Kehamilan
Menjadi ibu adalah kebanggaan, sama seperti mama yang sangat bahagia menyambut kehamilan mama, Mei 2006 lalu yang hanya sebulan setelah pernikahan mama dan papa, Nak. Sembilan bulan penuh mengandungmu harus mama jalani terpisah dari papamu. Mama di Jakarta dan Papa di Bandung. Praktis kamu lah penyemangat hidup mama yang sejati, kamu menemani mama kemanapun mama pergi. Masa kehamilan kita lalui dengan mulus. Tak penah satu kalipun kau membuat mama mu kesulitan, morning sick atau apalah itu namanya.
Ingat tidak Nak, ketika 4 bulan di kandungan tiba-tiba mama mengalami flek. Mama menangis, mama begitu takut kehilangan dirimu. Alhamdulillah, Allah yang Maha Baik memperkenankan kita terus bersama. Kamu masih ada diperut mama, menemani kemanapun mama pergi. Ingat jugakah kamu Nak, setiap pagi menemani mama berangkat kerja sambil berdiri bergelantungan di bis kota? Ini Jakarta ya Nak, tidak ada excuse untuk ibu hamil seperti mama. Tidak ada bangku kosong yang dipersilahkan untuk kita duduki. Pun dengan sopir-sopir bis yang suka ugal-ugalan. Rem mendadak dan bertubi-tubi goncangan menjadi sarapan kita setiap pagi dan menu makan malam yang menemani mama disaat pulang kerja.
Ingat jugakah kamu ketika 7.5 bulan engkau di kandungan mama, kita berdua hampir menjadi korban sopir metromini yang ugal-ugalan. Ketika itu mama bermaksud pulang ke rumah usai bekerja.Setelah 3 kali sambung-menyambung metromini akhirnya sudah hampir sampai di rumah, satu kali lagi naik angkot. Mama mau menyebrang ketika itu. Jalanan sepi. Hanya ada metro mini yang melaju perlahan dari sisi kiri. Dari sisi berlawanan ada mobil yang juga melaju perlahan. Mama lalu menyebrang, di tengah jalan, tanpa mama duga, dari balik metro mini yang berjalan perlaha, tiba-tiba muncul metromini lain yang berusaha menyalip dengan gas penuh. Astagfirullah, mama panik. Bingung mau mundur atau maju. Mundur, bisa tertabrak mobil dari arah berlawanan, sementara kalau maju, metromini itu pasti sudah menyambar kita. Mama tidak sempat berfikir banyak, mama memutuskan mundur sambil memegangi perut mama yang berguncang. Ya Allah, lindungi anakku.. Semua pejalan kaki dan pedagang di pinggir jalan sudah berdiri, berteriak ‘Awass bu……..’. Ciettttttttttttt.. mobil dari arah berlawanan masih sempat menginjak remnya. Alhamdulillah kita tidak terluka ya Nak. Nyarisss.. Allah masih melindungi kita. Mama berdiri di sudut jalan, tersedu-sedu mengusapmu di perut mama. Air mata tak terbendung membayangkan kejadian saat itu. Ah betapa kejamnya Jakarta. Pun kamu yang masih janin pun merasakannya. Saat itu mama tak sanggup melanjutkan perjalanan, mama masih syok akan peristiwa yang hampir membahayakan kita berdua Nak. Papamu bersedih di ujung telepon, menyesali diri yang tak ada untuk melindungi kita berdua. Malam itu naluri mama semakin besar untuk melindungimu, mejagamu semampu mama. Kamulah belahan jiwa mama. Aku mencintaimu Nak..
Melahirkan
Sembilan bulan mengandungmu, mama mulai ijin dari aktivitas kantor. Mama ingin menikmati masa-masa kehamilan ini bersama papamu di bandung. Indah sekali ya Nak. Kita bersama menghabiskan waktu, jalan pagi, kontrol kehamilan bersama, senam hamil, belanja pakaianmu, menyiapkan rumah baru untukmu. Ah mama sungguh menikmati hari-hari mama bersamamu dan papa. Sampai 16 Desember 2006, mama berduka. Barop (bahasa palembang untuk Budhe) berpulang ke rahmatullah. Mama sedih sekali Nak. Mama sangat kehilangan beliau. Sepertinya engkau mengerti ya Nak, di saat mama bersedih inilah engkau ingin hadir menemani mama.
