Alhamdulillah akhirnya mama dan adek bayi melewati trimester kedua juga. Dibanding saat mengandung Kakak Abhi dulu dan dibanding trimester pertama kehamilan adek, trimester kedua ini terasa jauh lebih berat. Aneh ya.. kalau lazimnya ibu-ibu hamil bermasalah di trimester pertama, kenapa ya mama malah bermasalah di trimester kedua. Mungkin ini yang kata orang bawaan bayi kali ya.. :)
Ujian utama buat mama khususnya di trimester ini adalah ujian emosional. Hehehe emosi mama bener-bener tidak karuan memasuki bulan keempat kehamilan. Well, mungkin karena beban pikiran dan banyaknya urusan dan kondisi fisik yang kurang prima melatari sering meledaknya emosi mama. Maklum, memasuki trimester kedua ini mama harus mengurus banyak hal sendiri, terkait masalah tanah adat yang oma beli dibandung, kontrakan yang ada aja masalahnya, sewa tanah di pemkot, pegawai yang bermasalah adalah sebagian diantara permasalahan yang harus mama selesaikan. Harus berhubungan dengan birokrasi tidak jelas, ‘uang retribusi’ di luar tarif resmi, jam kerja yang seenaknya, urusan dengan penjual yang tamak terasa sangat menjengkelkan dan benar-benar menguras emosi mama. Sewaktu papa masih ada disini, rasanya segala sesuatunya terasa lebih mudah. Sharing bersama papa, membuat segala beban menjadi ringan. Tapi sekarang kondisinya tidak sama, papa masih di jepang dan mama harus mengurus semuanya sendirian. Beberapa urusan yang biasanya diberesin sama papa, sekarang menjadi tanggung jawab mama. Sebenarnya mama sudah mencoba menyerahkan urusan ini kepada pihak ketiga, namun berbagai kendala menyebabkan mereka menyerah dan mama harus menyelesaikan semuanya sendiri. Alhasil, uring-uringan kerap menemani mama berhari-hari. Mama, menurut papa bahkan, menjadi lebih sensitif dengan taraf kesabaran yang semakin terbatas (huehehe padahal sebelumnya taraf kesabaranku sampai mana pap, sudah minim gitu kok dari sananya :D). Bahkan papa bergurau dengan berkata, “mungkin nanti anak kita sebaiknya diberi nama yang bermakna sabar, tenang atau sejenisnya ya mama.” Hehehe sampe sebegitunya ya papa. Oh iya satu hal penyesalan mama adalah satu hari di hari minggu, mama begitu uring-uringan. Fisik yang kacau dan kesal pada seseorang mengawali pagi itu, sampai terbawa ketika bersama Abhi. Alhasil hal ini menyisakan bulir di mata anakku, ketika aku tak sabar menghadapinya hari itu. Begitu ketusnya aku sampai kakak abhiku berkata,”Mama, abhi sayang mama. Mama tidak marah ya ma.” Ah penyesalan yang selalu aku ingat hingga hari ini. Dimana kesabaranku saat aku membutuhkannya. Mengingat wajah abhi saat itu, hatiku tambah sakit. Aku semakin terpuruk menyalahkan diriku sendiri. Maafin mama ya Kakak… Mama sayang Kakak..
Selain itu kondisi fisik yang sering tidak prima membuat bulan-bulan ini terasa berat. Di tri mester kedua ini, badan mama terasa begitu lemah. Jauh berbeda dengan saat mengandung Abhi dulu. Kondisi fisikku sangat prima, bahkan sepanjang 9 bulan mengandungnya, batuk pilek pun tidak berani menyinggahiku. Kini, Rhinitis alergi yang terakhir menyerang 10 tahun yang lalu kembali datang. Tidak tanggung-tanggung, sejak usia kandungan 4 bulan hingga sekarang pun rhinitis masih betah melekat dan menemani hari-hari mama. Bayangkan, hanya dengan membuka kulkas saja dan terkena hembusan udara dingin kulkas, mama bisa bersin 10 kali! Rhinitis membuat mama kesulitan bernafas karena menyebabkan tersumbatnya kedua hidung mama hampir selama 24 jam penuh, 7 hari dalam seminggu! Well, bernafas melalui mulut terus-menerus mulai terasa menjengkelkan mama. Belum lagi beratnya kepala dan telinga yang juga ikut-ikutan mampet gara-gara si rhinitis ini. Obat-obatan dari dokter, yang aman buat bumil tentunya, sudah tidak mempan mengatasinya, karena memang alergi hanya bisa ditumpas dengan menghilangkan penyebabnya. Sayangnya cuaca yang dingin dan selalu bolak balik kehujanan malah menambah parah rhinitis mama. Selain rhinitis, selesma yang ditandai dengan pilek disertai batuk hebat hingga perut rasanya berguncang-guncang dan mata berkaca-kaca sangat mengganggu mama di akhir bulan kelima. Juga nyeri punggung dan tulang ekor yang kerap linu. Berbaring telentang sebentar saja tulang punggung dan tulang ekor mama sudah senut-senut. Duduk salah, berdiri salah, baringan juga salah. Bahkan untuk sekadar berjalan pun rasanya nyeri sekali. Kontras sekali bukan, padahal sehari-hari mama harus bolak-balik naik angkutan kota dan kerap berjalan untuk menyelesaikan bermacam urusan mama. Saking lelah fisik dan emosi yang tidak karuan, mama bahkan pernah terjatuh saat mengurus tanah di kecamatan. Hujan membuat jalanan begitu licin, rhinitis yang membuat pengap hidung dan kepala tambah berat, tulang ekor yang nyeri, belum lagi banyaknya list yang harus mama kerjakan hari itu membuat mama lengah. Untung saja tangan mama masih bisa menopang badan ini, sehingga benturan badan dengan tanah bisa dihindari. Lecet di tangan mungkin tak seberapa sakit, tapi sedih sekali rasanya, mata mama berkaca-kaca saat mencoba menepikan diri di pinggir jalan. Gerimis masih saja menyirami siang itu, saat-saat dimana mama sangat merindukan papanya abhi yang biasanya selalu membantu meringankan beban mama, papa yang selalu ada untuk mama. Pap, I miss u so much honey..
Menutup bulan keenam, aku mulai berdamai dengan segala kondisi ini. Alhamdulillah semua urusan mulai satu persatu selesai, nyeri punggungku pun berhasil diatasi walaupun kerap harus nyetok bantal dikantor :D Dan lepas dari rhinitis yang masih mendera, yang paling membuat aku bersyukur sekali adalah emosiku yang mulai kembali stabil. Terima kasih ya Papa, atas curahan semangatnya yang tak pernah bosan papa ucapkan. Mendengarkan omelan-omelan mama yang ga habis-habis, xixixixi ^_^
Oh iya.. sebenarnya banyak hal juga lho kemudahan dan hal yang menyenangkan di trimester ini. Buktinya mama tetap bisa nemenin bie jalan-jalan tiap weekend, berenang berdua, sepedaan walaupun perut udah gendut banget. Apalagi kalo kakak mulai ngambek dan minta gendong mama. Haduh haduh berat kak, mama udah susah payah nih mo gendong kakak. Alhamdulillah adik kuat ya Nak. Di trimester ini pula Allah mengabulkan doa mama dan bie selama ini. Supaya kami bisa segera berkumpul kembali bersama papa, jadi keluarga yang utuh kembali. Yeyyyyyy… akhirnya mama dan bie bisa nemenin papa ke saijo. Alhamdulillah.. Allah memang maha baik. Ijin kantor yang sempat membebaniku akhirnya keluar juga, walaupun permohonan cuti sempat tertahan cukup lama oleh HR. Sekali lagi terbukti.. tidak ada yang tidak mungkin kalau kita mau bermimpi dan mengusahakannya. Visa sudah beres dan tinggal di ambil aja ke kedutaan, tiket papa yang booking. Check list sebelum berangkat tinggal mendapatkan ijin tertulis dari dokter kandungan dan data-data rekam medis selama kehamilan, supaya mempermudah selama disana nanti. So far so good, dokter dan rumah sakit sudah bersedia memberikan supportnya untuk perjalananku nanti. Dan list terpenting nanti adalah menyiapkan fisik untuk perjalanan yang bakal cukup lama, total nyaris 20 jam sepertinya, start dari bandung hingga sampai saijo. Kalau kata abhi menirukan dora the explorer.. “Untuk menuju rumah papa.. kita harus melewati bis bandara, pesawat, pesawat lagi.. kereta.. kereta lagi.. rumah papa. Dan begitulah cara kita sampai di rumah Papa.. Yeyyyyyy.”
Alhamdulillah satu per satu selesai. Senangnya.. Mengawali trimester terakhir ini, semoga semua akan baik-baik saja seperti rencana kami sebelumnya. Mama ingin menjalani hari-hari trimester akhir dengan tenang, menikmati jadi ibu rumah tangga dulu, menikmati kehamilan ini hingga tiba saatnya melahirkan nanti, bersama papa dan abhi tentunya.. Amiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar