Sabtu, 19 Desember 2009 Abhi genap berusia 3 tahun. Hari ini tidak ada perayaan ulang tahun maupun kado spesial dari mama untuknya. Bangun pagi, mama dan abhi bernyanyi selamat ulang tahun bersama. Matanya yang tadi masih kriyep-kriyep, sekarang terlihat berbinar menatap lilin didepannya. Ya hanya lilin saja, tanpa kue ulang tahun, tanpa tumpeng, tanpa berkumpulnya anggota keluarga dan teman-teman. Usai lagu dinyanyikan, abhi meniup lilin berjumlah 3 didepannya. Mama menciumnya dan kami pun berdoa bersama. Begitu kami mengawali hari indah ini. Oh ya kemarin, abhi sudah mendapatkan kado sepasang sandal dari tantenya. Abhi memang selalu ingin punya sandal yang berbentuk jepit sendiri. Pagi ini pun abhi mendapat kado dari pakdenya berupa alat-alat konstruksi. Semangat sekali dia membuka bungkus kadonya. Berkali-kali kata “wooww” terucap dari bibir mungilnya.
Pagi itu sehabis mandi dan sarapan, kami bercengkrama bersama. Abhi senang sekali ditemani mama hari ini. “Maa.. ayo sini ma.. duduk dekat abhi, kita liat bobob.” Terkadang dia melempar senyumnya menatapku yang duduk disampingnya. Tampaknya senang sekali dia hari ini. Tak lama, mama menyiapkan tas abhi. Agenda kami hari ini cukup banyak, mama sudah berjanji padanya untuk membuat hari ini menjadi yang spesial untuknya. Selepas bersiap-siap, kami pergi berdua. Abhi kegirangan sambil melompat-lompat riang sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh tentunya dari rumah nenek di riung bandung.
Agenda kami yang pertama hari ini adalah makan krabby patty bersama. Mama memesankan menu chicken burger untuknya dan beef burger untuk mama. Kami menyantap krabby patty sambil bercerita berdua dan sesekali memainkan permainan anak di resto itu. Abhi juga mendapatkan sebuah balon hitam, bangganya abhi memegang balon hitam itu. Walaupun tak lama balon hitamnya meledak terkena dedaunan imitasi hiasan toko itu. Selanjutnya kami pergi ke playland anak sebagai agenda kami yang kedua. Mama menemani abhi bermain sepuasnya disana, ada mandi bola, ada trampoline dan mainan lainnya. Abhi sangat menyukai permainan berpura-pura. Kali ini abhi berpura-pura menjadi koki handal di dalam sebuah rumah-rumahan di playland itu. Sang koki menyajikan kepada mama krabby patty buatannya. Terkadang mama memasang wajah senang, begitu diberikan krabby patty saos tomat. Dan sebaliknya, mama berpura-pura meringis begitu abhi membuatkan krabby patty pedas. Tawanya meledak melihat mama tak kuat menahan pedas, sejurus kemudian dengan begitu sigapnya dia berpura-pura memberi mama minum dan mama pun kembali senang. Cukup lama kami bermain disana, mungkin sekitar satu jam kemudian barulah kami meninggalkan playland itu menuju toko buku di depannya.
Ya, hari ini abhi meminta dibelikan buku mewarnai dan buku bacaan baru karena buku mewarnainya sudah penuh dengan coretan-coretan tangannya sendiri. Sesampainya di gramedia, kami malah mampir ke counter edu-games terlebih dahulu. Abhi tertarik mencoba games boby bola di computer yang ada di counter itu. Asik bermain, tak lama kami membeli sebuah CD edu-games berjudul Kiky Kelinci yang diperuntukkan bagi anak seusia Abhi. Saking asiknya memainkan mouse, sampai-sampai si mungil protes tatkala aku mengajaknya ke kasir untuk membayar CDnya. Abhi memang sedang kecanduan bermain games sejak dibelikan papanya sebuah laptop. Hmm sepertinya sudah harus dibatasi waktu bermainnya demi menjaga kesehatan matanya. Walau bagaimanapun, permainan dengan motorik lebih baik untuknya pada saat ini.
Back to next agenda, kami segera menuju lantai tiga untuk mencari buku anak-anak. Tak lama kami berada dilantai ini, sebab abhi teringat kembali pada CD games yang ada di lantai bawah. Dari beberapa buku yang aku tunjukkan, abhi memilih satu buku mewarnai watercolouring dan satu buku mewarnai mickey mouse and friends. Kami segera menuju kasir dan happp buku dan CD games sudah di tangan.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 13:00, yang artinya kami sudah meninggalkan rumah 3 jam lebih. Sekarang waktunya memenuhi agenda yang terakhir di hari ulang tahun abhi ini. Mama berjanji akan mengajak abhi ke rumah teman-teman abhi yang kurang beruntung. Teman-teman yang tidak memiliki papa dan mama seperti halnya abhi. Jarak dari toko buku ke panti itu memang tidak jauh. Namun karena abhi cukup keletihan, mama terpaksa menggendongnya menyebrangi jalan hingga menuju panti itu. Cukup berat juga anakku sekarang ini, apakah karena anakku ini sudah bertambah besar dan berat ataukah adiknya diperutku yang semakin membesar. Entahlah.. Abhi menciumku sepanjang jalan itu, juga memberondongku dengan pertanyaan dimanakah rumah teman-temannya itu. Sudah tak sabar tampaknya ia bertemu teman-temannya disana. Di tengah jalan menuju panti kami menemukan beberapa anak jalanan yang sedang mengemis. Sebagian dari mereka memilih tiduran di jalanan. Abhi bertanya mengenai seorang anak perempuan yang tengah tertelungkup tidur di sisi trotoar. “Maa.. teteh kenapa ma.. teteh sakit ya ma?” Aku memisalkan anak itu dengan teman-teman abhi di panti. Anak-anak yang kurang beruntung, tidak memiliki orang tua dan rumah yang menaungi. “Cian ya ma teman abhi…”ujarnya polos. “Abhi doakan ya teman abhi.”Si mungil pun mengangguk-angguk sambil tersenyum.
Tak lama akhirnya sampai juga kami di pintu masuk panti itu. Hari itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Tampak beberapa tamu hilir mudik di panti itu. Setelah bertemu bapak panti di depan, mama menyerahkan shadaqoh atas nama abhi ala kadarnya, kemudian kami meminta ijin untuk menemui teman-teman abhi di atas. Abhi senang sekali, dia menaiki tangga dengan bersemangat. Cukup tinggi juga ruangan dimana adik-adik bayi berada, tepatnya di lantai 3. Ketika kami tiba disana, tampak beberapa orang sedang mengunjungi bayi-bayi disana. Tak seperti biasanya, dimana ruangan itu lebih sering kosong melompong, hanya ada bayi-bayi dan pengasuhnya. Alhamdulillah. Pun jumlah bayi-bayi yang baru dilahirkan cukup menurun dibanding kunjunganku sebelumnya. Hanya ada tiga bayi yang berusia dibawah 6 bulan. Dua bayi terlihat normal, sementara satu lagi terlihat memiliki tengkorak kepala yang sangat kecil, mmm mungkinkah bayi ini menderita craniosynostosis? Entahlah. Apapun itu tak sepantasnya bayi ini menyandang sebuah label, tetaplah ia seorang bayi mungil yang lucu, umat Tuhan yang tak berdosa. Abhi terlihat asyik menatap teman-temannya disana. Sesekali ia mengulurkan tangannya, mengusap kepala teman-temannya yang sedang tertidur. “Ma… lihat dia sedang bobok ma. Yang ini juga bobok. Waaah bobo semua ma.. Abhi sayang ya maa…”. “Ya, tentu saja boleh abhi”senyumku menatapnya menyentuhkan tangannya ke kepala teman-temannya yang tengah pulas. Beberapa bayi yang tengah terbangun sedang digendong oleh beberapa pengunjung dan pengasuhnya. Wajah beberapa bayi tampak familiar bagiku, setelah memastikan dengan melihat nama di boxnya, tampak bahwa bayi-bayi ini adalah penghuni lama.
Kami mendatangi beberapa box bayi yang lain. Di dekat sebuah box, abhi protes karena terdapat bau yang cukup menyengat dari sana. Sepertinya bau tumpahan susu yang sudah melebur dengan segala macamnya, keringat, pipis, biskuit bayi yang tumpah dan sejenisnya. Aku mengerti kepolosan dan kejujurannya, namun juga mengingatkannya untuk berempati, bahwa disini bayi-bayi tidak punya mama, papa, kakek, nenek atau siapapun yang selalu bersedia membantunya membersihkan tempat tidurnya, mengganti sepreinya sehingga dengan begitu nyamannya abhi bisa tertidur dan bermain. Bayi-bayi ini disini tidak punya pilihan untuk bisa mendapatkan segala fasilitas yang lebih baik. Aku mengajak abhi bersyukur bahwa abhi sudah beruntung dikaruniai keluarga yang lengkap olehNya. Entahlah dia mengerti atau tidak, sekarang ia berdiri di sampingku tanpa protes lagi dengan bau-bauan yang mengganggu hidungnya. Tak lama dia berujar “Maa.. lihat.. dia main bowaa maa” abhi tersenyum riang melihat temannya sedang mempermainkan, menggigit-gigit sebuah bola karet. Sesekali tangannya ikut menggapai bola yang sedang dimainkan temannya itu.
Selanjutnya kami mengunjungi kamar bayi lainnya, persis didepan kamar ini. Disana masih tergolek adik kecilku yang menderita kelumpuhan tulang belakang. Masih ingat dalam benakku cerita bapak panti beberapa waktu lalu, bahwa anak ini mengalami remuk tulang belakang akibat dijatuhkan secara sengaja dari ketinggian. Waktu berlalu dan adikku masih tergolek lemah diranjangnya. Hanya erangan dan rintihan yang keluar dari mulut mungilnya. Diusianya yang menginjak balita, ia tampak begitu kecil. Abhi terdiam melihat temannya. Tangannya hanya mengusap-usap tangan mungil temannya yang bahkan jauh terlihat lebih kecil. Kami pun menghampiri box selanjutnya, ada bayi yang sedang berusaha belajar berdiri disana. Abhi malu-malu tatkala kuminta mengajaknya bermain. Tak lama mereka malah asik menepukkan kedua tangannya, bermain tos. Ah indahnya… Kubiarkan sejenak abhi asyik bersama temannya itu. Ketika ia menghampiriku, aku mengajaknya melihat bayi mungil yang sedang menyusu. “Maa.. wihat maa.. bayinya minum cucu..” teriaknya bersemangat, “Ya.. coba lihat.. adik bayi bisa minum susu sendiri kan. Hayoo abhi jangan mau kalah dong sama adik bayi. Pulang ini, abhi harus bisa minum sendiri, makan sendiri, pake baju sendiri ya nak..adik bayi aja bisa.”ujarku mencoba menyemangatinya. Dalam hatiku miris melihat bayi-bayi mungil itu, menyusu dengan disangga selimut yang menopang botol susunya. Dan ketika botol itu tumpah, tangan mungilnya tak kuasa meraih botol itu dan mendekatkan ke mulutnya. Pun selimut yang terkadang menghalangi tangan dan menutup hidung mungilnya. Trenyuh… Sementara abhi dengan begitu bersemangat terus menceritakan betapa hebatnya bayi tadi, bisa melakukan semua sendiri tanpa dibantu papa mama. Semoga abhi bisa sedikit belajar dari teman-temannya disini.
Aku senang sekali hari ini, akhirnya kesampaian juga harapanku bisa menjenguk adik-adik panti dengan ditemani abhi. Akhirnya agenda kami hari ini sudah terpenuhi. Alhamdulillah. Di akhir perjalanan pulang, mama mengajak abhi berdoa untuk teman-teman, semoga mereka semua dilindungi dan mendapat kasih sayang lebih dari Allah SWT. Menjelang pulang abhi melambaikan tangannya pada beberapa bayi yang sedang terjaga. Hari ini di ulang tahun abhi ke-3, semoga kami dapat terus mensyukuri karunia Allah yang begitu besarnya kepada kami. Mengingat betapa baiknya Allah menganugerahi kami kesempurnaan fisik, keluarga yang lengkap, kecukupan hidup duniawi dan karunia yang manusia tak akan pernah mampu menguraikannya satu persatu.
Jam sudah menunjukkan pukul 14:00, abhi pulas tertidur dalam pelukanku di dalam angkot yang melaju perlahan menuju peraduan kami.
Sesampainya dirumah, abhi kembali mendapat kejutan. Kado dari papa di jepang hadir tepat di hari ulang tahunnya. Pas banget. Abhi senang sekali mendapatkan Thomas the train baru lengkap dengan rel-rel dan jembatan goyangnya, persis seperti di CD yang abhi punya. Terima kasih papa, terima kasih Allah.