bagi anak kita, ga Cuma kesehatannya saja, tapi juga kecerdasannya. Formula mengenyangkan? Itu karena zat-zat yang terkandung didalamnya tidak mudah dicerna anak. Sehingga lambungnya terasa lambat kosong. Sementara ASI cepat dicerna. Bagus toh, kan makin banyak zat gizi dalam ASI yang diminumnya) 
• “Anakmu tidurnya bangun-bangun ga, wah itu tandanya asinya udh ga bergizi” (Mama dulu sempet terpengaruh nih nak, Cuma mama baru menyadari kalau kamu itu tidak suka mama selimutin. Tidur tanpa selimut membuatmu lebih tenang. Jadi intinya adalah bagaimana pinta-pintarnya si ibu mencari tau apa yang diinginkan oleh sang anak. Sekali lagi based on evidence, tidak terka menerka ga berdasar) 
• “Dikasih pisang atau tajin aja, biar kenyang. Ga mesti nunggu 6 bulan kok buat ngasih MPASI” (aduh kasian ya nak. Lambungmu dipaksa siap sebelum waktunya. 6 bulan itu ga lama kok, nanti ada masanya juga kamu pasti makan. Toh dengan ASI full 6 bulan, kamu tumbuh sehat walafiat.) 

Itu belum seberapa Nak, selama 2 tahun terakhir ini mama mesti berkali-kali adu argumentasi mengenai komitmen mama memberikanmu ASI baik dengan teman kerja, lingkungan di rumah sampai dengan oma mu juga. Sepertinya manusia semakin tidak percaya apa yang Allah karuniakan padanya ya Nak. Mama sempat baca di koran, betapa di desa-desa sekarang banyak kasus gizi buruk karena si ibu mulai terpengaruh tidak memberikan asi kepada bayinya. Bertubi-tubi iklan formula di tivi menjadi media informasi yang salah kaprah di masyarakat menengah bawah. Sehingga ketika tak mampu memberi susu formula, maka air tajin atau air teh yang diberikan pada bayinya. Duhh prihatin ya nak.. 

Yah mudah-mudahan dunia kesehatan di Indonesia bisa lebih baik, sehingga edukasi kepada masyarakat menjadi lebih jelas dan terarah. Dan bayi-bayi kecil itu bisa mendapatkan hak mereka seharusnya. Doktor ASI Hmm Doktor ASI, apa itu yah..? Dikalangan ibu-ibu pro-ASI memberikan ASI itu banyak ujian yang harus dilalui sehingga diibaratkan dengan tahapan-tahapan ujian untuk meraih gelar formal. Sehingga ketika tiba saatnya lulus ujian menggenapi tahapan tersebut, si anak akan diwisuda dan gelar formalnya disematkan, uhuiiiiii. Jadi begini tahapan-tahapan menuju gelar tertinggi di dunia pro-ASI : Eksklusif 6 bulan : Sarjana, S1 ASI 1 tahun : Master, S2 ASI 2 tahun : Doktor, S3 ASI >2 tahun : Profesor ASI Hehe, gimana ? canggih kan. Jadi berdasarkan tahapan tersebut, dengan bangga Mama menyematkan gelar DOKTOR ASI kepada ABHI AHMAD ALIZACHREI dengan predikat summa cumlaude alias sempurna atas kerja samanya yang baik dengan mama dalam hal susu-menyusui, hihihihi boleh doooong. Yang jelas mama bangga Nak, selama mama menyusui mu dua tahun terakhir ini kamu sangat mempermudah mama. Kamu tidak mengalami bingung puting ketika diberikan dot, juga tidak pernah menolak ASI perah mama. 

Terima kasih ya Nak atas semuanya. Namun, memberikanmu gelar doktor ini adalah masa-masa yang membuat mama bangga sekaligus sedih juga nak. Bangga karena berhasil memberikan hakmu secara penuh. Bangga karena telah memberikan yang terbaik dimasa pertumbuhanmu. Bangga karena berhasil mengatasi tekanan-tekanan banyak pihak untuk menyapihmu lebih awal. Namun mama sedih karena tiba masanya mama harus menyapihmu. Mama pasti merindukan saat-saat indah kita berdua Nak. Ketika kau merengek manja meminta asi pada mama. Ketika mata bulatmu memandang mama dengan indah. Ketika sembari nenen, kita berdua bercanda ria. Tanganmu seringkali menggelitik manja leher mama. Atau cubitan nakalmu di punggung mama. Mama pasti akan merindukan momen dimana mama bisa memelukmu erat, mengusap kepalamu, mencium keningmu, menatap wajahmu yang seringkali tertidur pulas sambil bergelanyut di dada mama. Mama juga pasti akan terkenang ketika gigitan nakalmu mewarnai hari-hari menyusu kita. Ahh masa itu sudah selesai Nak, mama bahkan tidak menyadari anak mama sudah besar. Anak mama sudah mulai mandiri. Kini mama harus belajar menyapihmu. Doakan mama untuk menyapihmu dengan cinta ya Nak. Mama tidak ingin ada paksaan untuk menghentikanmu menyusu, jamu, balsem, atau apalah itu. Anak mama sudah besar, mama percaya bila waktunya tiba Abhi bisa memutuskan untuk berhenti sendiri. Sekali lagi Nak, ujian untuk kita harus bisa kita atasi. Biarlah orang menatap heran melihatmu masih menyusu pada mama. Mama tak peduli, mama tak ingin merusak kebahagiaanmu menyusu pada mama. Bismillahirrohmanirrohim. Kita mulai ya Nak tahapan baru bagimu, weaning with love. Kali ini pun kita pasti bisa. Mama mencintaimu Abhi.

1 komentar:

  1. Halo amah...
    Wah, klo mbie jadi doktor, berarti mama lebih dari doktor ya...ehmm klo gt apah sematkan gelar Guru Besar buat amah...
    Congratz, udh berhasil menghadapi segala ujian selama 2 taun ini. Apah bahagia n terharu melihat masa2 itu...

    Love u.

    BalasHapus