18 Desember 2008 malam, mama mulai kontraksi. Mama bahkan tidak menyadari bahwa mama tengah kontraksi karena dokter yang memeriksa mama semalam mengatakan engkau baru akan hadir 1-2 minggu lagi. Tapi itulah kuasaNya. Kehilangan mama akan budhe, digantikan dengan kehadiran engkau. Selasa pagi jam 07:00 mama bersama papa bermaksud ke rumah sakit. Tapi apa daya menunggu taksi dari pagi hingga pukul 08:00 tak kunjung datang. Padahal beberapa armada sudah dihubungi, tapi tidak ada yang available. Sementara kontraksi sudah rutin setiap 5-10 menit sekali. Mama sudah tidak kuat menunggu, terpaksa papamu mengeluarkan motornya. Dengan mengendarai motor papa kita berangkat ke rumah sakit. Mama tak mampu berbicara lagi. Yang mama mampu lakukan hanya memeluk papamu erat-erat dari belakang motor. Perjalanan terasa sangat lama pagi itu, padahal jarak rumah kita ke rumah sakit hanya 15 menit. Entah kenapa terasa begitu lama.
Jam menunjukkan hampir setengah 9 sewaktu kita tiba di rumah sakit. Mama langsung di bawa ke ruang bersalin. Suster menyambut dengan ramah sekali. “Wah, bukaan 3 bu”ujarnya. Mama sudah harus menunggu di rumah sakit. Pembukaan bertambah satu jam sekali. Demikian pula rasa nyeri yang bertambah perih. Jam 10 bukaan 6, jam 12 bukaan 8. Mama mulai panik saat menyadari ketidakberadaan dokter kandungan yang akan membantu persalinan mama. Diantara rasa sakit dan takut, mama hanya bisa meremas-remas tangan papamu yang juga tak mampu berkata-kata. Pukul 1 sudah lengkap bukaan mama, bukaan 10. Tapi dokter belum juga datang. “bu, tahan ya jangan ngejan dulu”. Hei… bagaimana mungkin bukaan 10 tidak boleh mengejan. Lagipula tanpa mengejan pun kamu nak sudah terus mendorong mama untuk keluar.
Kesal, marah dan sakit mama rasakan. Wahai dokter, segeralah engkau datang… Alhamdulillah setengah 2 ibu dokter datang dengan santainya. Membantu mama memposisikan badan agar engkau segera keluar. Tapi kamu sekarang yang merajuk rupanya ya Nak. Lima belas menit.. setengah jam.. satu jam, belum juga engkau mau keluar. Mamamu sudah hampir kehabisan tenaga. Mama mendengar dokter kandungan berbicara pada papamu. Seandainya sampai jam 4 belum juga keluar, maka tindakan caesar harus diambil. Mama terus berdoa, mama tidak mau dicaesar. Mama ingin melahirkanmu secara normal.
Rupanya doa mama didengar Allah, mungkin kau pun mengerti ya Nak. Tepat pukul 15.23 engkau lahir dengan spontan, tanpa caesar, tanpa vacuum. Alhamdulillah, bahagia sekali hati mama. Anakku terlahir sehat, sempurna dengan berat 2.715 kg panjang 47 cm, begitu mungil. Setelah dibungkus seadanya, kita menjalani inisiasi menyusu dini. walaupun tidak sesempurna proses inisiasi seharusnya karena engkau dibantu untuk mencari puting mama. Yah tak apalah, mungkin pihak rumah sakit tak sabar menunggu 1 jam untuk membiarkan mu mencari puting susu sendiri. Yang jelas betapa bahagianya mama saat itu Nak, bahkan hanya dengan menatap wajah polosmu.
Abhi Ahmad Alizachrei, itu nama yang mama dan papa berikan padamu. Banyak sekali doa yang kami sertakan pada namamu. Abhi artinya lelaki tangguh, Ahmad diberikan karena kau adalah umat Muhammad, Ali artinya mulia dan kependekan dari nama papa mamamu Adi-lily, Zach agar kau senantiasa mengingatNya kemanapun engkau pergi, Rei agar kau menjadi umat yang selalu pandai bersyukur atas segala rahmat yang Dia berikan. Abhi Ahmad Alizachrei, kami mencintaimu Nak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar