......
Burung pipit mencuit-cuit
Mencari makan ditengah sawah
Mencari makan untuk anaknya
Ditengah sawah ada Pak Tani
Mengusir burung supaya pergi
Lalalalala
......
Itu sepenggal lagu anak-anak yang cukup sering kudengar. Entah siapa pengarangnya dan siapa yang menyanyikannya pun aku tak tahu. Lagu itu begitu saja bermukim di memoriku karena sering dinyanyikan oleh Abhi, anakku. Namun ada satu yang menggelitik setiap kali kami menyanyikan lagu ini bersama-sama. Mengawali menyanyikan lagu ini, abhi tampak riang, tersenyum sambil menirukan burung yang sedang terbang. Namun di akhir lagu, ekspresinya akan berubah. Dan sejurus kemudian, meluncurlah pertanyaan itu. Pertanyaan yang sama dan selalu diulang-ulang..
"Mama, kenapa Pak Taninya jahat.. ?" ujarnya menekuk wajah.
"Lho kok jahat, jahat kenapa kak?" tanyaku mencoba menerka pikirannya.
"Kenapa Pak Tani mengusir burung, kan kasian ma burungnya," protesnya sambil manyun.
"Kan Pak Tani udah cape nanemin padi.. eh dimakan sama burung. Kan kasian Pak Taninya," ujarku heran.
"Tapi kan ma, burung mencari makan untuk anaknya.. kalo diusir Pak Tani nanti anak burung kelaparan. Ouww dia pasti sedih ya ma. Mama burung tidak dapat makanan untuk anaknya. Anaknya pasti kelaparan trus nanti mati ma. Napa Pak Tani mengusir burung..," rincinya diiringi murung diwajah mungil itu.
Hmm aku cukup terhenyak mendengar alasannya. Benar juga, sering kali aku sebagai orang tua tak sadar, aku tidak mencerna detil makna dibalik lagu anak-anak jaman sekarang. Biasanya aku lebih fokus ke melodinya yang riang, lantas sekadar menghapalnya supaya bisa bernyanyi bersama abhi. Memang ada pengecualian untuk sebagian lagu muslim dan lagu perjuangan yang beberapa liriknya sulit dimengerti anak-anak seumur abhi. Wajar ia akan bertanya beberapa makna lagu yang ia tak mengerti. Namun pada lagu ini, aku tak mengira lagu yang semula kuanggap ringan, justru dipertanyakan realitanya oleh anakku. Ternyata lirik lagu dicerna jelas oleh anak-anak seperti Abhi.
"Mmm iya ya kak, mungkin Pak Tani mengusir burung karena Pak Tani juga butuh padi untuk anaknya. Nanti kalo dimakan burung, anak Pak Tani dong yang kelaparan," ujiku sambil menunggu responnya.
"Mmmm.. harusnya kita berbagi dooong, kan kata mama kita harus berbagi, iya kann,"celotehnya padaku.
"Iya abhi ada benarnya juga. Mungkin Pak Tani harus membagi sedikit padinya untuk burung dan anaknya ya kak. Nanti kalo abhi ketemu burung yang kelaparan, kakak kasih makan ya."
"Iya maaa. Abhi kasih makan supaya ga lapar lagi anaknya."
Senyum mengembang di wajahnya kali ini sesudah memastikan anak burung tak kan kelaparan lagi. Satu pelajaran lagi bahwa betapa pengaruh audio dan visual bermakna sekali bagi anak-anak. So, bila lagu anak-anak ini saja memiliki makna yang kemudian dicerna berbeda oleh abhi, bagaimana dengan lagu-lagu dewasa, lagu percintaan, dangdut koplo, dan berbagai jenis audio visual lain yang beredar begitu bebasnya. Sebagai orang tua, tanya kenapa.
Dan diakhir cerita, lagu pun kami gubah seenaknya (mohon maaf bagi pencipta asli lagu ini :D)
......
Burung pipit mencuit-cuit
Mencari makan ditengah sawah
Mencari makan untuk anaknya
Ditengah sawah ada Pak Tani
Berbagi padi bersama burung
Lalalalala
......
Bandung, 15 Oktober 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar